KONSEP-KONSEP DASAR
AUTOMASI PERPUSTAKAAN
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Kelompok pada Matakuliah
Automasi Perpustakaan
Automasi Perpustakaan

Disusun Oleh :
Ramadhan Saukani
(F0271151021)
PROGRAM STUDI D3
PERPUSTAKAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan
yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penulisan makalah ini
yaitu memenuhi tugas mata kuliah Automasi Perpustakaan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan
dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Automasi Perpustakaan yaitu
Sahidi, M.IP.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat.
Pontianak, Februari 2017
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi
Informasi atau dalam bahasa inggris dikenal “Information Technology” atau biasa
disebut IT. Mendengar kata “Teknologi Informasi” atau yang biasa disingkat TI tentu
sudah tidak asing lagi ditelinga. Di jaman sekarang dari usia anak-anak hinga
lanjut usia sudah mengetahuinya.
Tentu
saja TI memiliki hubungan dengan perpustakaan di jaman serba teknologi ini.
Pada awalnya perpustakaan belum menggunakan TI, sehingga segala kegiatan di
perpustakaan masih dikerjakan dengan manual atau konvensional. Kemudian
perpustakaan mulai menerapkan TI atau yang lebih dikenal “Automasi
Perpustakaan”.
Dengan
diterapkannya automasi perpustakaan, membuat pekerjaan di perpustakaan menjadi
lebih efisien. Tetapi masih banyak kendala dalam menerapkan automasi
perpustakaan seperti anggaran, kepedulian pemerintah, hingga sdm yang terbatas.
Yang dimana dimakalah ini akan membahas tentang automasi perpustakaan lebih
lanjut.
1. Apa
itu pengertian automasi perpustakaan ?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan automasi perpustakaan ?
3. Apa
saja tujuan automasi perpustakaan ?
4. Apa
saja manfaat dari automasi perpustakaan ?
1. Mengetahui
pengertian automasi perpustakaan
2. Mengetahui
sejarah perkembangan automasi perpustakaan
3. Mengetahui
tujuan automasi perpustakaan
4. Mengetahui
manfaat dari automasi perpustakaan
BAB II
PEMBAHASAN
Automasi
perpustakaan adalah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan
bantuan teknologi informasi (TI). Dengan bantuan teknologi informasi maka
beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses
pengolahan data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali.
Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk
mengurusi pengembangan perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat
berulang (repetable) sudah diambil alih oleh komputer. Automasi Perpustakaan
bukanlah hal yang baru lagi dikalangan dunia perpustakaan. Konsep dan implementasinya
sudah dilakukan sejak lama, namun di indonesia baru populer baru-baru ini
setelah perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia mulai berkembang pesat.
Menurut
biology-online, Penggunaan mesin atau alat pemrosesan automatis di
perpustakaan. Automasi diterapkan untuk aktivitas administrasi perpustakaan,
prosedur-prosedurnya, dan untuk memberikan pelayanan kepada pengguna.
Menurut
Arif, Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi
Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan
sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi,
katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan
lain sebagainya.
Sejak
dasawarsa 1980an awal, teknologi informasi atau teknologi informasi dan
komunikasi mulai digunakan di perpustakaan Indonesia. TI
mula-mula digunakan di lingkungan perpustakaan khusus, kemudian perpustakaan
perguruan tinggi baru menyusul perpustakaan sekolah, lalu kemudian perpustakaan
umum. Aplikasi TI di perpustakaan sering dikaitkan dengan otomasi perpustakaan
terutama ditujukan pada pekerjaan yang bersifat berulang-ulang seperti
pengatalogan dan sirkulasi. Sejak Uni Soviet bubar pada tahun 1991 yang
menandai berakhirnya Perang dingin, internet sebagai singkatan internetworking
of computer networks yang semula digunakan untuk keperluan militer meruyak ke
dunia sipil. Di sisi lain berkembang konsep hypertext artinya metode yang
menyajikan informasi digital yang memungkinkan berkas, teks, elemen data
berkaitan dapat dihubungkan satu dengan yang lain (Reitz, 2004). Cara
mengaitkan menurut hyperteks ini tidak selalu linier. Melainkan
meloncat-loncat. Misalnya seorang pengguna ingin mengetahui hal Ramayana, maka
berkat teknologi hypertext, dia dapat menemukan kata Ramayana di banyak dokumen
tanpa mengetahui dimana dokumen itu berada. Dengan demikian satu dokumen dapat
dihubungkan dengan dokumen halaman 1 berurutan sampai dengan halaman terakhir.
Hypertext dilakukan dengan fasilitas interntet sehingga hypertext berbeda
dengan internet. Bila aplikasi teknologi diterapkan di perpustakaan, maka
nampak perkembangan bertahap.
Tabel.
1 Evolusi teknologi di perpustakaan
Sebutan
|
Koleksi
|
Penggunaan
Teknologi
|
Keterangan
|
Perpustakaan
Konvensional
|
Berbasis
kertas
|
Mula-mula
menggunakan tangan (manual, hastawi), kemudian berkembang teknologi seperti
mesin ketik, duplicator kartu.
|
Disebut
pula perpustakaan tradisional
|
Perpustakaan
Konvensional
|
Berbasis
kertas serta bentuk nonbuku seperti DVD, film, peta
|
Teknologi
seperti mesin ketik, duplicator kartu
|
|
Perpustakaan
terotomasi
|
Berbasis
kertas serta bentuk nonbuku, seperti DVD, film , peta
|
Komputerisasi
kegiatan perpustakaan yang bersifat berulang-ulang seperti pengatalogan,
penelusuran.
|
Perpustakaan
elektronik. Koleksinya berbasis kertas serta koleksi analog
|
Perpustakaan
Hibrida
|
Koleksi
berbasis kertas serta digital
|
Otomasi
data bibliografis materi berbasis kertas teknologi digital pada koleksi
perpustakaan maupun yang diunduh dari internet
|
Istilah
ini banyak digunakan dalam literatur Inggris
|
Perpustakaan
digital
|
Koleksinya
didominasi koleksi digital
|
Digitalisasi
materi
|
Istilah
ini banyak digunakan dalam literatur Amerika utara. Dalam praktek sedidikt
saja perpustakaan yang benar-benar seluruhnya dalam format digital
|
Istilah
perpustakaan digital atau digital library muncul dengan semakin maraknya
aplikasi TI di perpustakaan. Perpustakaan Digital adalah perpustakaan yang
sebahagian besar koleksinya dalam bentuk digital. Konsep koleksi digital
tersebut berlawanan dengan koleksi perpustakaan sebelumnya, yang hanya mengenai
materi tercetak kemudian menyusul materi dalam bentuk mikro, selanjutnya
audio-visual. Istilah perpustakaan digital selalu dikaitkan dengan jaringan
komputer dan jaringan komputer lalu diasosiasikan dengan internet. Pendapat itu
tidak salah namun tidak seluruhnya benar, karena ada perpustakaan yang
koleksinya dalam bentuk digital namun tidak selalu dapat diakses oleh Internet.
Hal tersebut memang ada namun lebih merupakan pengecualian. Maka tidaklah salah
bila makna perpustakaan digital akan berlainan bagi orang yang berbeda-beda
(Theng 2007). Pemahaman mengenai perpustakaan digital dapat dilakukan melalui
ancangan definisi maupun karakteristik.
Koleksi
digital sebuah perpustakaan di awali dengan digitalisasi isi katalog sehingga katalog
dapat diakses dari jarak jauh. Isinya dapat diunduh (download) oleh pemakai
atau pengguna. Sesudah isi katalog menyusul ke indeks majalah, lalu jasa
pengabstrakan. Tahap berikutnya digitalisasi berubah ke koleksi majalah
sehingga meghasilkan majalah dalam bentuk digital, isiya lazim dijual oleh
penjaja (vendor). Tahap berikutnya, menghingapi buku referens (i) sehingga
banyak buku referens yang tersedia dalam bentuk digital serta dapat diakses
pemakai melalui internet. Contoh popular ialah Wikipedia. Tahap berikutnya
ialah penerbitan buku, sehinga timbulah kegiatan penerbitan buku elektronik,
dikenal dengan nama e-book atau e-book publishing.
Karena
definisi yang diberikan sangat luas, maka hal tersebut memungkinkan munculnya
keanekaragaman definisi. Seperti The Digital library Federation (DLF)
memberikan definisi perpustakaan digital sebagai organisasi yang menyediakan
sumber, termasuk staf khusus untuk memilih, menstruktur, memberikan akses
intelektual ke menafsirkan, mendistribusikan, melestarikan integritas dari
serta menjamin persistence sepanjang waktu, menyangkut koleksi digital sehingga
koleksi tersebut tersedia dan dapat digunakan secara ekonomis bagi komunitas
tertentu.
Dengan
definisi yang diberikan oleh US National Science Foundation Digital Library
Initiative, maka definisi perpustakaan digital yang dikemukakan itu merupakan
lonceng kematian bagi definisi perpustakaan elektronik (electronic library).
Perpustakaan elektronik yang mencakup informasi yang tersedia dalam bentuk
analog elektronik maupun digital seperti videodisc awal. Maka sejak
sekitar tahun 1995an, istilah perpustakaan elektronik sudah tidak ditemukan
lagi dalam literature kepustakawanan AS, diganti sepenuhnya oleh istilah
perpustakan digital.
Perpustakaan
digital mulai muncul di Indonesia sekitar tahun 1992 dimulai di ITB yang
melibatkan berbagai komponen. Usaha itu kemudian dilanjutkan oleh perpustakaan perguruan
tinggi sehingga munculah berbagai perpustakaan digital di Indonesia, terutama
di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi dan khusus (Sulistyo, 2002).
Dengan
melihat kondisi perpustakaan umum yang ada di Indonesia, maka sebutan
perpustakaan digital mungkin belum sesuai, karena belum memenuhi syarat sebuah
perpustakaan digital. Di sisi lain sudah mulai ada perpustakaan umum yang
mendigitalisasikan materi perpustakaan yang dimilikinya walaupun sangat
terbatas. Walaupun koleksi perpustakaan belum dapat di akses dari internet
sebagai salah satu syarat perpustakaan digital, koleksi perpustakaan sudah ada
yang dalam bentuk digital. Maka perpustakaan umum yang memiliki koleksi
digital, namun belum dapat di akses dari jarak jauh dapat disebut perpustakaan
hibrida.
Bila
melihat sejarah perpustakaan, maka langkah perpustakaan umum ke arah
perpustakaan digital meliputi langkah berikut :
1. Pengorganisasian
koleksi perpustakaan sebagaimana telah dilakukan berabad-abad seperti pengatalogan,
klasifikasi, temu balik jasa informasi bagi pengguna.
2. Persiapan
ke arah otomasi perpustakaan mencakup perangkat keras, perangkat lunak, sumber
daya manusia dan pendidikan pemakai.
3. Penerimaan
materi digital yang dapat diunduh (download) dari Internet yang dibeli dari
toko buku serta alih bentuk materi perpustakaan ke dalam bentuk digital.
Pengalihan bentuk ini hendaknya memperhatikan aspek hukum, kesediaan pengguna
disamping aspek teknologi informasi serta infrastruktur.
4. Pengembangan
perpustakaan digital. Berkaitan dengan kondisi Indonesia, perpustakaan umum
harus mencegah terjadinya kesenjangan digital serta ekskluisi sosial (social
exclusion).
5. Upaya
menjembatani kesenjangan digital. Kesenjangan digital ialah kesenjangan yang
terdapat antara pemakai yang dapat mengakses informasi serta fasilitas TI
dengan kelompok masyarakat yang tidak punya akses serta fasilitas TI.
Perpustakaan
digital mensyaratkan ketersediaan TI di perpustakaan pusat maupun cabang.
Keterbatasan anggaran perpustakaan akan menimbulkan kesenjangan digital, yaitu
kesenjangan anggota masyarakat yang punya akses ke komputer dengan anggota
masyarakat yang tidak memiliki akses. Kesenjangan ini akan bertambah bila
perpustakaan umum berkembang menjadi perpustakaan digital bila tidak disertai
perangkat untuk mencapai semua lapisan masyarakat.
Dengan
melihat data perpustakaan umum dewasa ini yang tersimpan di Deputi Pembinaan,
maka pengembangan ke arah perpustakaan digital mencakup 2 (dua) bidang, yaitu
penyiapan ke arah digitalisasi serta pengupayaan agar tidak terjadi eksklusi
sosial serta melihat hal yang ada.
Persiapan
ke arah perpustakaan digital mencakup ketersediaan anggaran, penyiapan SDM
kemudian pemakai serta keputusan mengenai materi yang akan didigitalkan.
Mengingat muatan lokal semakin banyak digunakan untuk kepentingan publik
(pendidikan, kebudayaan, pariwisata) maka muatan lokal harus memperoleh
prioritas dalam digitalisasi.
Perluasan jasa perpustakaan agar tercapai inklusi sosial artinya tindakan tegas untuk mengubah lingkungan serta kebiasaan yang mengarah ke eksklusi sosial. Digitalisasi koleksi perpustakaan diikuti dengan penyediaan fasilitas TI diharapkan mampu mencakup kelompok yang selama ini merupakan kelompok marginal.
Perluasan jasa perpustakaan agar tercapai inklusi sosial artinya tindakan tegas untuk mengubah lingkungan serta kebiasaan yang mengarah ke eksklusi sosial. Digitalisasi koleksi perpustakaan diikuti dengan penyediaan fasilitas TI diharapkan mampu mencakup kelompok yang selama ini merupakan kelompok marginal.
Adapun
tujuan automasi perpustakaan adalah:
1. Untuk
meningkatkan pelayanan, mempercepat, mengefisienkan dan mengakurasi pekerjaan.
2. Untuk
memberi keleluasaan akses informasi.
3. Untuk
meningkatkan akses ke perpustakaan lain.
4. Untuk
memenuhi tuntutan perkembangan TI.
5. Untuk
meningkatkan prestise/citra.
6. Agar
perpustakaan tidak terisolasi.
7. Untuk
menyebarkan informasi.
8. Untuk
mengembangakan kerjasama dan “resource sharing”.
Manfaat
penerapan teknologi informasi bagi pemakai perpustakaan menurut Henderson
(1992) adalah :
1. Menyediakan
akses yang cepat dan mudah pada informasi ;
2. Menyediakan
akses jarak jauh bagi pemakai ;
3. Menyediakan
akses 24 jam (bila TI dioperasikan atau jasa layanannya sudah dalam bentuk web
browser) bagi pemakai :
4. Menyediakan
akses informasi yang tidak terbatas dari berbagai jenis sumber ;
5. Menyediakan
informasi yang lebih mutakhir ;
6. Menyediakan
informasi yang dapat digunakan secara luwes bagi pemakai sesuai dengan
kebutuhannya ;
7. Meningkatkan
keluwesan , dan
8. Memudahkan
informasi ulang dan kombinasi data dari berbagai sumber.
Lebih
jauh Cohrane (1992), menyebutkan beberapa keuntungan teknologi informasi bagi
perpustakaan sebagai berikut :
1. Memudahkan
integrasi berbagai kegiatan perpustakaan ;
2. Memudahkan
kerjasama dan pembentukan jaringan perpustakaan ;
3. Membantu
menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan ;
4. Menghilangkan
pekerjaan yang bersifat mengulang (Repetitif) dan karenanya tidak menarik dan
membosankan ;
5. Membantu
perpustakaan memperluas jasa perpustakaan ;
6. Menimbulkan
berbagai peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan ;
7. Dapat
menghemat uang dan malahan menjadi menghasilakn uang, dan
8. Meningkatkan
efesiensi.
Namun
disisi lain teknologi informasi memiliki kerugian/kelemahan atau kendala dalam
penerapannya di Indonesia, misalnya menyangkut biaya, ketersediaan prasarana,
seperti jaringan telekomunikasi, sikap pimpinan yang kurang menyadari
keberadaan komputer bagi perputakaan serta adanya sikap gagap teknologi di
kalangan pustakawan (GAPTEK).
BAB III
PENUTUP
Setelah
mengetahui tentang automasi perpustakaan kita dapat mengetahui betapa
pentingnya peran TI pada suatu perpustakaan. Automasi perpustakaan memiliki
banyak manfaat bagi perpustakaan itu sendiri. Tetapi adapula dampak negatif
dari adanya automasi perpustakaan yaitu, perpustakaan tidak memerlukan banyak
tenaga pustakawan untuk mengelola suatu perpustakaan karena dengan automasi
perpustakaan pekerjaan pustakawan dapat diambil alih dengan mesin/ teknologi.
Masih
banyak perpustakaan yang belum menerapkan automasi perpustakaan dikarenakan
banyaknya kendala. Seperti dana, sdm serta kepedulian pemerintah yang sangat
kurang. Pemerintah atau pimpinan suatu perusahaan sangat berperan besar jika
ingin menerapkan automasi perpustakaan. Karena dengan menerapkan automasi
perpustakaan memiliki banyak menguntungkan bagi user ataupun pustakawan di
suatu perpustakaan tersebut.
Daftar Pustaka
Arif, I. (2003). Konsep dan Perencanaan
dalam Automasi Perpustakaan. Malang: UMM. Dikutip dari
http://widodo.staff.uns.ac.id/2009/07/13/membangun-automasi-perpustakaan-tinjauan-kebutuhan-spesifikasi-software/ (16 Feb. 17)
Biology-Online.org.
(2006, November 27). Library automation. Dikutip dari biology online:
http://www.biology-online.org/dictionary/Library_automation (16 Feb. 17)
F, H.
(1992). Relationship with users. In Information Tecnology in special
Libraries. London: Routledge.
Dikutip dari https://memans.wordpress.com/2009/01/25/pengantar-sistem-otomasi-perpustakaan/
(16 Feb. 17)
Fahmi, Y.
(2013). TEKNOLOGI INFORMASI DAN AUTOMASI PERPUSTAKAAN. Jurnal Iqra'. (16 Feb. 17)
Sulistyo-Basuki.
(2007, Agustus). Visi Pustaka. Konsep Pengembangan Perpustakaan Umum
Menuju Perpustakaan Digital. Retrieved from
http://perpusnas.go.id/magazine/konsep-pengembangan-perpustakaan-umum-menuju-perpustakaan-digital/ (16 Feb. 17)
Wijoyo, W.
(2009, Juli 13). MEMBANGUN AUTOMASI PERPUSTAKAAN: TINJAUAN KEBUTUHAN
SPESIFIKASI SOFTWARE. Dikutip
dari Widodo H. Wijoyo:
http://widodo.staff.uns.ac.id/2009/07/13/membangun-automasi-perpustakaan-tinjauan-kebutuhan-spesifikasi-software/ (16 Feb. 17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar