FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
DI PERPUSTAKAAN SMA MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK
DI PERPUSTAKAAN SMA MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK
Diajukan
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Diploma 3 Perpustakaan
Program Studi Diploma 3 Perpustakaan
Oleh
:
Ramadhan Saukani Caesatrio
NIM F0271151021
Ramadhan Saukani Caesatrio
NIM F0271151021
![]() |
PROGRAM
STUDI DIPLOMA 3 PERPUSTAKAAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
“Hiduplah seakan-akan hidup untuk kedua kalinya dan
lakukanlah sesuatu seakan-akan melakukan kesalahan untuk pertama kalinya”
-Viktor E. Frankl
ABSTRAK
Tugas akhir
ini membahas tentang “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di
Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak” permasalahan pertama, faktor-faktor
penyebab kerusakan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Kedua,
upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak. Ketiga, kendala perawatan dan pelestarian bahan pustaka di
perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama,
untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di
Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Kedua, untuk mendiskripsikan upaya
penanganan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
Ketiga, untuk mendiskripsikan kendala perawatan dan pelestarian bahan pustaka
di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka sedangkan teknik analisis yang
dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data dan simpulan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan ada beberapa faktor-faktor penyebab kerusakan bahan
pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah
2 Pontianak yaitu pertama, faktor karakteristik bahan koleksi itu sendiri yaitu
kertas. Kedua, faktor lingkungan seperti debu yang berasal dari lantai semen
perpustakaan. Ketiga, faktor manusia seperti makan dan minum di perpustakaan,
serta tindakan vandalisme yang dilakukan pemustaka. Oleh karena itu, perlu
adanya tindakan untuk menangani kerusakan bahan pustaka yaitu pertama, membersihkan
ruang perpustakaan. Kedua, melakukan edukasi untuk memberikan pemahaman kepada
pemustaka. Ketiga, melakukan penyiangan bahan pustaka. Kegiatan pelestarian dan
perawatan bahan pustaka belum dapat dilakukan secara maksimal karena masih terbatasnya
jumlah sumber daya manusia di perpustakaan itu sendiri.
Kata kunci : penyebab
kerusakan, pelestarian, bahan pustaka
ABSTRACT
This final project discusses the
"Factors Causing Damage to Library Materials in the Library of 2nd Muhammadiyah High
School in Pontianak " the first problem, the
factors that cause library damage in the Library of the 2nd Muhammadiyah High
School in Pontianak. Second, efforts to deal with damage to library materials
in the library of 2nd Muhammadiyah High
School in Pontianak. Third, the constraints on the
maintenance and preservation of library materials in the library of 2nd Muhammadiyah High
School in Pontianak. The purpose of this study is
first, to describe the factors that cause damage to library materials in the
Library of the 2nd Muhammadiyah High School in Pontianak. Second, to describe
efforts to deal with damage to library materials in the Library of the 2nd
Muhammadiyah High School in Pontianak. Third, to describe the constraints of
care and preservation of library materials in the Library of the 2nd
Muhammadiyah High School in Pontianak. This research is a descriptive
qualitative study. The method of data collection uses observation, interviews,
documentation, literature studies while the analytical techniques are carried
out namely data reduction, data presentation and conclusions. The results of
this study indicate that there are several factors that cause damage to library
materials in the Library of Pontianak 2 Muhammadiyah High School, namely first,
the characteristic factor of the collection material itself is paper. Second,
environmental factors such as dust coming from the cement floor of the library.
Third, human factors such as eating and drinking in the library, as well as
acts of vandalism carried out by users. Therefore, it is necessary to take
action to deal with damage to library materials, namely first, cleaning the
library space. Second, do education to provide understanding to users. Third,
weeding library material. The activities of preservation and maintenance of
library materials cannot be carried out optimally because of the limited number
of human resources in the library itself.
Keywords : cause of damage, preservation, library material
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, assalamua’alaikum
Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas berkah dan Rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab
Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak”,
Salam dan shalawat kepada Nabiullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita
menuju zaman peradaban. Penulis menyadari bahwa, dalam proses penyusunan tugas
akhir ini banyak mendapat bimbingan dan bantuan, baik moral maupun material
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini.
Secara istimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih
tulus kepada kedua orang tua, kakak tersayang, sahabat tercinta, teman satu
almamater, semua pihak yang terlibat dan masih banyak lagi yang tak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu secara moral maupun material.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan segala aktivitas terutama dalam menuntut
ilmu. Serta tak lupa penulis hanturkan terima kasih kepada :
1.
Atiqa
Nur Latifa Hanum, S.Sos., M.A. selaku dosen pembimbing untuk penulisan tugas
akhir yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing serta dukungan
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
2.
Dr.
Sisilya Saman Madeten, M.Pd. selaku dosen penguji I dan Ketua Program Studi
Diploma 3 Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura yang telah bersedia untuk menguji hasil penulisan tugas akhir ini.
3.
Dr.
A. Totok Priyadi, M.Pd. selaku penguji II yang telah bersedia untuk menguji
hasil penulisan tugas akhir ini.
4.
Drs.
Agus Wahyudi selaku Kepala Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yang telah
bersedia menjadi informan I dalam tugas akhir ini.
5.
Heni
Safitri, S.Kom. selaku Petugas Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yang
telah bersedia menjadi informan II dalam tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
tidak kesempurnaan, baik di dalam kalimat maupun isinya, maka dari itu segala
bantuan bimbingan, arahan dan kritik maupun saran yang membangun sangat penulis
harapkan guna menyempurnakan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap
semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak-pihak yang
membutuhkan.
Wabillahitaufik
wal hidayah wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pontianak, 3 Maret 2019
Ramadhan Saukani Caesatrio
NIM F0271151021
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Struktur Organisasi....................................................................................... 39
Tabel
2 Jumlah Koleksi............................................................................................. 40
BAB I
PENDAHULUAN
Perpustakaan adalah sebuah gedung
atau ruang yang di dalamnya berisi tumpukan buku-buku berdebu. Memang asumsi
tersebut tidak sepenuhnya salah. Menurut Basuki (1991) “Perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun
gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya
yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca,
bukan untuk dijual”.
Debu atau dust kerap kali menjadi musuh utama bukan hanya bagi pustakawan
tetapi juga sebagai salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pustaka disuatu
perpustakaan. Debu yang menempel pada bahan pustaka dan lingkungan perpustakaan
yang lembab akan berdampak pada timbulnya noda permanen pada koleksi
(Fatmawati, 2017).
Di samping itu, apabila keadaan
ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan
menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu
dari knalpot kendaraan memiliki daya
rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas,
apalagi pada ruangan yang lembab (Martoadmodjo, 2014).
Selain itu, debu yang menjadi
salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, juga berdampak buruk pada
kesehatan pustakawan dan pemustaka. Debu berdampak negatif bagi kesehatan telah
terbukti pada penelitian seorang Dokter
Hassan Bollourchi di dalam Sobari (2004). Penelitian itu
dilakukan pada perpustakaan umum yang ada di negara Amerika Serikat. Terdapat
kondisi kesehatan yang tidak normal diantara para pustakawan tersebut, yakni
mereka mengidap penyakit kanker paru, serangan jantung, kerusakan kulit wajah,
dan gangguan saluran pernafasan.
Walaupun sebab lain gangguan kesehatan tersebut karena kebiasaan merokok
pustakawan itu sendiri. Penelitian itu
juga menjelaskan bahwa debu yang ada di perpustakaan sama berbahayanya dengan
seseorang yang terpapar asap rokok atau perokok pasif.
Berdasarkan
paparan sebelumnya, telah diketahui dampak negatif debu pada bahan pustaka yang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kerusakan bahan pustaka. Satu diantara
solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan pelestarian bahan pustaka secara
berkala. Tentu sangat tidak baik jika berkunjung ke perpustakaan dapat
disamakan bahayanya dengan perokok pasif karena debu yang bertebaran di dalam
perpustakaan.
Melihat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari debu, maka masalah
seperti ini tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Hal yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
objek perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak adalah dikarenakan banyaknya
debu yang berasal akibat lantai perpustakaan yang menggunakan semen. Terdapat
juga faktor lain penyebab kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak yaitu tindakan yang dilakukan pustakawan atau petugas
perpustakaan sehingga membuat udara menjadi tercemar seperti merokok dan
memarkirkan kendaraan roda dua di dalam perpustakaan. Tindakan tersebut selain
merusak bahan pustaka juga dapat membahayakan kesehatan pengguna dan petugas
perpustakaan yang berada di dalamnya. Ditambah
lagi tindakan merokok petugas perpustakaan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan
terjadinya terbakarnya perpustakaan. Oleh karena itu
penulis mengangkat tugas akhir ini yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab
Kerusakan Bahan Pustaka di SMA Muhammadiyah 2 Pontianak”.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan tersebut, maka penulis akan merumuskan masalah sebagai
berikut :
2.
Bagaimana upaya penanganan kerusakan
bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
3.
Apa
saja kendala perawatan dan pelestarian bahan pustaka di perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak ?
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah dirumuskan tersebut, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan faktor-faktor penyebab kerusakan
bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
2. Untuk mendiskripsikan upaya penanganan kerusakan bahan
pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
3. Untuk mendiskripsikan kendala perawatan dan pelestarian
bahan pustaka di perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, yaitu:
1.
Bagi
penulis, untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman khususnya pada
kegiatan pelestarian dan perawatan koleksi.
2.
Sebagai
bahan rujukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji hal yang sama.
3.
Sebagai
bahan rujukan bagi pengelola perpustakaan dalam melestarikan dan memelihara
bahan pustaka yang ada, agar informasi dalam bahan pustaka tersebut dapat
terjaga dengan baik.
4.
Bagi
pemustaka, dapat menambah pengetahuan tentang penyebab dari kerusakan bahan
pustaka.
1. Metode
Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pengertian penelitian
kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif
mengenai kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati
dari orang-orang
yang diteliti (Suyanto dan Sutinah,
2005).
Penulis menggunakan metode kualitatif pada
penelitian ini dikarenakan untuk
mengupas tuntas permasalahan tentang objek yang diteliti secara mendalam
berdasarkan data yang ada di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi penulis secara langsung di lapangan untuk
mengumpulkan data. Teknik yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data antara lain seperti observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan analisis
data.
2. Teknik
Pengumpulan Data
a. Teknik
Dalam penelitian, penulis menggunakan teknik wawancara,
observasi, dokumentasi dan studi pustaka yang berkaitan dengan topik sebagai
langkah pengumpulan data. Wawancara merupakan proses dalam menggali sebuah
informasi dari tempat penelitian yang dapat dilakukan tanya jawab oleh dua
orang, khususnya wawancara mendalam yaitu antara peneliti dengan informan.
Untuk memperoleh suatu keadaan yang jelas terhadap
situasi dan kondisi, aktivitas, perilaku yang ada pada perpustakaan, sehingga
penulis melakukan observasi. Dokumentasi dilakukan untuk mengambil gambar
mengenai bahan pustaka yang mengalami kerusakan dan lokasi objek perpustakaan.
Kemudian penulis menggunakan studi pustaka yang berkaitan dengan topik
penelitian, agar observasi dan wawancara dapat dilaksanakan dengan baik dan
sesuai prosedur maupun standar pelaksanaan yang terdapat dalam studi pustaka.
Selain itu, studi pustaka dapat membantu penulis dalam membuat Laporan Tugas
Akhir yang benar berdasarkan teori para ahli.
b. Alat/Instrumen
Penelitian
Dalam
penelitian kualitatif, alat atau instrumen penelitian yang penulis gunakan
tiada lain berupa kertas, smartphone,
pulpen, dan lain sebagainya yang digunakan sebagai alat untuk merekam informasi
atau data yang diperoleh. Untuk dapat menangkap atau menjelaskan data yang
demikian, yang paling tepat sebagai instrumen penelitian adalah manusia.
Seperti
yang dijelaskan tentang pengertian kualitatif menurut ahli. Pengertian
penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang–orang yang diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005)
3. Analisis
Data
Menurut
Emzir (2012) “analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan
pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian
pola-pola.” Analisis data ini merupakan pengolahan data yang berupa perbuatan,
catatan lapangan dan bahan-bahan tertulis lain yang memungkinkan peneliti untuk
dapat menemukan hal-hal yang sesuai dengan pokok persoalan yang diteliti.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
a. Reduksi
Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam
catatan-catatan lapangan tertulis. Menurut Emzir (2012) “Reduksi data merupakan
bentuk analisis menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
diambil”. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik
mengenai faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data
selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti
berada di lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan
rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak
bertumpuk agar mempersulit analisis selanjutnya.
b. Penyajian
Data
Kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga
memungkinkan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur.
Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami yang
terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk
menjawab masalah penelitian.
Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting
menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan
penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi
disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan kesimpulan,
agar dalam penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan langkah-langkah serta
alasan kebijakan yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah. Langkah
berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan
berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.
c. Simpulan
Setelah keseluruhan informasi telah membentuk gambaran
penelitian yang utuh, maka langkah selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari
keseluruhan informasi tersebut. Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan
dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan
kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti,
keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum
melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data,
penyajian serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya.
Proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif,
secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan
kesimpulan, atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan
verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang
disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan ini merupakan merupakan
tahap akhir dari pengolahan data.
4. Pengolahan
Data
Pengolahan
data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data dari catatan lapangan,
direduksi, dideskripsikan, dianalisis, kemudian ditafsirkan. Metode yang
digunakan dalam pengolahan data tugas akhir ini adalah metode kualitatif,
teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung/observasi, dokumen dan
wawancara. Setelah data diperoleh melalui observasi, dokumen dan wawancara
selanjutnya membuat poin-poin penting yang akan dicantumkan pada tugas akhir
serta identifikasi yang akan dibuat. Selanjutnya menelusuri buku yang sesuai
dengan pokok permasalahan, kemudian mengambil intisari dari bacaan tersebut
yang sesuai dengan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas
dalam tugas akhir.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Pertama tugas akhir Junita Riana Damayanti
Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret 2014 yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Buku Di
Perpustakaan Umum Dan Arsip Daerah Kota Madiun” menerangkan bahwa
penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi
penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota
Madiun. Hasil penelitian tersebut menunjukan ada tiga faktor-faktor penyebab
terjadinya kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota
Madiun yaitu faktor fisika, faktor koleksi itu sendiri dan faktor manusia.
Di satu sisi, perbandingan antara penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Junita Riana Damayanti adalah peneliti
membahas mengenai Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan
SMA Muhammadiyah 2 Pontianak melalui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan
pustaka (dikemukakan oleh Fatmawati) sedangkan penelitian Junita Riana Damayanti menggunakan pendapat
Badan Perpustakaan Jawa Timur. Kemudian secara sistematika penulisan, berbeda
dengan peneliti ini, sehingga penelitian yang dilakukan peneliti pada
Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah
2 Pontianak berbeda dengan penelitian di Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah
Kota Madiun.
Kedua skripsi Ahmad Jaelani Mahasiswa Fakultas Adab
dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013 yang
berjudul “Studi Tentang Kerusakan Bahan
Pustaka Dari Faktor Biotik Dan Penanggulanganya di Perpustakaan Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta” menerangkan bahwa
penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukan
ada dua faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan bahan pustaka di
Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yaitu faktor biota dan faktor manusia.
Di satu sisi, perbandingan antara penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
Jaelani adalah peneliti membahas mengenai Faktor-Fakor Penyebab
Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak melalui
faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka (dikemukakan oleh Fatmawati)
sedangkan penelitian Ahmad Jaelani menggunakan pendapat Petunjuk Teknis
Pelestarian Bahan Pustaka. Kemudian secara sistematika penulisan, berbeda
dengan peneliti ini, sehingga penelitian yang dilakukan peneliti pada
Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah
2 Pontianak berbeda dengan penelitian di Perpustakaan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Ketiga skripsi Sulfiani Mahasiswi Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar 2017 yang berjudul "Strategi Pelestarian Bahan Pustaka di
Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang Sungguminasa Gowa". Penelitian
tersebut menyatakan ada tiga faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di
Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang Sungguminasa Gowa, yaitu faktor manusia,
faktor debu dan faktor cahaya.
Di satu sisi, perbandingan antara penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulfiani adalah peneliti membahas
mengenai Faktor-Fakor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak melalui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka
(dikemukakan oleh Fatmawati) sedangkan penelitian Sulfiani menggunakan pendapat
Martoadmojo. Kemudian secara sistematika penulisan, berbeda dengan peneliti
ini, sehingga penelitian yang dilakukan peneliti pada faktor-fakor Penyebab
kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berbeda
dengan penelitian di Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang Sungguminasa Gowa.
Ada banyak jenis-jenis perpustakaan, salah satu
jenisnya ialah perpustakaan sekolah. Menurut Darmono (2007) ”Perpustakaan
sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa
memegang peranan yang sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan
di sekolah”. Sedangkan menurut Carter V. Good sebagaimana yang dikutip oleh Bafadal (2009) memberikan definisi perpustakaan sekolah
sebagai koleksi yang diorganisasikan di dalam
suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan
guru-guru, yang dalam penyelenggaraannya diperlukan seorang pustakawan yang
bisa diambil dari salah seorang guru.
Berdasarkan
pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah adalah
sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar yang di
dalamnya terdapat koleksi yang diorganisasikan untuk digunakan oleh
pemustakanya untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Bahan
pustaka atau disebut juga koleksi perpustakaan. Arti kata “bahan” di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan
untuk tujuan tertentu seperti untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar,
memberi ceramah. Sedangkan arti dari kata “pustaka” di dalam KBBI artinya kitab
atau buku. Jadi dapat diartikan bahan pustaka adalah suatu kitab atau buku
pedoman yang dapat digunakan untuk kepentingan proses pembelajaran.
Menurut
Yulia (2014) koleksi perpustakaan adalah “semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan
disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan
informasi mereka”. Dalam konteks
perpustakaan sekolah bahan pustaka atau koleksi perpustakaan digunakan untuk
menunjang kegiatan proses belajar mengajar pada suatu sekolah.
Menurut
Fatmawati (2017) kerusakan bahan pustaka dibagi menjadi dua, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam
karakteristik bahan koleksi itu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar seperti faktor lingkungan, faktor manusia, faktor bencana
alam, dan faktor biota.
a. Faktor
Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari
karakteristik koleksi bahan pustaka itu sendiri, antara lain seperti :
1) Kertas
Kertas
yang terlalu tinggi kandungan senyawa lignin di dalamnya dapat membuat kertas
menjadi menguning. Dikarenakan senyawa lignin ini bersifat asam oleh karena
itu, kertas yang baik adalah yang mengandung sedikit atau bebas dari senyawa
lignin ini.
2) Lem
Lem
yang digunakan kurang baik tentu dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka
itu sendiri seperti daya rekat lem yang tidak kuat, lamban kering, mudah lepas,
hingga mengundang datangnya serangga. Pada akhirnya lem akan mengalami
kehilangan daya rekatnya seiring waktu. Oleh karena itu, diperlukan untuk
mengetahui kualitas lem yang baik seperti lem Polyvinyl Acetate (PVA), agar kerusakan-kerusakan seperti di atas
dapat diminimalisir.
3) Tinta
Tinta
yang digunakan pada kertas tidak baik maka akan menyebabkan tinta pada kertas
itu luntur. Untuk itu, diperlukan tes untuk mengetahui baik atau tidaknya tinta
yang digunakan. Caranya mudah yaitu cukup dengan kapas dan air, setelah itu
kapas tersebut dibasahi air, lalu usapkan pada kertas dan apabila ada noda tinta
dipastikan luntur. Jika tidak terdapat noda tinta maka dapat dipastikan tinta
yang digunakan kualitasnya baik.
b. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang merusak koleksi bahan
pustaka dari luar seperti faktor lingkungan, manusia, bencana alam, dan biota.
1) Lingkungan
Faktor
lingkungan yaitu faktor yang berhubungan dengan faktor fisika (paparan cahaya,
pencemaran udara, temperatur/suhu, kelembaban udara, debu). Faktor lingkungan
lain seperti sisa makanan dan minuman, rak atau lemari tidak standar.
a) Cahaya
Cahaya
yang berada di lingkungan perpustakaan biasanya berasal dari cahaya lampu
listrik dan sinar matahari. Cahaya mempercepat oksidasi pada molekul selulosa,
sehingga kertas berubah menjadi kecoklatan. Pengaruh lain dari cahaya
menyebabkan kertas menjadi pucat dan memudarnya tinta. Oleh karena itu,
perlunya pencahayaan yang baik, pencahayaan yang baik adalah 40 lux.
b) Pencemaran
Udara
Pencemaran
udara atau polusi yang mencemari udara seperti asap rokok, asap kendaraan
bermotor, debu dan sebagainya. Polusi tersebut dapat merusak bukan hanya bahan
pustaka tetapi juga kesehatan manusia. Pada udara yang tercemar terdapat
senyawa asam, sehingga dapat membuat kertas berubah warna menjadi
kuning/kecoklatan. Selain itu, apabila debu berpadu dengan kondisi perpustakaan
yang lembab maka akan menyebabkan dampak timbulnya noda permanen pada koleksi.
Pencegahan untuk debu (misalnya untuk koleksi baru) akan lebih baik jika
ditempatkan pada display dengan
penutup kaca, sehingga aman dari pengaruh debu. Untuk mencegah pencemaran
udara, maka ruang perpustakaan perlu dipasang alat pembersih udara (air cleaner).
c) Suhu
dan Kelembaban Udara
Suhu
/ temperatur yang tidak stabil membuat kertas cepat rusak. Jika temperatur
rendah kelembaban tinggi, sebaliknya jika suhu tinggi maka kelembaban rendah.
Akibat dari temperatur rendah kelembaban tinggi yaitu, lingkungan lembab, tinta
yang larut dalam air akan menyebar, kertas saling menempel, suburnya
pertumbuhan jamur dan serangga. Sebaliknya jika suhu tinggi maka kelembaban
rendah akibatnya yaitu, lingkungan kering, kertas menjadi menegang, kertas
menjadi getas dan rapuh, sampul keriput. Idealnya kondisi suhu / temperatur
bagi ruang koleksi perpustakaan sekitar 20-24 C dan kelembaban udara sebaiknya berada pada rentang sekitar 45-60
% RH.
d) Rak/Lemari
Buku
Rak
atau lemari penyimpanan buku yang tidak memenuhi syarat juga menjadi faktor
kerusakan koleksi. Oleh karena itu, diperlukan rak yang sesuai standar dengan
parameternya yaitu: sesuai dengan ukuran koleksi yang akan ditata, kondisi
penyangga kuat sehingga tidak rontok atau melengkung di tengah saat rak ataupun
lemari digunakan. Sebaiknya bahan rak atau almari adalah yang anti karat agar
tidak merusak buku. Khusus untuk rak buku, ujung-ujung rak sebaiknya dibuat
tumpul agar tidak membahayakan ataupun menggores koleksi, juga tinggi rak dari
lantai minimal 5-6 cm untuk
menghindari ancaman rayap dan terkena air saat lantai dipel.
2) Manusia
Manusia
dapat menjadi teman ataupun musuh dari bahan pustaka, karena selain dapat
merawat manusia juga dapat merusak bahan pustaka. Sehingga perlu dilakukan
usaha mengubah kebiasaaan pemustaka/petugas fotokopi untuk tidak melakukan
hal-hal yang dapat merusak koleksi adalah dengan memberikan sosialisasi maupun
pendidikan pemakai dengan topik perlakuan yang benar terhadap koleksi. Untuk
pustakawan/petugas perpustakaan juga dapat mengikuti pelatihan tentang
pelestarian bahan pustaka.
a) Pustakawan/Pengelola
Perpustakaan
Koleksi
yang baru jangan dibiarkan bertumpuk-tumpuk, tetapi harus segera dikelola
setidaknya koleksi itu disusun sejajar di rak.
b) Pemustaka
Hal
ini antara lain: saat membaca buku sambil dilipat halamannya; buku dalam
keadaan terbuka lalu dijadikan alas tangan (agar halaman tidak berbalik) sambil
mengetik di komputer; membaca buku sambil tiduran, membuka halaman buku dengan
air liur; makan dan minum sambil membaca buku, berperilaku vandalisme
(mencoret-coret dengan alat tulis, menandai tulisan yang dirasa penting dengan
stabilo), mencuri buku dengan sengaja, meminjam buku dengan tidak sah karena
tidak melalui prosedur yang ada, maupun mutilasi (menggunting atau menyobek
halaman tertentu). Kesalahan ketika mengambil bahan koleksi pada jajaran rak
buku.
c) Pihak
Ketiga
Petugas
fotokopi sering main asal saja saat memfotokopi. Khususnya pada buku yang tebal
agar tulisan tidak terpotong, maka biasanya dengan berperilaku menekan begitu
saja punggungnya, padahal seharusnya tidak boleh ditekan-tekan, namun
diletakkan di tepi.
d) Faktor
Lainnya
Sebenarnya
ada juga perilaku faktor manusia lainnya yang mengakibatkan munculnya
kebakaran, kerusuhan, perang, maupun ledakan bom, yang semuanya itu dapat
merusak koleksi perpustakaan.
3) Bencana
Alam
Definisi
bencana alam menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana tidak tahu kapan
datangnya tetapi ada bencana yang dapat diprediksi. Misalnya bencana yang
bergantung pada cuaca seperti banjir, badai, dan lain sebagainya. Walaupun
tidak semua dapat diprediksi seperti gempa bumi, gunung meletus dan lain
sebagainya. begitu juga dengan prediksi cuaca tidak semuanya akan terjadi,
setidaknya dengan prediksi cuaca dapat menimalisir kerusakan jika bencana alam
itu terjadi.
4) Biota
Definisi
biota menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keseluruhan flora dan
fauna yang terdapat di dalam suatu daerah. Biota menjadi musuh terbesar bagi perpustakaan.
Penyebabnya seperti sampah makanan dan minuman, selain mengundang biota
(serangga) juga bau tidak sedap yang ditimbulkan. Kondisi ruang perpustakaan
yang lembab sehingga mengundang jamur. Kondisi ruang yang kumuh atau kotor
sehingga banyak sarang laba-laba. Semua jenis serangga dan juga binatang
pengerat dapat merusak koleksi. Binatang pengerat merusak koleksi karena kertas
akan dimakan dan dipakai untuk membuat sarang. Selain meninggalkan kotoran yang
menyebabkan kertas menjadi kotor, juga memakan serat bahan organik sehingga
bagian kertas menjadi berlubang atau hilang. Faktor biota misalnya serangga
(kutu buku, kecoa, rayap), jamur, pengerat (tikus), bakteri dan lumut.
a) Binatang
Pengerat (Tikus)
Kertas
dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang. Air kencing tikus rumah
dapat membahayakan kesehatan manusia. Air kencing tikus dapat menyebarkan
penyakit Leptospira, sejenis penyakit kuning. Isolasi listrik yang terdapat di
dalam rumah/gedung juga menjadi sasaran serangan tikus rumah. Hal ini dapat
menimbulkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya di bawah fondasi bangunan.
Untuk
mengatasi serangan tikus itu perlu diadakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk
melindungi serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus bersih dan kering. Lubang-lubang
yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika gedung sudah, pembasmian
tikus dapat dilakukan dengan bahan kimiawi atau racun. Dewasa ini berbagai jenis
bahan kimiawi pembasmi tikus banyak diproduksi orang (Martoadmodjo, 2014).
b) Serangga
Jenis
serangga cukup banyak. Serangga merupakan masalah yang pelik di negara topik. Makanan
yang digemarinya ialah lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji. Siklus kehidupan
serangga terdiri atas beberapa fase (tahap) yaitu telur, larva, kepompong dan dewasa.
Kerusakan yang terbesar terjadi ketika serangga hidup dalam fase larva.
Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang merupakan tempat yang
ideal bagi srangga. Jenis-jenis serangga
dapat digolongkan sebagai berikut. (a) Rayap, (b) Kecoa, (c) Ikan Perak, (d)
Kutu Buku, (e) Ngengat dan (f) Kumbang Bubuk (Martoadmodjo, 2014).
c) Jamur
(Fungi)
Jamur
(fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Untuk memperoleh
makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit) ataupun benda mati
(sapropit). Jamur berkembang biak dengan spora, maka dapat menyebar di udara
dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembang
biak. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan
yang mempunyai kelembaban tinggi.
Jamur
yang bisa merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang bisa dibuat soup dan
kita makan, tetapi jenis jamur beracun yang lazim bisa kita lihat pada pakaian,
kertas, atau benda benda yang lain. Jamur jenis ini akan bisa membiak dengan
leluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu serta tingkat kelembababan
yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 21 C.
Jamur
dapat merusak koleksi karena jamur memproduksi beberapa bahan organik seperti asam
oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam,
lembut dan rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehingga
mengurangi daya rekatnya dan merusak tinta yang mengakibatkan tulisan tidak
terbaca Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka
lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka. Misalnya, mula-mula
kertas berwarna putih, kemudian warna itu berubah menjadi biru, dan akhirnya warna
biru itu menjadi hitam. Pada tingkat demikian, kertas sukar diperbaiki, jamur
sukar dihilangkan. Jika punggung buku kena air atau lembab, tumbuh jamur dengan
warna putih. Jamur ini bisa dibersihkan dengan alkohol, dan tidak akan tumbuh lagi
(Martoadmodjo, 2014).
Jamur
selain merusak bahan pustaka juga berbahaya bagi kesehatan, apabila kulit
seseorang terinfeksi jamur maka dapat timbulnya penyakit kurap atau panuan
(Purwani, 2014).
a. Sejarah
Singkat
Singkatnya pada tahun 1966 di Florence, Italia terjadi
banjir yang merusak koleksi perpustakaan beserta benda-benda seni lain di
Perpustakaan nasional Italia. Sehingga peristiwa banjir ini menggugah hati
pustakawan untuk mempelajari pelestarian bahan pustaka, yang pada waktu itu
belum terpikir untuk menyinggung pelestarian koleksi perpustakaan. Perhatian
pada pelestarian bahan pustaka baru ada sejak tahun 1970-an, ketika The Library of Congress (LC) berminat
untuk merawat koleksinya yang terkenal dan sudah banyak yang lapuk.
b. Definisi
Menurut Martoatmodjo (2014) maksud pelestarian ialah mengusahakan
agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal,
diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca
perpustakaan. Koleksi yang dirawat dimaksudkan bisa menimbulkan daya tarik
sehingga orang yang tadinya segan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan
menjadi rajin menggunakan jasa perpustakaan.
c. Fungsi-Fungsi
Menurut Martoatmodjo (2014) fungsi dari pelestarian
antara lain, yaitu :
1) Fungsi
Melindungi
Bahan pustaka dilindungi
dari serangan serangga, manusia, jamur, panas matahari, air dan sebagainya. Pelestarian yang baik serangga dan binatang
kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam
menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar
matahari serta kelembaban udara di perpustakaan akan mudah dikontrol.
2) Fungsi
Pengawetan
Dirawat
baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan
lebih banyak pembaca dapat menggunakan bahan pustaka tersebut.
3) Fungsi
Kesehatan
Pelestarian
yang baik dan bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang
perusak, sumber dan sarang
dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat.
Pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan.
4) Fungsi
Pendidikan
Pemakai perpustakaan dan
pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka
harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam
perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan.
Mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan
menghargai kebersihan.
5) Fungsi
Kesabaran
Merawat bahan pustaka
ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana bisa menambal buku berlubang, membersihkan
kotoran binatang kecil dan kotoran
kutu buku dengan baik kalua tidak
sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang
tinggi.
6) Fungsi
Sosial
Pelestarian tidak bisa
dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikutsertakan pembaca
perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan. Rasa
pengorbanan yang tinggi harus diberikan oleh setiap orang, demi kepentingan dan
keawetan bahan pustaka.
7) Fungsi
Ekonomi
Pelestarian
yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak
aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka.
8) Fungsi
Keindahan
Pelestarian
yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, membuat perpustakaan menjadi indah, sehingga
menambah daya tarik kepada pembacanya. Bahan pustaka menjadi tidak indah jika tidak dirawat,
penuh dengan binatang perusak, pengap, bau busuk terpapar pada setiap sudut perpustakaan.
5. Penanganan
Kerusakan Bahan Pustaka
Penanganan
kerusakan bahan pustaka yang dimaksudkan disini meliputi kegiatan dari mulai
pencegahan kerusakan bahan pustaka, perawatan hingga perbaikan bahan pustaka.
Ibaratkan kesehatan pada manusia begitu juga bahan pustaka, lebih baik
melakukan tindakan pencegahan dari pada mengobati suatu penyakit. Untuk itu
pencegahan kerusakan bahan pustaka lebih baik dilakukan sejak dini dari pada
melakukan kegiatan perbaikan bahan pustaka. Menurut Yusuf dalam Hasanah (2010) Dalam
perawatan bahan pustaka ada dua tindakan, yaitu:
a. Tindakan Preventif
Tindakan Preventif ini
adalah untuk mencegah sebelum bahan atau koleksi perpustakaan
termasuk segala fasilitas, perabotan dan perlengkapannya
mengalami kerusakan.
b. Tindakan Kuratif
Dalam Perpustakaan tindakan kuratif mempunyai
arti perawatan, perbaikan atau pengobatan akan suatu yang sudah
terlanjur rusak. Contoh : buku yang jilidnya rusak, lembarannya
rusak sebagian, atau sobek sebagian.
Menurut
Soraya (2013) “Pencegahan kerusakan bahan pustaka termasuk dalam
tindakan preventif. Pencegahan kerusakan bahan pustaka yang
disebabkan oleh faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a.
Mencegah Kerusakan Karena Faktor Biota
Membersihkan bahan pustaka secara
berkala, membersihkan tempat penyimpanan bahan
pustaka, menurunkan kelembaban
udara dan memberikan ruang yang lebih dalam penyusunan bahan pustaka pada rak,
memelihara kebersihan ruangan, tidak meninggalkan sisa makanan di dalam ruangan
dan menggunakan pembasmi tikus, cara ini adalah cara yang digunakan untuk
mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur, serangga dan binatang lain yang dapat
merusak bahan pustaka.
b.
Mencegah Kerusakan Karena Faktor Fisika
1)
Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Temperatur dan
Kelembaban Udara
Dapat
memasang AC selama 24 jam adalah cara
untuk mendapatkan temperatur dan kelembaban udara yang baik.
2)
Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya
Untuk
mencegah kerusakan bahan pustaka karena sinar ultra violet dapat dilakukan
dengan cara menggunakan atau memasang gorden atau disaring dengan filter untuk
mengurangi radiasi ultra violet yang masuk.
c.
Mencegah Kerusakan Karena Pencemaran Atau Debu
Perusakan bahan pustaka karena
pencemaran udara dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut: menggunakan ac, di perpustakaan agar dipasang alat pembersih udara (air cleaner), menyimpan bahan pustaka
dalam kotak pelindung.
d.
Melaksanakan Penyuluhan Kepada Staf dan Pengunjung
Perpustakaan
Staf dan pengunjung perpustakaan
perlu diberikan penyuluhan tentang bagaimana cara membawa atau memindahkan
bahan pustaka, mengolah, memperbaiki bahan pustaka dengan cara melalui pelatihan
media cetak seperti: brosur, poster, pamphlet, serta media elektronik. Kegiatan
penyuluhan tentang tindakan pencegahan untuk pengunjung perpustakaan dapat
diberikan melalui pendidikan pemakai yang diselenggarakan perpustakaan yang
bersangkutan.
e.
Kesiapan Menghadapi Bencana
Bencana biasanya datang tidak terduga dan di luar kemampuan
manusia untuk dapat mengetahui kapan peristiwa itu terjadi. Untuk meminimalkan
bencana yang terjadi perlu diadakannya perencanaan untuk menghadapi bencana,
perencanaan tersebut seperti: mengurangi rasa panik pada staf dan dapat
memberikan jalan keluar untuk mengatasinya, menyediakan stok bahan dan
peralatan yang akan digunakan dalam keadaan darurat, membuat daftar lembaga
yang harus dihubungi jika terjadi keadaan darurat.
f.
Penyempurnaan Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Penyempurnaan sarana dan prasarana
perpustakaan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
1)
Penataan dan Penyimpanan
Tempat
penyimpanan bahan pustaka harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan
ukuran yang lebar sehingga tidak ada bahan pustaka yang menonjol. Rak atau
tempat penyimpanan bahan pustaka diusahakan agar diletakan pada ruangan dengan
ventilasi yang baik dan jaraknya cukup untuk mengambil dan mengembalikan bahan
pustaka secara leluasa.
2)
Kebersihan
Membersihkan
ruangan dan bahan pustaka secara teratur dan pengaturan suhu dan kelembaban
udara merupakan pekerjaan penting untuk merawat bahan pustaka agar tidak cepat
mengalami kerusakan, pemeriksaan secara berkala pada bahan pustaka dan
fasilitas penyimpanan.
3)
Penanganan
Penanganan
bahan pustaka yang benar adalah program pelestarian yang murah. Cara melatih
para staf perpustakaan dan pengunjung perpustakaan dapat menghemat dana untuk
memperbaiki dan merawat koleksi dan dapat mengurangi kerusakan oleh salah
penanganan yang disebabkan oleh para pengunjung perpustakaan dan petugas
perpustakaan.
Untuk
merawat bahan pustaka harus dilakukan dengan penuh kesabaran seperti halnya
merawat kedua orang tua. Perawatan bahan pustaka menurut
Soraya (2010) yaitu:
a.
Pembasmian
Kerusakan bahan pustaka yang
ditimbulkan oleh serangga dan jamur dapat dilakukan dengan cara pembasmian. Ada
beberapa metode pembasmian,
yaitu: dengan suntikan, dengan penyemprotan, dengan vacuum, dengan freezing,
menggunakan gas inert dan dengan
fumigasi.
b.
Pembersihan (cleaning)
Apabila bahan pustaka sudah kotor
akibat debu, maka bahan pustaka tersebut harus dibersihkan dengan cara yang
benar. Cara pembersihan bahan pustaka yaitu: membersihkan debu dengan vacuum cleaner, dengan kuas dan karet
penghapus.
c.
Deasidifikasi
Deasidifikasi merupakan cara yang
dipakai untuk menetralkan asam yang dapat merusak kertas dan memberi bahan
penahan (buffer) untuk melindungi
kertas dari pengaruh asam dari luar. Basa atau bahan yang bersifat alkalin
dapat menetralkan asam pada kertas.
d.
Memutihkan Kertas
Pengaruh faktor kimia dan udara dapat
menyebabkan noda dan warna kuning kecoklatan pada kertas, untuk
menghilangkannya dapat dilakukan dengan cara memutihkan kertas. Bahan yang
digunakan untuk memutihkan kertas yaitu: sodium
chloride, potassium permanganate,
hypochlorite dan hidrogen peroksida.
e.
Menghilangkan Noda dan Sellotape
1)
Menghilangkan Noda
Untuk
menghilangkan noda yang terdapat pada bahan pustaka dapat diuji dengan pelarut
organik.
2)
Menghilangkan Sellotape
Sellotape
yang dipakai untuk perekat pada bahan pustaka sebaiknya dihilangkan, karena
bahan perekat pada sellotape tersebut bersifat asam dan bahan pustaka atau
kertas dapat berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Cara menghilangkan
sellotape adalah dengan menggunakan benzene dan pelarut organik.
f.
Penyiangan
Penyiangan merupakan proses
pengeluaran bahan pustaka dari koleksi suatu perpustakaan. Penyiangan ini
dilakukan jika bahan pustaka tersebut sudah rusak parah. Bahan pustaka yang
sudah tidak dipakai dikeluarkan dari koleksi selanjutnya diberikan kepada
perpustakaan yang memerlukan atau yang mau menerima bahan pustaka tersebut.
Kerusakan
bahan pustaka tentu tidak dapat dihindari, upaya selanjutnya yang dapat
dilakukan adalah perbaikan. Perbaikan (restoration) menurut definisi yang
diberikan IFLA di dalam
Martoadmojo
(2014) menunjuk pada pertimbangan dan cara
yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak. Menurut
Soraya (2010) jenis perbaikan bahan pustaka seperti:
a. Menambal
Bagian
bahan pustaka yang rusak dapat ditambal atau ditutup dengan tisu jepang, kertas
handmade, bubur kertas atau tisu
berperekat. Perekat yang digunakan adalah CMC (Caerboxyl Methly Cellulose) atau MC (Methyl Cellulose).
b. Menyambung
Untuk
merekatkan bagian bahan pustaka atau kertas yang robek atau patah karena
lipatan dapat dilakukan dengan cara menyambung bahan pustaka atau kertas yang
robek tersebut. Menyambung kertas atau bahan pustaka dapat dilakukan dengan
menggunakan Japanese tissue, atau handmade paper.
c. Lining
Lining
merupakan teknik memperkuat kertas atau bahan pustaka dengan cara pelapisan
bagian belakang bahan pustaka dengan bahan penguat. Proses ini dilakukan untuk
jenis gambar, peta, atau bahan pustaka lain yang bergambar. Bahan yang
digunakan adalah Japanese tissue
dengan perekat yang digunakan adalah CMC (Caerboxyl
Methly Cellulose) atau MC (Methyl
Cellulose).
d. Laminasi
Tindakan
laminasi ini dilakukan untuk bahan pustaka atau kertas yang sudah tidak dapat
diperbaiki lagi seperti menambal dan menyambung sehingga bahan pustaka menjadi
kuat.
e. Enkapsulasi
Kertas
atau bahan pustaka yang akan dienkapsulasi berupa lembaran yang sudah rapuh.
Proses enkapsulasi ini menggunakan plastik polyester
dengan cara dilapisi dan direkatkan dengan menggunakan double sided
tape.
f.
Perbaikan Jilidan
Beberapa
jenis pekerjaan perbaikan bahan pustaka yang dapat dilakukan yaitu: memperkuat
engsel buku yang longgar, mengganti lembar pelindung yang sobek, menempel linen
baru pada punggung sampul buku asli, perbaikan buku dengan menggunakan sampul
asli, memperbaiki kembali punggung sampul buku dan perbaikan sampul buku.
Dari berbagai sumber ternyata
perawatan dan pelestarian bahan pustaka mengalami banyak kendala. Menurut Basuki (1991) kendala dalam kegiatan ini seperti :
a.
Kurangnya tenaga
pelestarian yang ada di Indonesia
b.
Banyak pemimpin dan
pemegang kebijakan belum memahami tentang kegiatan perawatan dan pelestarian
c.
Praktek yang selama
ini dilakukan di Indonesia masih banyak yang salah
d.
Berbagai bahan
pustaka yang disimpan di perpustakaan tercetak dengan mutu kertas yang kurang
baik mutunya namun tinggi nilai sejarahnya
e.
Ruang perpustakaan
yang tidak dirancang sesuai dengan keperluan pelestarian dan perawatan bahan
pustaka
f.
Belum adanya
kebijakan pelestarian nasional
Sedangkan Menurut Martoadmojo (2014) ada berbagai unsur
penting yang tak kalah penting untuk diperhatikan dalam pelestarian bahan
pustaka, antara lain sebagai berikut :
a. Manajemen
Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang
bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang
harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik,
apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan, dan
sebagainya.
b. Sumber
Daya Manusia
Tenaga
yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang
mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu keahlian
atau keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti
penataran dalam bidang pelestarian dokumen.
c. Laboratorium
Laboratorium,
yaitu suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan,
misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai
sikat untuk membersihkan debu vacum
cleaner dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang
laboratorium sebagai "bengkel" atau gudang buat bahan pustaka yang
perlu dirawat atau diperbaiki.
d. Dana
Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan
dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami
gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari Lembaga tempat perpustakaan
bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri,
dianjurkan diadakan kerja sama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menghemat
biaya yang besar. Kalau di kota ada badan komersial dalam bidang ini, Anda
dapat menggunakan jasa mereka.
BAB III
GAMBARAN OBJEK
SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak berdiri pada tanggal 17 juli 1989 dan beralamatkan di
jalan Dr. Sutomo Gg. Karya 1 Kotabaru Pontianak, SMA Muhammadiyah 2 Pontianak
didirikan atas dasar dorongan dari berbagai pihak terutama
para pemuka Muhammadiyah yang melihat kebutuhan lembaga pendidikan ditingkat
sekolah menengah atas terutama di sekitar kota Pontianak. SMA Muhammadiyah 2
Pontianak memang sejalan dengan nilai-nilai kemuhammadiyahan yaitu sebagai
organisasi kemasyarakatan yang bergerak di
bidang dakwah, pendidikan dan sosial.
Sejak
berdirinya SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, dengan Nomor SK Pendirian
109/114.1/Kep/E/1989 tertanggal 24 Oktober 1989 yang ditandatangani oleh ketua
pemimpin pusat Muhammadiyah Majelis Dikdasmen, penyedia sarana dan prasarana
atau tenaga pengajar menjadi perhatian demi terciptanya Tujuan Pendidikan
Nasional yang dicenangkan oleh pemerintah dalam
perjalanan yang panjang dan seiring dengan perkembangan pembangunan, maka SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak mengalami perkembangan yang awalnya berstatus
Terdaftar menjadi Diakui dan selanjutnya pada 8 april 2010 Badan Akreditasi
Sekolah (BAS) Provinsi Kalimantan Barat telah menerbitkan Sertifikat Akreditas
Sekolah dengan Nomor : Ma. 004539 yang menyatakan bahwa SMA Muhammadiyah 2
Pontianak memperoleh Akreditasi dengan predikat “B” (Baik).
Pada
perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak awalnya berada dilantai 2 dan bertepatan di kelas
sekolah, namun pada saat itu tidak berlangsung
lama dan perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak pun dipindahkan lagi pada
lantai dasar atau di bawah, perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yaitu
bertepatan ruangan kelas, di bangun dari dana swadaya SMA Muhammadiyah 2
Pontianak dan dana bantuan social APBN-P 2011 Direktorat Pembina SMA
Direktorat Jendral Menengah Kementerian Pendidikan Sosial.
Untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa.
Kecerdasan dan keterampilan mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air sehingga dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa berdasarkan sistem pendidikan nasional yang
berdasarkan pancasila dan uud 1945.
a. Mengembangkan
minat kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya serta mendayagunakan budaya
tulisan dalam segala sektor kehidupan.
c. Mendidik
siswa/i agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat dan
berhasil guna.
g. Mengembangkan
kemampuan siswa/i untuk memecahkan masalah yang dihadapi atas tanggung jawab
dan usaha sendiri.
a. Mengembangkan
minat, kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya serta
mendayagunakan budaya tulisan dalam sektor kehidupan.
c. Mendidik
siswa/i agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan bacaan secara tepat dan berhasil
guna.
SMA Muhammadiyah 2
Pontianak, dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Pontianak Tahun
2016 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Potianak Nomor 149) dan Peraturan
Walikota Pontianak Nomor 74 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Struktur Organisasi,
Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Perputakaan Kota
Pontianak.
No.
|
Jenis
Buku
|
Jumlah
Buku
|
|
Judul
|
Eksemplar
|
||
1.
|
Kamus
|
11
|
33
|
2.
|
Ensiklopedia
|
50
|
175
|
3.
|
Fiksi
|
250
|
450
|
4.
|
Agama
|
150
|
506
|
5.
|
Karya
ilmiah
|
160
|
160
|
6.
|
Majalah
|
130
|
130
|
7.
|
Buku
umum/ buku pelajaran
|
45
|
3.506
|
8.
|
CD
|
20
|
20
|
Jumlah
|
816
|
4.980
|
Sumber : Perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak
1.
Nama
: Agus Wahyudi
Jabatan : Kepala Perpustakaan
Lulusan : S1 Akuntansi UNTAN
2.
Nama
: Heni Safitri
Jabatan : Petugas Perpustakaan
Lulusan : S1 Komputer STMIK
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut
Fatmawati (2017) kerusakan bahan pustaka dibagi menjadi dua, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam karakteristik
bahan koleksi itu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar seperti lingkungan, manusia, bencana alam, dan biota. Hal tersebut
peneliti temukan saat melakukan penelitian di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak, antara lain yaitu :
Ibarat manusia yang pasti akan mengalami kematian begitu
pula bahan pustaka dengan sendirinya akan mengalami kerusakan, disebabkan oleh
karakteristik dari kertas, lem dan tinta yang digunakan. Adapun faktor penyebab
kerusakan karakteristik bahan koleksi yang ada di Perpustakaan SMA Muhammadiyah
2 Pontianak, yaitu :
a.
Kertas
Menurut Fatmawati (2017) Kertas yang terlalu tinggi
kandungan senyawa lignin di dalamnya dapat membuat kertas menjadi menguning.
Dikarenakan senyawa lignin ini bersifat asam oleh karena itu, kertas yang baik
adalah yang mengandung sedikit atau bebas dari senyawa lignin ini. Hal tersebut
peneliti temukan bahwa adanya temuan kertas yang sudah
menguning
di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Salah satu penyebabnya bisa jadi
dikarenakan jenis kertas yang digunakan terlalu banyak kandungan senyawa
lignin.
Menurut Fatmawati (2017) faktor lingkungan yaitu faktor
yang berhubungan dengan faktor fisika (paparan cahaya, pencemaran udara,
temperatur/suhu, kelembaban udara, debu). Faktor lingkungan lain seperti sisa
makanan dan minuman, rak atau lemari tidak standar. Hal tersebut peneliti
temukan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, antara lain yaitu :
a. Pencemaran
Udara
Menurut Fatmawati (2017) pencemaran udara atau polusi
yang mencemari udara seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, debu dan sebagainya.
Polusi tersebut dapat merusak bukan hanya bahan pustaka tetapi juga kesehatan
manusia. Pada udara yang tercemar terdapat senyawa asam, sehingga dapat membuat
kertas berubah warna menjadi kuning/kecoklatan. Selain itu, apabila debu
berpadu dengan kondisi perpustakaan yang lembab maka akan menyebabkan dampak
timbulnya noda permanen pada koleksi.
Di samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan
lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada
buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan memiliki daya rusak
yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas,
apalagi pada ruangan yang lembab (Martoadmodjo, 2014).
Selain itu, debu yang menjadi salah satu faktor penyebab
kerusakan bahan pustaka, juga berdampak buruk pada kesehatan pustakawan dan
pemustaka. Debu berdampak negatif bagi kesehatan telah terbukti pada penelitian
seorang Dokter Hassan Bollourchi di dalam Sobari (2004). Penelitian itu
dilakukan pada perpustakaan umum yang ada di negara Amerika Serikat. Terdapat
kondisi kesehatan yang tidak normal diantara para pustakawan tersebut, yakni
mereka mengidap penyakit kanker paru, serangan jantung, kerusakan kulit wajah
dan gangguan saluran pernafasan.
Walaupun sebab lain gangguan kesehatan tersebut karena kebiasaan merokok
pustakawan itu sendiri. Penelitian itu
juga menjelaskan bahwa debu yang ada di perpustakaan sama berbahayanya dengan
seseorang yang terpapar asap rokok atau perokok pasif. Hal tersebut peneliti
temukan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
Pertama, faktor asap rokok di Perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak berasal dari pengelola perpustakaan itu sendiri yang merokok.
Kedua, faktor asap kendaraan bermotor di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak berasal dari kendaraan bermotor pengelola perpustakaan SD. Pengelola
perpustakaan SD ini memarkirkan kendaraan bermotornya di dalam perpustakaan. Ketiga,
faktor debu yang berdasarkan hasil wawancara berikut yang dilakukan kepada
informan yaitu Ibu Heni Safitri pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku petugas
perpustakaan, menyatakan bahwa :
“Sumber debu di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak berasal dari
lantai perpustakaan yang menggunakan semen dan sumber lain debu yang ada di
perpustakaan berasal dari pemustaka yang sering berlari-larian di dalam
perpustakaan sehingga membuat debu yang ada di lantai berterbangan”.
Berdasarkan wawancara dengan petugas perpustakaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa debu di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak berasal dari lantai perpustakaan yang menggunakan semen dan dari
pemustaka yang berlari-larian sehingga debu di lantai berterbangan.
Manusia dapat menjadi teman ataupun musuh dari bahan
pustaka, karena selain dapat merawat, manusia juga dapat merusak bahan pustaka.
Peneliti menemukan penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA
Muhmmadiyah 2 Pontianak, antara lain yaitu :
a.
Pengelola Perpustakaan
Perilaku dari pengelola perpustakaan di Perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan bahan
pustaka. Perilaku pengelola perpustakaan seperti makan dan minum di dalam
perpustakaan ini yang akan mengundang biota. Perilaku lain seperti merokok
dapat menyebabkan perpustakaan terbakar. Selain itu asap rokok dan asap
kendaraan bermotor juga dapat merusak bahan pustaka serta membahayakan
kesehatan pengguna perpustakaan.
b.
Pemustaka
Menurut Fatmawati (2017) tindakan pemustaka yang dapat
merusak bahan pustaka antara lain seperti saat membaca buku sambil dilipat
halamannya, membuka halaman dengan air liur, makan dan minum sambil membaca
buku, berperilaku vandalisme, mencuri buku, meminjam dengan tidak sah, mutilasi
dan kesalahan mengambil buku. Hal tersebut peneliti temukan di Perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak antara lain seperti misalnya tingkah laku vandalisme,
melipat buku, mencorat-coret buku mengunakan pulpen, pensil dan stabilo, hingga
menghilangkan buku. Rusaknya punggung buku bisa jadi disebabkan oleh tindakan
pemustaka dalam mengambil buku di rak buku secara sembarangan. Tingkah laku
lain dari pemustaka seperti makan dan minum dan membuang sampah sembarangan di
perpustakaan, tingkah laku seperti ini dapat mengundang biota dan bau tidak
sedap.
Upaya penanganan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan
SMA Muhammadiyah 2 Pontianak dilakukan hanya sebatas tahap pencegahan dan perawatan
bahan pustaka. Sedangkan tindakan perbaikan tidak dapat atau belum dilakukan
karena keterbatasan dari sumber daya manusia itu sendiri. Untuk itu adapun
tindakan pencegahan dan perawatan bahan pustaka yang dilakukan, antara lain :
Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu Ibu
Heni Safitri pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku petugas perpustakaan,
menyatakan bahwa :
“Dalam upaya upaya penanggulangan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan
SMA Muhammadiyah 2 Pontianak diantaranya dengan membersihkan perpustakaan agar
perpustakaan terhindar dari debu. Peralatan yang digunakan untuk membersihkan
perpustakaan dapat dikatakan seadanya seperti kemoceng. Kegiatan membersihkan
ruang perpustakaan ini dilakukan setiap harinya”.
Hal tersebut sudah sesuai dengan
teori Soraya (2010) “Apabila bahan pustaka sudah kotor akibat
debu, maka bahan pustaka tersebut harus dibersihkan dengan cara yang benar.
Cara pembersihan bahan pustaka yaitu: membersihkan debu dengan vacuum cleaner, dengan kuas dan karet
penghapus”. Walaupun peralatan
yang digunakan petugas untuk melakukan kegiatan ini dapat dibilang seadanya.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu Pak
Agus pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku kepala perpustakaan, menyatakan bahwa
:
“Edukasi diberikan kepada pemustaka agar pemustaka tidak melakukan tindakan
vandalisme seperti mencorat-coret buku dan melipat buku”.
Berdasarkan keterangan tersebut dan teori Soraya (2013)
yang menyatakan salah satu dari tindakan pencegahan kerusakan bahan pustaka
adalah pendidikan pemakai. Pendidikan pemakai ini merupakan kegiatan pencegahan
yang efektif sekaligus ekonomis.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu Pak
Agus pada tanggal 10 Oktober 2018, selaku kepala perpustakaan, menyatakan bahwa
:
“Untuk kegiatan penyiangan di
Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak setidaknya pernah dilakukan walaupun
kegiatan ini belum dilakukan secara berkelanjutan”.
Berdasarkan keterangan tersebut dan teori Soraya (2010)
tentang perawatan bahan pustaka salah satunya adalah penyiangan. Menurut Soraya
(2010) “penyiangan merupakan proses pengeluaran bahan pustaka
dari koleksi suatu perpustakaan. Penyiangan ini dilakukan jika bahan pustaka
tersebut sudah rusak parah. Bahan pustaka yang sudah tidak dipakai dikeluarkan
dari koleksi selanjutnya diberikan kepada perpustakaan yang memerlukan atau
yang mau menerima bahan pustaka tersebut”. Kegiatan penyiangan di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak
setidaknya pernah dilakukan, walaupun kegiatan ini belum dilakukan secara
berkelanjutan.
Faktor yang menjadi kendala pelestarian bahan pustaka di
Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak adalah sumber daya manusia. Hal ini
sesuai dengan pendapat Martoadmojo (2014) mengenai SDM sebagai salah satu unsur
penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka. Menurutnya SDM
adalah “Tenaga
yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang
mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu keahlian
atau keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti
penataran dalam bidang pelestarian dokumen”.
Sumber daya manusia di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak berjumlah 2 orang, yang mana terdiri 1 Kepala Perpustakaan dan 1
Petugas Perpustakaan. Selain sumber daya manusia, keterbatasan juga pada
keahlian sumber daya manusia yang belum memiliki keahlian pada bidang
pelestarian dan perawatan bahan pustaka. Sehingga upaya penanganan kerusakan
bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak tidak terlalu
maksimal.
BAB V
PENUTUP
Pada hakikatnya semua bahan pustaka akan mengalami
kerusakan karena faktor internal koleksi bahan pustaka itu sendiri yang seiring
waktu akan mengalami kerusakan. Ibaratnya seperti manusia yang pasti akan
merasakan kematian. Ada 3 faktor yang menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka
di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak antara lain faktor karakteristik
bahan koleksi, lingkungan dan manusia. Pertama, faktor karakteristik bahan
koleksi itu sendiri yang dimaksud yaitu kertas. Kedua, faktor lingkungan yang
dimaksud yaitu pencemaran udara seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok dan
debu. Ketiga, faktor manusia yang dimaksud yaitu tingkah laku vandalisme
pemustaka dan petugas perpustakan itu sendiri.
Untuk itu perlu adanya tindakan atau penanganan kerusakan
bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Penanganan
kerusakan bahan pustaka yang dilakukan antara lain ada 3 tindakan. Pertama,
membersihkan ruang perpustakaan untuk mengurangi debu di perpustakaan. Kedua,
melakukan edukasi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemustaka
untuk tidak melakukan tindakan vandalisme terhadap bahan pustaka. Ketiga,
penyiangan dilakukan untuk mengurangi jumlah buku yang tidak lagi digunakan
agar dengan
penyiangan dapat memungkinkan perpustakaan menambah ruang
untuk diisi dengan koleksi yang baru.
Adapun kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelestarian
dan perawatan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yaitu
pada sumber daya manusia. Sumber daya manusia di Perpustakaan SMA Muhammadiyah
2 Pontianak sangat minim yaitu hanya berjumlah 2 orang. Sumber daya manusia
yang minim ini membuat kegiatan yang ada di perpustakaan menjadi kurang
efektif.
Adapun saran yang dapat diberikan penulis untuk
permasalahan yang ada di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak, antara lain
:
1.
Menggunakan
perlengkapan untuk melindungi kesehatan seperti masker, ketika sedang melakukan
kegiatan membersihkan bahan pustaka atau ruang perpustakaan supaya terhindar
dari paparan debu secara langsung.
2.
Petugas
perpustakaan diharapkan tidak lagi memarkirkan kendaraannya di dalam
perpustakaan. Untuk itu penulis menyarankan agar petugas perpustakaan
memarkirkan kendaraannya pada tempat parkir yang telah disediakan oleh pihak
sekolah.
3.
Membuat
tempelan larangan makan dan minum di perpustakaan termasuk larangan merokok,
kemudian larangan tersebut ditempel di sekitar area pintu masuk perpustakaan.
4.
Menambah
sdm pustakawan khususnya ahli pada bidang pelestarian bahan pustaka.
Dikarenakan jumlah sdm hanya berjumlah 2 orang, ditambah lagi kepala
perpustakaan sendiri selain menjadi kepala perpustakaan juga menjadi guru di
sekolah. Sehingga dengan keterbatasan sdm yang ada di perpustakaan
mengakibatkan kegiatan pelestarian dan perawatan bahan pustaka menjadi kurang
efektif.
5.
Menambah
sarana perpustakaan berupa peralatan atau perabotan untuk mempermudah kegiatan
pelestarian dan perawatan bahan pustaka seperti sampul buku, agar buku
terhindar dari debu yang akan menempel pada cover buku dan rak penyangga pada
buku, agar buku tidak mudah terjatuh dan mudah diambil pada rak penyimpanan
buku.
6.
Meningkatkan
pengawasan terhadap pemustaka agar tindakan-tindakan vandalisme pada bahan
pustaka dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim.
2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah.
Jakarta: Bumi Aksara
Bagong, Suyanto.
Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.
Yogyakarta : Pustaka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2017. “Definisi Dan Jenis Bencana”.
(Online), diakses tanggal 18 April 2018 pada laman
(http://www.bnpb.go.id/home/definisi).
Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek
Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta:
Grasindo.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian
Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers
Fatmawati, Endang. 2017. “Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan
Koleksi Perpustakaan”. EDULIB, 7(2): 108-119.
Hasanah. 2010. Tindakan Dalam
Perawatan Bahan Pustaka. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jaelani, Ahmad. 2013. “Studi
Tentang Kerusakan Bahan Pustaka dari Faktor Biotik dan Penanggulangannya di
Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta” Skripsi. Prodi Ilmu Perpustakaan.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online),
diakses tanggal 18 Agustus 2018 pada laman (https://www.kbbi.web.id)
Martoadmojo, Karmidi. 2014. Pelestarian Bahan Pustaka. Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Riana Damayanti, Junita. 2014. “Faktor-Faktor
Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Buku di Perpustakaan Umum dan Daerah Kota
Madiun” Tugas Akhir. Prodi Diploma 3
Perpustakaan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sobari. 2004.
“Debu Buku di Perpustakaan : Telaah Kesehatan Kerja Pustakawan”. BACA,
(1): 50-58.
Soraya,Ana;
Lucya Damayanti. 2010. Pelestarian Bahan Pustaka: Bahan Ajar Diklat Calon
Pustakawan Tingkat Ahli. Jakarta: Perpustakaan Nasioal RI.
Sulfiani. 2017. “Strategi
Pelestarian Bahan Pustaka di Perpustakaan Abdul Rasyid Daeng Lurang
Sungguminassa Gowa” Skripsi. Prodi
Ilmu Perpustakaan. Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Sulistyo-Basuki.
1991.
Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yulia, Yuyu. 2014. Pengembangan Koleksi. Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka.
BIODATA PENULIS
Ramadhan Saukani Caesatrio, Penulis dilahirkan pada tanggal, 07 Januari 1998 di
Pontianak, anak Ke 3 dari 3 bersaudara. Dan merupakan buah kasih sayang dari
pasangan Rustam Effendi dan Dayang Hayani. Penulis menempuh pendidikan Formal
pertama di SD Swasta Mujahidin Pontianak. Melanjutkan pendidikan tingkat
pertama di SMP Negeri 11 Pontianak. Melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA
Negeri 1 Sungai Raya. Melanjutkan pendidikan tinggi negeri melalui jalur mandiri
di Unviersitas Tanjungpura Pontianak.
LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN
1.
Apa
saja faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak ?
2.
Apa
saja jenis-jenis kerusakan yang ditimbulkan dari kerusakan bahan pustaka di
Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
3.
Bagaimana
upaya pencegahan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak ?
4.
Bagaimana
upaya perawatan koleksi bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak ?
5.
Bagaimana
upaya perbaikan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2
Pontianak ?
6.
Apa
saja peralatan-peralatan yang digunakan untuk menanggulangi kerusakan bahan
pustaka di Perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Pontianak ?
7.
Bagaimana
kendala-kendala pelestarian dan perawatan bahan pustaka di Perpustakaan SMA
Muhammadiyah 2 Pontianak ?
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
![]() |
![]() |
111111111111



Tidak ada komentar:
Posting Komentar