Selasa, 14 Mei 2019

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN SMA MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
DI PERPUSTAKAAN SMA MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Diploma 3 Perpustakaan
Oleh :
Ramadhan Saukani Caesatrio
NIM F0271151021
 





PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 PERPUSTAKAAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019



HALAMAN PERNYATAAN




HALAMAN PERSETUJUAN



HALAMAN PENGESAHAN



MOTTO


“Hiduplah seakan-akan hidup untuk kedua kalinya dan lakukanlah sesuatu seakan-akan melakukan kesalahan untuk pertama kalinya”
-Viktor E. Frankl


ABSTRAK


Tugas akhir ini membahas tentang “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak” permasalahan pertama, faktor-faktor penyebab kerusakan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Kedua, upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Ketiga, kendala perawatan dan pelestarian bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Kedua, untuk mendiskripsikan upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Ketiga, untuk mendiskripsikan kendala perawatan dan pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka sedangkan teknik analisis yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data dan simpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada beberapa faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di  Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yaitu pertama, faktor karakteristik bahan koleksi itu sendiri yaitu kertas. Kedua, faktor lingkungan seperti debu yang berasal dari lantai semen perpustakaan. Ketiga, faktor manusia seperti makan dan minum di perpustakaan, serta tindakan vandalisme yang dilakukan pemustaka. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan untuk menangani kerusakan bahan pustaka yaitu pertama, membersihkan ruang perpustakaan. Kedua, melakukan edukasi untuk memberikan pemahaman kepada pemustaka. Ketiga, melakukan penyiangan bahan pustaka. Kegiatan pelestarian dan perawatan bahan pustaka belum dapat dilakukan secara maksimal karena masih terbatasnya jumlah sumber daya manusia di perpustakaan itu sendiri. 

Kata kunci : penyebab kerusakan, pelestarian, bahan pustaka


ABSTRACT


This final project discusses the "Factors Causing Damage to Library Materials in the Library of 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak " the first problem, the factors that cause library damage in the Library of the 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak. Second, efforts to deal with damage to library materials in the library of 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak. Third, the constraints on the maintenance and preservation of library materials in the library of 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak. The purpose of this study is first, to describe the factors that cause damage to library materials in the Library of the 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak. Second, to describe efforts to deal with damage to library materials in the Library of the 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak. Third, to describe the constraints of care and preservation of library materials in the Library of the 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak. This research is a descriptive qualitative study. The method of data collection uses observation, interviews, documentation, literature studies while the analytical techniques are carried out namely data reduction, data presentation and conclusions. The results of this study indicate that there are several factors that cause damage to library materials in the Library of Pontianak 2 Muhammadiyah High School, namely first, the characteristic factor of the collection material itself is paper. Second, environmental factors such as dust coming from the cement floor of the library. Third, human factors such as eating and drinking in the library, as well as acts of vandalism carried out by users. Therefore, it is necessary to take action to deal with damage to library materials, namely first, cleaning the library space. Second, do education to provide understanding to users. Third, weeding library material. The activities of preservation and maintenance of library materials cannot be carried out optimally because of the limited number of human resources in the library itself.

Keywords : cause of damage, preservation, library material




KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim, assalamua’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan Rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak”, Salam dan shalawat kepada Nabiullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita menuju zaman peradaban. Penulis menyadari bahwa, dalam proses penyusunan tugas akhir ini banyak mendapat bimbingan dan bantuan, baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Secara istimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih tulus kepada kedua orang tua, kakak tersayang, sahabat tercinta, teman satu almamater, semua pihak yang terlibat dan masih banyak lagi yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu secara moral maupun material. Sehingga penulis dapat menyelesaikan segala aktivitas terutama dalam menuntut ilmu. Serta tak lupa penulis hanturkan terima kasih kepada :
1.      Atiqa Nur Latifa Hanum, S.Sos., M.A. selaku dosen pembimbing untuk penulisan tugas akhir yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing serta dukungan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

2.      Dr. Sisilya Saman Madeten, M.Pd. selaku dosen penguji I dan Ketua Program Studi Diploma 3 Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura yang telah bersedia untuk menguji hasil penulisan tugas akhir ini.
3.      Dr. A. Totok Priyadi, M.Pd. selaku penguji II yang telah bersedia untuk menguji hasil penulisan tugas akhir ini.
4.      Drs. Agus Wahyudi selaku Kepala Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yang telah bersedia menjadi informan I dalam tugas akhir ini.
5.      Heni Safitri, S.Kom. selaku Petugas Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yang telah bersedia menjadi informan II dalam tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan tidak kesempurnaan, baik di dalam kalimat maupun isinya, maka dari itu segala bantuan bimbingan, arahan dan kritik maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan guna menyempurnakan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak-pihak yang membutuhkan.
Wabillahitaufik wal hidayah wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pontianak, 3 Maret 2019

Ramadhan Saukani Caesatrio
NIM F0271151021



DAFTAR TABEL


Tabel 1 Struktur Organisasi....................................................................................... 39
Tabel 2 Jumlah Koleksi............................................................................................. 40

 

BAB I
PENDAHULUAN


Perpustakaan adalah sebuah gedung atau ruang yang di dalamnya berisi tumpukan buku-buku berdebu. Memang asumsi tersebut tidak sepenuhnya salah. Menurut Basuki (1991) “Perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.
Debu atau dust kerap kali menjadi musuh utama bukan hanya bagi pustakawan tetapi juga sebagai salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pustaka disuatu perpustakaan. Debu yang menempel pada bahan pustaka dan lingkungan perpustakaan yang lembab akan berdampak pada timbulnya noda permanen pada koleksi (Fatmawati, 2017).
Di samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan memiliki daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab (Martoadmodjo, 2014).
Selain itu, debu yang menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, juga berdampak buruk pada kesehatan pustakawan dan pemustaka. Debu berdampak negatif bagi kesehatan telah terbukti pada penelitian seorang Dokter

Hassan Bollourchi di dalam Sobari (2004). Penelitian itu dilakukan pada perpustakaan umum yang ada di negara Amerika Serikat. Terdapat kondisi kesehatan yang tidak normal diantara para pustakawan tersebut, yakni mereka mengidap penyakit kanker paru, serangan jantung, kerusakan kulit wajah, dan gangguan saluran pernafasan. Walaupun sebab lain gangguan kesehatan tersebut karena kebiasaan merokok pustakawan itu sendiri.  Penelitian itu juga menjelaskan bahwa debu yang ada di perpustakaan sama berbahayanya dengan seseorang yang terpapar asap rokok atau perokok pasif.
Berdasarkan paparan sebelumnya, telah diketahui dampak negatif debu pada bahan pustaka yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kerusakan bahan pustaka. Satu diantara solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan pelestarian bahan pustaka secara berkala. Tentu sangat tidak baik jika berkunjung ke perpustakaan dapat disamakan bahayanya dengan perokok pasif karena debu yang bertebaran di dalam perpustakaan.
Melihat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari debu, maka masalah seperti ini tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Hal yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada objek perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak adalah dikarenakan banyaknya debu yang berasal akibat lantai perpustakaan yang menggunakan semen. Terdapat juga faktor lain penyebab kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yaitu tindakan yang dilakukan pustakawan atau petugas perpustakaan sehingga membuat udara menjadi tercemar seperti merokok dan memarkirkan kendaraan roda dua di dalam perpustakaan. Tindakan tersebut selain merusak bahan pustaka juga dapat membahayakan kesehatan pengguna dan petugas perpustakaan yang berada di dalamnya. Ditambah lagi tindakan merokok petugas perpustakaan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan terjadinya terbakarnya perpustakaan. Oleh karena itu penulis mengangkat tugas akhir ini yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di SMA Muhammadiyah 2 Pontianak”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut :
2.      Bagaimana upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
3.      Apa saja kendala perawatan dan pelestarian bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan tersebut, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1.      Untuk mendiskripsikan faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
2.      Untuk mendiskripsikan upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
3.      Untuk mendiskripsikan kendala perawatan dan pelestarian bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1.      Bagi penulis, untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman khususnya pada kegiatan pelestarian dan perawatan koleksi.
2.      Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji hal yang sama.
3.      Sebagai bahan rujukan bagi pengelola perpustakaan dalam melestarikan dan memelihara bahan pustaka yang ada, agar informasi dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga dengan baik.
4.      Bagi pemustaka, dapat menambah pengetahuan tentang penyebab dari kerusakan bahan pustaka. 

1.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005).
Penulis menggunakan metode kualitatif pada penelitian ini dikarenakan untuk mengupas tuntas permasalahan tentang objek yang diteliti secara mendalam berdasarkan data yang ada di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi penulis secara langsung di lapangan untuk mengumpulkan data. Teknik yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data antara lain seperti observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan analisis data.

2.      Teknik Pengumpulan Data
a.      Teknik
Dalam penelitian, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka yang berkaitan dengan topik sebagai langkah pengumpulan data. Wawancara merupakan proses dalam menggali sebuah informasi dari tempat penelitian yang dapat dilakukan tanya jawab oleh dua orang, khususnya wawancara mendalam yaitu antara peneliti dengan informan.
Untuk memperoleh suatu keadaan yang jelas terhadap situasi dan kondisi, aktivitas, perilaku yang ada pada perpustakaan, sehingga penulis melakukan observasi. Dokumentasi dilakukan untuk mengambil gambar mengenai bahan pustaka yang mengalami kerusakan dan lokasi objek perpustakaan. Kemudian penulis menggunakan studi pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian, agar observasi dan wawancara dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur maupun standar pelaksanaan yang terdapat dalam studi pustaka. Selain itu, studi pustaka dapat membantu penulis dalam membuat Laporan Tugas Akhir yang benar berdasarkan teori para ahli.
b.      Alat/Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, alat atau instrumen penelitian yang penulis gunakan tiada lain berupa kertas, smartphone, pulpen, dan lain sebagainya yang digunakan sebagai alat untuk merekam informasi atau data yang diperoleh. Untuk dapat menangkap atau menjelaskan data yang demikian, yang paling tepat sebagai instrumen penelitian adalah manusia.
Seperti yang dijelaskan tentang pengertian kualitatif menurut ahli. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang–orang yang diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005)

3.      Analisis Data
Menurut Emzir (2012) “analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian pola-pola.” Analisis data ini merupakan pengolahan data yang berupa perbuatan, catatan lapangan dan bahan-bahan tertulis lain yang memungkinkan peneliti untuk dapat menemukan hal-hal yang sesuai dengan pokok persoalan yang diteliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
a.      Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Menurut Emzir (2012) “Reduksi data merupakan bentuk analisis menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil”. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik mengenai faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar mempersulit analisis selanjutnya.
b.      Penyajian Data
Kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memungkinkan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab masalah penelitian.
Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan kesimpulan, agar dalam penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan langkah-langkah serta alasan kebijakan yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.
c.       Simpulan
Setelah keseluruhan informasi telah membentuk gambaran penelitian yang utuh, maka langkah selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari keseluruhan informasi tersebut. Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan, atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan ini merupakan merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

4.      Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data dari catatan lapangan, direduksi, dideskripsikan, dianalisis, kemudian ditafsirkan. Metode yang digunakan dalam pengolahan data tugas akhir ini adalah metode kualitatif, teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung/observasi, dokumen dan wawancara. Setelah data diperoleh melalui observasi, dokumen dan wawancara selanjutnya membuat poin-poin penting yang akan dicantumkan pada tugas akhir serta identifikasi yang akan dibuat. Selanjutnya menelusuri buku yang sesuai dengan pokok permasalahan, kemudian mengambil intisari dari bacaan tersebut yang sesuai dengan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir.



BAB II
TINJAUAN LITERATUR


Pertama tugas akhir Junita Riana Damayanti Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret 2014 yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Buku Di Perpustakaan Umum Dan Arsip Daerah Kota Madiun” menerangkan bahwa penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Madiun. Hasil penelitian tersebut menunjukan ada tiga faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Madiun yaitu faktor fisika, faktor koleksi itu sendiri dan faktor manusia.
Di satu sisi, perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Junita Riana Damayanti adalah peneliti membahas mengenai Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak melalui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka (dikemukakan oleh Fatmawati) sedangkan penelitian Junita Riana Damayanti menggunakan pendapat Badan Perpustakaan Jawa Timur. Kemudian secara sistematika penulisan, berbeda dengan peneliti ini, sehingga penelitian yang dilakukan peneliti pada Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berbeda dengan penelitian di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Madiun.

Kedua skripsi Ahmad Jaelani Mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013 yang berjudul “Studi Tentang Kerusakan Bahan Pustaka Dari Faktor Biotik Dan Penanggulanganya di Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta” menerangkan bahwa penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukan ada dua faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yaitu faktor biota dan faktor manusia.
Di satu sisi, perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Jaelani adalah peneliti membahas mengenai Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak melalui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka (dikemukakan oleh Fatmawati) sedangkan penelitian Ahmad Jaelani menggunakan pendapat Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Kemudian secara sistematika penulisan, berbeda dengan peneliti ini, sehingga penelitian yang dilakukan peneliti pada Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berbeda dengan penelitian di Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Ketiga skripsi Sulfiani Mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar 2017 yang berjudul "Strategi Pelestarian Bahan Pustaka di Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang Sungguminasa Gowa". Penelitian tersebut menyatakan ada tiga faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang Sungguminasa Gowa, yaitu faktor manusia, faktor debu dan faktor cahaya.
Di satu sisi, perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulfiani adalah peneliti membahas mengenai Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak melalui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka (dikemukakan oleh Fatmawati) sedangkan penelitian Sulfiani menggunakan pendapat Martoadmojo. Kemudian secara sistematika penulisan, berbeda dengan peneliti ini, sehingga penelitian yang dilakukan peneliti pada faktor-fakor Penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berbeda dengan penelitian di Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang Sungguminasa Gowa.

Ada banyak jenis-jenis perpustakaan, salah satu jenisnya ialah perpustakaan sekolah. Menurut Darmono (2007) ”Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah”. Sedangkan menurut Carter V. Good sebagaimana yang dikutip oleh Bafadal (2009) memberikan definisi perpustakaan sekolah sebagai koleksi yang diorganisasikan di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru, yang dalam penyelenggaraannya diperlukan seorang pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah adalah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar yang di dalamnya terdapat koleksi yang diorganisasikan untuk digunakan oleh pemustakanya untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Bahan pustaka atau disebut juga koleksi perpustakaan. Arti kata “bahan” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu seperti untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi ceramah. Sedangkan arti dari kata “pustaka” di dalam KBBI artinya kitab atau buku. Jadi dapat diartikan bahan pustaka adalah suatu kitab atau buku pedoman yang dapat digunakan untuk kepentingan proses pembelajaran.
Menurut Yulia (2014) koleksi perpustakaan adalah “semua  bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka”. Dalam konteks perpustakaan sekolah bahan pustaka atau koleksi perpustakaan digunakan untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar pada suatu sekolah.


Menurut Fatmawati (2017) kerusakan bahan pustaka dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam karakteristik bahan koleksi itu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar seperti faktor lingkungan, faktor manusia, faktor bencana alam, dan faktor biota.
a.      Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari karakteristik koleksi bahan pustaka itu sendiri, antara lain seperti :
1)      Kertas
Kertas yang terlalu tinggi kandungan senyawa lignin di dalamnya dapat membuat kertas menjadi menguning. Dikarenakan senyawa lignin ini bersifat asam oleh karena itu, kertas yang baik adalah yang mengandung sedikit atau bebas dari senyawa lignin ini.
2)      Lem
Lem yang digunakan kurang baik tentu dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka itu sendiri seperti daya rekat lem yang tidak kuat, lamban kering, mudah lepas, hingga mengundang datangnya serangga. Pada akhirnya lem akan mengalami kehilangan daya rekatnya seiring waktu. Oleh karena itu, diperlukan untuk mengetahui kualitas lem yang baik seperti lem Polyvinyl Acetate (PVA), agar kerusakan-kerusakan seperti di atas dapat diminimalisir.


3)      Tinta
Tinta yang digunakan pada kertas tidak baik maka akan menyebabkan tinta pada kertas itu luntur. Untuk itu, diperlukan tes untuk mengetahui baik atau tidaknya tinta yang digunakan. Caranya mudah yaitu cukup dengan kapas dan air, setelah itu kapas tersebut dibasahi air, lalu usapkan pada kertas dan apabila ada noda tinta dipastikan luntur. Jika tidak terdapat noda tinta maka dapat dipastikan tinta yang digunakan kualitasnya baik.  
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang merusak koleksi bahan pustaka dari luar seperti faktor lingkungan, manusia, bencana alam, dan biota.
1)      Lingkungan
Faktor lingkungan yaitu faktor yang berhubungan dengan faktor fisika (paparan cahaya, pencemaran udara, temperatur/suhu, kelembaban udara, debu). Faktor lingkungan lain seperti sisa makanan dan minuman, rak atau lemari tidak standar.
a)      Cahaya
Cahaya yang berada di lingkungan perpustakaan biasanya berasal dari cahaya lampu listrik dan sinar matahari. Cahaya mempercepat oksidasi pada molekul selulosa, sehingga kertas berubah menjadi kecoklatan. Pengaruh lain dari cahaya menyebabkan kertas menjadi pucat dan memudarnya tinta. Oleh karena itu, perlunya pencahayaan yang baik, pencahayaan yang baik adalah 40 lux.
b)     Pencemaran Udara
Pencemaran udara atau polusi yang mencemari udara seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, debu dan sebagainya. Polusi tersebut dapat merusak bukan hanya bahan pustaka tetapi juga kesehatan manusia. Pada udara yang tercemar terdapat senyawa asam, sehingga dapat membuat kertas berubah warna menjadi kuning/kecoklatan. Selain itu, apabila debu berpadu dengan kondisi perpustakaan yang lembab maka akan menyebabkan dampak timbulnya noda permanen pada koleksi. Pencegahan untuk debu (misalnya untuk koleksi baru) akan lebih baik jika ditempatkan pada display dengan penutup kaca, sehingga aman dari pengaruh debu. Untuk mencegah pencemaran udara, maka ruang perpustakaan perlu dipasang alat pembersih udara (air cleaner).
c)      Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu / temperatur yang tidak stabil membuat kertas cepat rusak. Jika temperatur rendah kelembaban tinggi, sebaliknya jika suhu tinggi maka kelembaban rendah. Akibat dari temperatur rendah kelembaban tinggi yaitu, lingkungan lembab, tinta yang larut dalam air akan menyebar, kertas saling menempel, suburnya pertumbuhan jamur dan serangga. Sebaliknya jika suhu tinggi maka kelembaban rendah akibatnya yaitu, lingkungan kering, kertas menjadi menegang, kertas menjadi getas dan rapuh, sampul keriput. Idealnya kondisi suhu / temperatur bagi ruang koleksi perpustakaan sekitar 20-24 C dan kelembaban udara sebaiknya berada pada rentang sekitar 45-60 % RH.
d)     Rak/Lemari Buku
Rak atau lemari penyimpanan buku yang tidak memenuhi syarat juga menjadi faktor kerusakan koleksi. Oleh karena itu, diperlukan rak yang sesuai standar dengan parameternya yaitu: sesuai dengan ukuran koleksi yang akan ditata, kondisi penyangga kuat sehingga tidak rontok atau melengkung di tengah saat rak ataupun lemari digunakan. Sebaiknya bahan rak atau almari adalah yang anti karat agar tidak merusak buku. Khusus untuk rak buku, ujung-ujung rak sebaiknya dibuat tumpul agar tidak membahayakan ataupun menggores koleksi, juga tinggi rak dari lantai minimal 5-6 cm untuk menghindari ancaman rayap dan terkena air saat lantai dipel.
2)      Manusia
Manusia dapat menjadi teman ataupun musuh dari bahan pustaka, karena selain dapat merawat manusia juga dapat merusak bahan pustaka. Sehingga perlu dilakukan usaha mengubah kebiasaaan pemustaka/petugas fotokopi untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak koleksi adalah dengan memberikan sosialisasi maupun pendidikan pemakai dengan topik perlakuan yang benar terhadap koleksi. Untuk pustakawan/petugas perpustakaan juga dapat mengikuti pelatihan tentang pelestarian bahan pustaka.
a)      Pustakawan/Pengelola Perpustakaan
Koleksi yang baru jangan dibiarkan bertumpuk-tumpuk, tetapi harus segera dikelola setidaknya koleksi itu disusun sejajar di rak.
b)     Pemustaka
Hal ini antara lain: saat membaca buku sambil dilipat halamannya; buku dalam keadaan terbuka lalu dijadikan alas tangan (agar halaman tidak berbalik) sambil mengetik di komputer; membaca buku sambil tiduran, membuka halaman buku dengan air liur; makan dan minum sambil membaca buku, berperilaku vandalisme (mencoret-coret dengan alat tulis, menandai tulisan yang dirasa penting dengan stabilo), mencuri buku dengan sengaja, meminjam buku dengan tidak sah karena tidak melalui prosedur yang ada, maupun mutilasi (menggunting atau menyobek halaman tertentu). Kesalahan ketika mengambil bahan koleksi pada jajaran rak buku.
c)      Pihak Ketiga
Petugas fotokopi sering main asal saja saat memfotokopi. Khususnya pada buku yang tebal agar tulisan tidak terpotong, maka biasanya dengan berperilaku menekan begitu saja punggungnya, padahal seharusnya tidak boleh ditekan-tekan, namun diletakkan di tepi.
d)     Faktor Lainnya
Sebenarnya ada juga perilaku faktor manusia lainnya yang mengakibatkan munculnya kebakaran, kerusuhan, perang, maupun ledakan bom, yang semuanya itu dapat merusak koleksi perpustakaan.
3)      Bencana Alam
Definisi bencana alam menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana tidak tahu kapan datangnya tetapi ada bencana yang dapat diprediksi. Misalnya bencana yang bergantung pada cuaca seperti banjir, badai, dan lain sebagainya. Walaupun tidak semua dapat diprediksi seperti gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya. begitu juga dengan prediksi cuaca tidak semuanya akan terjadi, setidaknya dengan prediksi cuaca dapat menimalisir kerusakan jika bencana alam itu terjadi.
4)      Biota
Definisi biota menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keseluruhan flora dan fauna yang terdapat di dalam suatu daerah. Biota  menjadi musuh terbesar bagi perpustakaan. Penyebabnya seperti sampah makanan dan minuman, selain mengundang biota (serangga) juga bau tidak sedap yang ditimbulkan. Kondisi ruang perpustakaan yang lembab sehingga mengundang jamur. Kondisi ruang yang kumuh atau kotor sehingga banyak sarang laba-laba. Semua jenis serangga dan juga binatang pengerat dapat merusak koleksi. Binatang pengerat merusak koleksi karena kertas akan dimakan dan dipakai untuk membuat sarang. Selain meninggalkan kotoran yang menyebabkan kertas menjadi kotor, juga memakan serat bahan organik sehingga bagian kertas menjadi berlubang atau hilang. Faktor biota misalnya serangga (kutu buku, kecoa, rayap), jamur, pengerat (tikus), bakteri dan lumut.
a)      Binatang Pengerat (Tikus)
Kertas dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang. Air kencing tikus rumah dapat membahayakan kesehatan manusia. Air kencing tikus dapat menyebarkan penyakit Leptospira, sejenis penyakit kuning. Isolasi listrik yang terdapat di dalam rumah/gedung juga menjadi sasaran serangan tikus rumah. Hal ini dapat menimbulkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya di bawah fondasi bangunan.
Untuk mengatasi serangan tikus itu perlu diadakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk melindungi serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus bersih dan kering. Lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika gedung sudah, pembasmian tikus dapat dilakukan dengan bahan kimiawi atau racun. Dewasa ini berbagai jenis bahan kimiawi pembasmi tikus banyak diproduksi orang (Martoadmodjo, 2014).
b)     Serangga
Jenis serangga cukup banyak. Serangga merupakan masalah yang pelik di negara topik. Makanan yang digemarinya ialah lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji. Siklus kehidupan serangga terdiri atas beberapa fase (tahap) yaitu telur, larva, kepompong dan dewasa. Kerusakan yang terbesar terjadi ketika serangga hidup dalam fase larva. Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang merupakan tempat yang ideal bagi srangga.  Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut. (a) Rayap, (b) Kecoa, (c) Ikan Perak, (d) Kutu Buku, (e) Ngengat dan (f) Kumbang Bubuk (Martoadmodjo, 2014).
c)      Jamur (Fungi)
Jamur (fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Untuk memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit) ataupun benda mati (sapropit). Jamur berkembang biak dengan spora, maka dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembang biak. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi.
Jamur yang bisa merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang bisa dibuat soup dan kita makan, tetapi jenis jamur beracun yang lazim bisa kita lihat pada pakaian, kertas, atau benda benda yang lain. Jamur jenis ini akan bisa membiak dengan leluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu serta tingkat kelembababan yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 21 C.
Jamur dapat merusak koleksi karena jamur memproduksi beberapa bahan organik seperti asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut dan rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehingga mengurangi daya rekatnya dan merusak tinta yang mengakibatkan tulisan tidak terbaca Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka. Misalnya, mula-mula kertas berwarna putih, kemudian warna itu berubah menjadi biru, dan akhirnya warna biru itu menjadi hitam. Pada tingkat demikian, kertas sukar diperbaiki, jamur sukar dihilangkan. Jika punggung buku kena air atau lembab, tumbuh jamur dengan warna putih. Jamur ini bisa dibersihkan dengan alkohol, dan tidak akan tumbuh lagi (Martoadmodjo, 2014).
Jamur selain merusak bahan pustaka juga berbahaya bagi kesehatan, apabila kulit seseorang terinfeksi jamur maka dapat timbulnya penyakit kurap atau panuan (Purwani, 2014).

a.      Sejarah Singkat
Singkatnya pada tahun 1966 di Florence, Italia terjadi banjir yang merusak koleksi perpustakaan beserta benda-benda seni lain di Perpustakaan nasional Italia. Sehingga peristiwa banjir ini menggugah hati pustakawan untuk mempelajari pelestarian bahan pustaka, yang pada waktu itu belum terpikir untuk menyinggung pelestarian koleksi perpustakaan. Perhatian pada pelestarian bahan pustaka baru ada sejak tahun 1970-an, ketika The Library of Congress (LC) berminat untuk merawat koleksinya yang terkenal dan sudah banyak yang lapuk.
b.      Definisi
Menurut Martoatmodjo (2014) maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Koleksi yang dirawat dimaksudkan bisa menimbulkan daya tarik sehingga orang yang tadinya segan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin menggunakan jasa perpustakaan.


c.       Fungsi-Fungsi
Menurut Martoatmodjo (2014) fungsi dari pelestarian antara lain, yaitu :
1)      Fungsi Melindungi
Bahan pustaka dilindungi dari serangan serangga, manusia, jamur, panas matahari, air dan sebagainya. Pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara di perpustakaan akan mudah dikontrol.
2)      Fungsi Pengawetan
Dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat menggunakan bahan pustaka tersebut.
3)      Fungsi Kesehatan
Pelestarian yang baik dan bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan.
4)      Fungsi Pendidikan
Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan.
5)      Fungsi Kesabaran
Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana bisa menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dan kotoran kutu buku dengan baik kalua tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.
6)      Fungsi Sosial
Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikutsertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan. Rasa pengorbanan yang tinggi harus diberikan oleh setiap orang, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka.
7)      Fungsi Ekonomi
Pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka.
8)      Fungsi Keindahan
 Pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, membuat perpustakaan menjadi indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya. Bahan pustaka menjadi tidak indah jika tidak dirawat, penuh dengan binatang perusak, pengap, bau busuk terpapar pada setiap sudut perpustakaan.

5.      Penanganan Kerusakan Bahan Pustaka
Penanganan kerusakan bahan pustaka yang dimaksudkan disini meliputi kegiatan dari mulai pencegahan kerusakan bahan pustaka, perawatan hingga perbaikan bahan pustaka. Ibaratkan kesehatan pada manusia begitu juga bahan pustaka, lebih baik melakukan tindakan pencegahan dari pada mengobati suatu penyakit. Untuk itu pencegahan kerusakan bahan pustaka lebih baik dilakukan sejak dini dari pada melakukan kegiatan perbaikan bahan pustaka. Menurut Yusuf dalam Hasanah (2010) Dalam perawatan bahan pustaka ada dua tindakan, yaitu:
a.      Tindakan Preventif
Tindakan Preventif ini adalah untuk mencegah sebelum bahan atau koleksi perpustakaan termasuk segala fasilitas, perabotan dan perlengkapannya mengalami kerusakan.
b.      Tindakan Kuratif
Dalam Perpustakaan tindakan kuratif mempunyai arti perawatan, perbaikan atau pengobatan akan suatu yang sudah terlanjur rusak. Contoh : buku yang jilidnya rusak, lembarannya rusak sebagian, atau sobek sebagian.


Menurut Soraya (2013) “Pencegahan kerusakan bahan pustaka termasuk dalam tindakan preventif.  Pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.      Mencegah Kerusakan Karena Faktor Biota
Membersihkan bahan pustaka secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan bahan pustaka, menurunkan kelembaban udara dan memberikan ruang yang lebih dalam penyusunan bahan pustaka pada rak, memelihara kebersihan ruangan, tidak meninggalkan sisa makanan di dalam ruangan dan menggunakan pembasmi tikus, cara ini adalah cara yang digunakan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur, serangga dan binatang lain yang dapat merusak bahan pustaka.
b.      Mencegah Kerusakan Karena Faktor Fisika
1)      Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Udara
Dapat memasang AC selama 24 jam adalah cara untuk mendapatkan temperatur dan kelembaban udara yang baik.
2)      Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya
Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka karena sinar ultra violet dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau memasang gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet yang masuk.
c.       Mencegah Kerusakan Karena Pencemaran Atau Debu
Perusakan bahan pustaka karena pencemaran udara dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut: menggunakan ac, di perpustakaan agar dipasang alat pembersih udara (air cleaner), menyimpan bahan pustaka dalam kotak pelindung.
d.      Melaksanakan Penyuluhan Kepada Staf dan Pengunjung Perpustakaan
Staf dan pengunjung perpustakaan perlu diberikan penyuluhan tentang bagaimana cara membawa atau memindahkan bahan pustaka, mengolah, memperbaiki bahan pustaka dengan cara melalui pelatihan media cetak seperti: brosur, poster, pamphlet, serta media elektronik. Kegiatan penyuluhan tentang tindakan pencegahan untuk pengunjung perpustakaan dapat diberikan melalui pendidikan pemakai yang diselenggarakan perpustakaan yang bersangkutan.
e.       Kesiapan Menghadapi Bencana
Bencana biasanya datang tidak terduga dan di luar kemampuan manusia untuk dapat mengetahui kapan peristiwa itu terjadi. Untuk meminimalkan bencana yang terjadi perlu diadakannya perencanaan untuk menghadapi bencana, perencanaan tersebut seperti: mengurangi rasa panik pada staf dan dapat memberikan jalan keluar untuk mengatasinya, menyediakan stok bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam keadaan darurat, membuat daftar lembaga yang harus dihubungi jika terjadi keadaan darurat.
f.        Penyempurnaan Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Penyempurnaan sarana dan prasarana perpustakaan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
1)      Penataan dan Penyimpanan
Tempat penyimpanan bahan pustaka harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan ukuran yang lebar sehingga tidak ada bahan pustaka yang menonjol. Rak atau tempat penyimpanan bahan pustaka diusahakan agar diletakan pada ruangan dengan ventilasi yang baik dan jaraknya cukup untuk mengambil dan mengembalikan bahan pustaka secara leluasa.
2)      Kebersihan
Membersihkan ruangan dan bahan pustaka secara teratur dan pengaturan suhu dan kelembaban udara merupakan pekerjaan penting untuk merawat bahan pustaka agar tidak cepat mengalami kerusakan, pemeriksaan secara berkala pada bahan pustaka dan fasilitas penyimpanan.
3)      Penanganan
Penanganan bahan pustaka yang benar adalah program pelestarian yang murah. Cara melatih para staf perpustakaan dan pengunjung perpustakaan dapat menghemat dana untuk memperbaiki dan merawat koleksi dan dapat mengurangi kerusakan oleh salah penanganan yang disebabkan oleh para pengunjung perpustakaan dan petugas perpustakaan.
Untuk merawat bahan pustaka harus dilakukan dengan penuh kesabaran seperti halnya merawat kedua orang tua. Perawatan bahan pustaka menurut Soraya (2010) yaitu:
a.      Pembasmian
Kerusakan bahan pustaka yang ditimbulkan oleh serangga dan jamur dapat dilakukan dengan cara pembasmian. Ada beberapa metode pembasmian, yaitu: dengan suntikan, dengan penyemprotan, dengan vacuum, dengan freezing, menggunakan gas inert dan dengan fumigasi.
b.      Pembersihan (cleaning)
Apabila bahan pustaka sudah kotor akibat debu, maka bahan pustaka tersebut harus dibersihkan dengan cara yang benar. Cara pembersihan bahan pustaka yaitu: membersihkan debu dengan vacuum cleaner, dengan kuas dan karet penghapus.
c.       Deasidifikasi
Deasidifikasi merupakan cara yang dipakai untuk menetralkan asam yang dapat merusak kertas dan memberi bahan penahan (buffer) untuk melindungi kertas dari pengaruh asam dari luar. Basa atau bahan yang bersifat alkalin dapat menetralkan asam pada kertas. 
d.      Memutihkan Kertas
Pengaruh faktor kimia dan udara dapat menyebabkan noda dan warna kuning kecoklatan pada kertas, untuk menghilangkannya dapat dilakukan dengan cara memutihkan kertas. Bahan yang digunakan untuk memutihkan kertas yaitu: sodium chloride, potassium permanganate, hypochlorite dan hidrogen peroksida.
e.       Menghilangkan Noda dan Sellotape
1)      Menghilangkan Noda
Untuk menghilangkan noda yang terdapat pada bahan pustaka dapat diuji dengan pelarut organik.
2)      Menghilangkan Sellotape
Sellotape yang dipakai untuk perekat pada bahan pustaka sebaiknya dihilangkan, karena bahan perekat pada sellotape tersebut bersifat asam dan bahan pustaka atau kertas dapat berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Cara menghilangkan sellotape adalah dengan menggunakan benzene dan pelarut organik.
f.        Penyiangan
Penyiangan merupakan proses pengeluaran bahan pustaka dari koleksi suatu perpustakaan. Penyiangan ini dilakukan jika bahan pustaka tersebut sudah rusak parah. Bahan pustaka yang sudah tidak dipakai dikeluarkan dari koleksi selanjutnya diberikan kepada perpustakaan yang memerlukan atau yang mau menerima bahan pustaka tersebut.

Kerusakan bahan pustaka tentu tidak dapat dihindari, upaya selanjutnya yang dapat dilakukan adalah perbaikan. Perbaikan (restoration) menurut definisi yang diberikan IFLA di dalam Martoadmojo (2014) menunjuk pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak. Menurut Soraya (2010) jenis perbaikan bahan pustaka seperti:
a.      Menambal
Bagian bahan pustaka yang rusak dapat ditambal atau ditutup dengan tisu jepang, kertas handmade, bubur kertas atau tisu berperekat. Perekat yang digunakan adalah CMC (Caerboxyl Methly Cellulose) atau MC (Methyl Cellulose).
b.      Menyambung
Untuk merekatkan bagian bahan pustaka atau kertas yang robek atau patah karena lipatan dapat dilakukan dengan cara menyambung bahan pustaka atau kertas yang robek tersebut. Menyambung kertas atau bahan pustaka dapat dilakukan dengan menggunakan Japanese tissue, atau handmade paper.
c.       Lining
Lining merupakan teknik memperkuat kertas atau bahan pustaka dengan cara pelapisan bagian belakang bahan pustaka dengan bahan penguat. Proses ini dilakukan untuk jenis gambar, peta, atau bahan pustaka lain yang bergambar. Bahan yang digunakan adalah Japanese tissue dengan perekat yang digunakan adalah CMC (Caerboxyl Methly Cellulose) atau MC (Methyl Cellulose).


d.      Laminasi
Tindakan laminasi ini dilakukan untuk bahan pustaka atau kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi seperti menambal dan menyambung sehingga bahan pustaka menjadi kuat.
e.       Enkapsulasi
Kertas atau bahan pustaka yang akan dienkapsulasi berupa lembaran yang sudah rapuh. Proses enkapsulasi ini menggunakan plastik polyester dengan cara dilapisi dan direkatkan dengan menggunakan double sided tape.
f.        Perbaikan Jilidan
Beberapa jenis pekerjaan perbaikan bahan pustaka yang dapat dilakukan yaitu: memperkuat engsel buku yang longgar, mengganti lembar pelindung yang sobek, menempel linen baru pada punggung sampul buku asli, perbaikan buku dengan menggunakan sampul asli, memperbaiki kembali punggung sampul buku dan perbaikan sampul buku.

Dari berbagai sumber ternyata perawatan dan pelestarian bahan pustaka mengalami banyak kendala. Menurut Basuki (1991) kendala dalam kegiatan ini seperti :
a.       Kurangnya tenaga pelestarian yang ada di Indonesia
b.      Banyak pemimpin dan pemegang kebijakan belum memahami tentang kegiatan perawatan dan pelestarian
c.       Praktek yang selama ini dilakukan di Indonesia masih banyak yang salah
d.      Berbagai bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan tercetak dengan mutu kertas yang kurang baik mutunya namun tinggi nilai sejarahnya
e.       Ruang perpustakaan yang tidak dirancang sesuai dengan keperluan pelestarian dan perawatan bahan pustaka
f.        Belum adanya kebijakan pelestarian nasional

Sedangkan Menurut Martoadmojo (2014) ada berbagai unsur penting yang tak kalah penting untuk diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka, antara lain sebagai berikut :
a.      Manajemen
Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan, dan sebagainya.
b.      Sumber Daya Manusia
Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu keahlian atau keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen.
c.       Laboratorium
Laboratorium, yaitu suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu vacum cleaner dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai "bengkel" atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki.
d.      Dana
Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari Lembaga tempat perpustakaan bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri, dianjurkan diadakan kerja sama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menghemat biaya yang besar. Kalau di kota ada badan komersial dalam bidang ini, Anda dapat menggunakan jasa mereka.



BAB III
GAMBARAN OBJEK


SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berdiri pada tanggal 17 juli 1989 dan beralamatkan di jalan Dr. Sutomo Gg. Karya 1 Kotabaru Pontianak, SMA Muhammadiyah 2 Pontianak didirikan atas dasar dorongan dari berbagai pihak terutama para pemuka Muhammadiyah yang melihat kebutuhan lembaga pendidikan ditingkat sekolah menengah atas terutama di sekitar kota Pontianak. SMA Muhammadiyah 2 Pontianak memang sejalan dengan nilai-nilai kemuhammadiyahan yaitu sebagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan sosial.
Sejak berdirinya SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, dengan Nomor SK Pendirian 109/114.1/Kep/E/1989 tertanggal 24 Oktober 1989 yang ditandatangani oleh ketua pemimpin pusat Muhammadiyah Majelis Dikdasmen, penyedia sarana dan prasarana atau tenaga pengajar menjadi perhatian demi terciptanya Tujuan Pendidikan Nasional yang dicenangkan oleh pemerintah dalam perjalanan yang panjang dan seiring dengan perkembangan pembangunan, maka SMA Muhammadiyah 2 Pontianak mengalami perkembangan yang awalnya berstatus Terdaftar menjadi Diakui dan selanjutnya pada 8 april 2010 Badan Akreditasi Sekolah (BAS) Provinsi Kalimantan Barat telah menerbitkan Sertifikat Akreditas Sekolah dengan Nomor : Ma. 004539 yang menyatakan bahwa SMA Muhammadiyah 2 Pontianak memperoleh Akreditasi dengan predikat “B” (Baik).

Pada perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak awalnya berada dilantai 2 dan bertepatan di kelas sekolah, namun pada saat itu tidak berlangsung lama dan perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pun dipindahkan lagi pada lantai dasar atau di bawah, perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yaitu bertepatan ruangan kelas, di bangun dari dana swadaya SMA Muhammadiyah 2 Pontianak dan dana bantuan social APBN-P 2011 Direktorat Pembina SMA Direktorat Jendral Menengah Kementerian Pendidikan Sosial.

Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa. Kecerdasan dan keterampilan mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air sehingga dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa berdasarkan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan uud 1945.


a.       Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan dalam sektor kehidupan.


SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Pontianak Tahun 2016 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Potianak Nomor 149) dan Peraturan Walikota Pontianak Nomor 74 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Perputakaan Kota Pontianak.
Tabel 1 Struktur OrganisasiKotak Teks: Kepala Sekolah
Drs. H. Suwandi M.Noor, M.Pd











                                                                                                  


Tabel 2 Jumlah Koleksi
No.
Jenis Buku
Jumlah Buku
Judul
Eksemplar
1.       
Kamus
11
33
2.       
Ensiklopedia
50
175
3.       
Fiksi
250
450
4.       
Agama
150
506
5.       
Karya ilmiah
160
160
6.       
Majalah
130
130
7.       
Buku umum/ buku pelajaran
45
3.506
8.       
CD
20
20
Jumlah
816
4.980
Sumber : Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak

1.      Nama                     : Agus Wahyudi
Jabatan                  : Kepala Perpustakaan
Lulusan                 : S1 Akuntansi UNTAN


2.      Nama                     : Heni Safitri
Jabatan                  : Petugas Perpustakaan
Lulusan                 : S1 Komputer STMIK

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


Menurut Fatmawati (2017) kerusakan bahan pustaka dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam karakteristik bahan koleksi itu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar seperti lingkungan, manusia, bencana alam, dan biota. Hal tersebut peneliti temukan saat melakukan penelitian di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, antara lain yaitu :
Ibarat manusia yang pasti akan mengalami kematian begitu pula bahan pustaka dengan sendirinya akan mengalami kerusakan, disebabkan oleh karakteristik dari kertas, lem dan tinta yang digunakan. Adapun faktor penyebab kerusakan karakteristik bahan koleksi yang ada di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, yaitu :
a.      Kertas
Menurut Fatmawati (2017) Kertas yang terlalu tinggi kandungan senyawa lignin di dalamnya dapat membuat kertas menjadi menguning. Dikarenakan senyawa lignin ini bersifat asam oleh karena itu, kertas yang baik adalah yang mengandung sedikit atau bebas dari senyawa lignin ini. Hal tersebut peneliti temukan bahwa adanya temuan kertas yang sudah

menguning di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Salah satu penyebabnya bisa jadi dikarenakan jenis kertas yang digunakan terlalu banyak kandungan senyawa lignin.

Menurut Fatmawati (2017) faktor lingkungan yaitu faktor yang berhubungan dengan faktor fisika (paparan cahaya, pencemaran udara, temperatur/suhu, kelembaban udara, debu). Faktor lingkungan lain seperti sisa makanan dan minuman, rak atau lemari tidak standar. Hal tersebut peneliti temukan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, antara lain yaitu :
a.      Pencemaran Udara
Menurut Fatmawati (2017) pencemaran udara atau polusi yang mencemari udara seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, debu dan sebagainya. Polusi tersebut dapat merusak bukan hanya bahan pustaka tetapi juga kesehatan manusia. Pada udara yang tercemar terdapat senyawa asam, sehingga dapat membuat kertas berubah warna menjadi kuning/kecoklatan. Selain itu, apabila debu berpadu dengan kondisi perpustakaan yang lembab maka akan menyebabkan dampak timbulnya noda permanen pada koleksi.
Di samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan memiliki daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab (Martoadmodjo, 2014).
Selain itu, debu yang menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, juga berdampak buruk pada kesehatan pustakawan dan pemustaka. Debu berdampak negatif bagi kesehatan telah terbukti pada penelitian seorang Dokter Hassan Bollourchi di dalam Sobari (2004). Penelitian itu dilakukan pada perpustakaan umum yang ada di negara Amerika Serikat. Terdapat kondisi kesehatan yang tidak normal diantara para pustakawan tersebut, yakni mereka mengidap penyakit kanker paru, serangan jantung, kerusakan kulit wajah dan gangguan saluran pernafasan. Walaupun sebab lain gangguan kesehatan tersebut karena kebiasaan merokok pustakawan itu sendiri.  Penelitian itu juga menjelaskan bahwa debu yang ada di perpustakaan sama berbahayanya dengan seseorang yang terpapar asap rokok atau perokok pasif. Hal tersebut peneliti temukan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
Pertama, faktor asap rokok di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berasal dari pengelola perpustakaan itu sendiri yang merokok. Kedua, faktor asap kendaraan bermotor di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berasal dari kendaraan bermotor pengelola perpustakaan SD. Pengelola perpustakaan SD ini memarkirkan kendaraan bermotornya di dalam perpustakaan. Ketiga, faktor debu yang berdasarkan hasil wawancara berikut yang dilakukan kepada informan yaitu Ibu Heni Safitri pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku petugas perpustakaan, menyatakan bahwa :
“Sumber debu di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berasal dari lantai perpustakaan yang menggunakan semen dan sumber lain debu yang ada di perpustakaan berasal dari pemustaka yang sering berlari-larian di dalam perpustakaan sehingga membuat debu yang ada di lantai berterbangan”.

Berdasarkan wawancara dengan petugas perpustakaan tersebut dapat disimpulkan bahwa debu di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berasal dari lantai perpustakaan yang menggunakan semen dan dari pemustaka yang berlari-larian sehingga debu di lantai berterbangan.

Manusia dapat menjadi teman ataupun musuh dari bahan pustaka, karena selain dapat merawat, manusia juga dapat merusak bahan pustaka. Peneliti menemukan penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhmmadiyah 2 Pontianak, antara lain yaitu :
a.      Pengelola Perpustakaan
Perilaku dari pengelola perpustakaan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan bahan pustaka. Perilaku pengelola perpustakaan seperti makan dan minum di dalam perpustakaan ini yang akan mengundang biota. Perilaku lain seperti merokok dapat menyebabkan perpustakaan terbakar. Selain itu asap rokok dan asap kendaraan bermotor juga dapat merusak bahan pustaka serta membahayakan kesehatan pengguna perpustakaan.
b.      Pemustaka
Menurut Fatmawati (2017) tindakan pemustaka yang dapat merusak bahan pustaka antara lain seperti saat membaca buku sambil dilipat halamannya, membuka halaman dengan air liur, makan dan minum sambil membaca buku, berperilaku vandalisme, mencuri buku, meminjam dengan tidak sah, mutilasi dan kesalahan mengambil buku. Hal tersebut peneliti temukan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak antara lain seperti misalnya tingkah laku vandalisme, melipat buku, mencorat-coret buku mengunakan pulpen, pensil dan stabilo, hingga menghilangkan buku. Rusaknya punggung buku bisa jadi disebabkan oleh tindakan pemustaka dalam mengambil buku di rak buku secara sembarangan. Tingkah laku lain dari pemustaka seperti makan dan minum dan membuang sampah sembarangan di perpustakaan, tingkah laku seperti ini dapat mengundang biota dan bau tidak sedap.  

Upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak dilakukan hanya sebatas tahap pencegahan dan perawatan bahan pustaka. Sedangkan tindakan perbaikan tidak dapat atau belum dilakukan karena keterbatasan dari sumber daya manusia itu sendiri. Untuk itu adapun tindakan pencegahan dan perawatan bahan pustaka yang dilakukan, antara lain :
Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu Ibu Heni Safitri pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku petugas perpustakaan, menyatakan bahwa :
“Dalam upaya upaya penanggulangan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak diantaranya dengan membersihkan perpustakaan agar perpustakaan terhindar dari debu. Peralatan yang digunakan untuk membersihkan perpustakaan dapat dikatakan seadanya seperti kemoceng. Kegiatan membersihkan ruang perpustakaan ini dilakukan setiap harinya”.

Hal tersebut sudah sesuai dengan teori Soraya (2010) “Apabila bahan pustaka sudah kotor akibat debu, maka bahan pustaka tersebut harus dibersihkan dengan cara yang benar. Cara pembersihan bahan pustaka yaitu: membersihkan debu dengan vacuum cleaner, dengan kuas dan karet penghapus”. Walaupun peralatan yang digunakan petugas untuk melakukan kegiatan ini dapat dibilang seadanya.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu Pak Agus pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku kepala perpustakaan, menyatakan bahwa :
“Edukasi diberikan kepada pemustaka agar pemustaka tidak melakukan tindakan vandalisme seperti mencorat-coret buku dan melipat buku”.

Berdasarkan keterangan tersebut dan teori Soraya (2013) yang menyatakan salah satu dari tindakan pencegahan kerusakan bahan pustaka adalah pendidikan pemakai. Pendidikan pemakai ini merupakan kegiatan pencegahan yang efektif sekaligus ekonomis.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu Pak Agus pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku kepala perpustakaan, menyatakan bahwa :
 “Untuk kegiatan penyiangan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak setidaknya pernah dilakukan walaupun kegiatan ini belum dilakukan secara berkelanjutan”.

Berdasarkan keterangan tersebut dan teori Soraya (2010) tentang perawatan bahan pustaka salah satunya adalah penyiangan. Menurut Soraya (2010) “penyiangan merupakan proses pengeluaran bahan pustaka dari koleksi suatu perpustakaan. Penyiangan ini dilakukan jika bahan pustaka tersebut sudah rusak parah. Bahan pustaka yang sudah tidak dipakai dikeluarkan dari koleksi selanjutnya diberikan kepada perpustakaan yang memerlukan atau yang mau menerima bahan pustaka tersebut”. Kegiatan penyiangan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak setidaknya pernah dilakukan, walaupun kegiatan ini belum dilakukan secara berkelanjutan.

Faktor yang menjadi kendala pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak adalah sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoadmojo (2014) mengenai SDM sebagai salah satu unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka. Menurutnya SDM adalah “Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu keahlian atau keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen.
Sumber daya manusia di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berjumlah 2 orang, yang mana terdiri 1 Kepala Perpustakaan dan 1 Petugas Perpustakaan. Selain sumber daya manusia, keterbatasan juga pada keahlian sumber daya manusia yang belum memiliki keahlian pada bidang pelestarian dan perawatan bahan pustaka. Sehingga upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak tidak terlalu maksimal.



BAB V
PENUTUP


Pada hakikatnya semua bahan pustaka akan mengalami kerusakan karena faktor internal koleksi bahan pustaka itu sendiri yang seiring waktu akan mengalami kerusakan. Ibaratnya seperti manusia yang pasti akan merasakan kematian. Ada 3 faktor yang menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak antara lain faktor karakteristik bahan koleksi, lingkungan dan manusia. Pertama, faktor karakteristik bahan koleksi itu sendiri yang dimaksud yaitu kertas. Kedua, faktor lingkungan yang dimaksud yaitu pencemaran udara seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok dan debu. Ketiga, faktor manusia yang dimaksud yaitu tingkah laku vandalisme pemustaka dan petugas perpustakan itu sendiri.
Untuk itu perlu adanya tindakan atau penanganan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Penanganan kerusakan bahan pustaka yang dilakukan antara lain ada 3 tindakan. Pertama, membersihkan ruang perpustakaan untuk mengurangi debu di perpustakaan. Kedua, melakukan edukasi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemustaka untuk tidak melakukan tindakan vandalisme terhadap bahan pustaka. Ketiga, penyiangan dilakukan untuk mengurangi jumlah buku yang tidak lagi digunakan agar dengan

penyiangan dapat memungkinkan perpustakaan menambah ruang untuk diisi dengan koleksi yang baru.
Adapun kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelestarian dan perawatan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yaitu pada sumber daya manusia. Sumber daya manusia di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak sangat minim yaitu hanya berjumlah 2 orang. Sumber daya manusia yang minim ini membuat kegiatan yang ada di perpustakaan menjadi kurang efektif.

Adapun saran yang dapat diberikan penulis untuk permasalahan yang ada di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, antara lain :
1.      Menggunakan perlengkapan untuk melindungi kesehatan seperti masker, ketika sedang melakukan kegiatan membersihkan bahan pustaka atau ruang perpustakaan supaya terhindar dari paparan debu secara langsung.
2.      Petugas perpustakaan diharapkan tidak lagi memarkirkan kendaraannya di dalam perpustakaan. Untuk itu penulis menyarankan agar petugas perpustakaan memarkirkan kendaraannya pada tempat parkir yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
3.      Membuat tempelan larangan makan dan minum di perpustakaan termasuk larangan merokok, kemudian larangan tersebut ditempel di sekitar area pintu masuk perpustakaan.
4.      Menambah sdm pustakawan khususnya ahli pada bidang pelestarian bahan pustaka. Dikarenakan jumlah sdm hanya berjumlah 2 orang, ditambah lagi kepala perpustakaan sendiri selain menjadi kepala perpustakaan juga menjadi guru di sekolah. Sehingga dengan keterbatasan sdm yang ada di perpustakaan mengakibatkan kegiatan pelestarian dan perawatan bahan pustaka menjadi kurang efektif.
5.      Menambah sarana perpustakaan berupa peralatan atau perabotan untuk mempermudah kegiatan pelestarian dan perawatan bahan pustaka seperti sampul buku, agar buku terhindar dari debu yang akan menempel pada cover buku dan rak penyangga pada buku, agar buku tidak mudah terjatuh dan mudah diambil pada rak penyimpanan buku.
6.      Meningkatkan pengawasan terhadap pemustaka agar tindakan-tindakan vandalisme pada bahan pustaka dapat diminimalisir.



DAFTAR PUSTAKA


Bafadal, Ibrahim. 2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Bagong, Suyanto. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Yogyakarta : Pustaka

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2017. “Definisi Dan Jenis Bencana”. (Online), diakses tanggal 18 April 2018 pada laman (http://www.bnpb.go.id/home/definisi).

Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers

Fatmawati, Endang. 2017. “Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Koleksi Perpustakaan”. EDULIB, 7(2): 108-119.

Hasanah. 2010. Tindakan Dalam Perawatan Bahan Pustaka. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jaelani, Ahmad. 2013. “Studi Tentang Kerusakan Bahan Pustaka dari Faktor Biotik dan Penanggulangannya di Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta” Skripsi. Prodi Ilmu Perpustakaan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online), diakses tanggal 18 Agustus 2018 pada laman (https://www.kbbi.web.id) 
Martoadmojo, Karmidi. 2014. Pelestarian Bahan Pustaka. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Riana Damayanti, Junita. 2014. “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Buku di Perpustakaan Umum dan Daerah Kota Madiun” Tugas Akhir. Prodi Diploma 3 Perpustakaan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sobari. 2004. “Debu Buku di Perpustakaan : Telaah Kesehatan Kerja Pustakawan”. BACA, (1): 50-58.
Soraya,Ana; Lucya Damayanti. 2010. Pelestarian Bahan Pustaka: Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli. Jakarta: Perpustakaan Nasioal RI.
Sulfiani. 2017. “Strategi Pelestarian Bahan Pustaka di Perpustakaan Abdul Rasyid Daeng Lurang Sungguminassa Gowa” Skripsi. Prodi Ilmu Perpustakaan. Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yulia, Yuyu. 2014. Pengembangan Koleksi. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.



BIODATA PENULIS


Ramadhan Saukani Caesatrio, Penulis dilahirkan pada tanggal, 07 Januari 1998 di Pontianak, anak Ke 3 dari 3 bersaudara. Dan merupakan buah kasih sayang dari pasangan Rustam Effendi dan Dayang Hayani. Penulis menempuh pendidikan Formal pertama di SD Swasta Mujahidin Pontianak. Melanjutkan pendidikan tingkat pertama di SMP Negeri 11 Pontianak. Melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Melanjutkan pendidikan tinggi negeri melalui jalur mandiri di Unviersitas Tanjungpura Pontianak.


LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN

1.      Apa saja faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
2.      Apa saja jenis-jenis kerusakan yang ditimbulkan dari kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
3.      Bagaimana upaya pencegahan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
4.      Bagaimana upaya perawatan koleksi bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
5.      Bagaimana upaya perbaikan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
6.      Apa saja peralatan-peralatan yang digunakan untuk menanggulangi kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
7.      Bagaimana kendala-kendala pelestarian dan perawatan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?


LAMPIRAN
DOKUMENTASI

 












111111111111




 


























 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar