Sabtu, 18 Mei 2019

PERANAN PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) DALAM AUTOMASI PERPUSTAKAAN


PERANAN PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE)
DALAM AUTOMASI PERPUSTAKAAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu pada Matakuliah
Automasi Perpustakaan




Disusun Oleh :
Ramadhan Saukani (F0271151021)






PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penulisan makalah ini yaitu memenuhi tugas mata kuliah Automasi Perpustakaan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Automasi Perpustakaan yaitu Sahidi, M.IP.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat.




Pontianak, Maret 2017


Penulis

Daftar Isi







BAB I
PENDAHULUAN

Software adalah sebuah data yang diprogram dan disimpan secara digital yang tidak terlihat secara fisik tetapi terdapat dalam komputer. Software memiliki banyak fungsi dan peran dalam komputer. Software terdiri dari beberapa jenis dari yang gratis hingga berbayar.
Di dunia perpustakaan khususnya otomasi perpustakaan, software memiliki peran penting. Ada banyak software-software untuk otomasi perpustakaan. Dari yang berbayar seperti Alice, hingga freeware seperti SLiMS.
SLiMS (Senayan Library Management System) adalah software untuk otomasi perpustakaan berbasis FOSS (Free Open Source Software). Yang dimana penggunanya dapat mendownload secara gratis di website resmi SLiMS (http://slims.web.id/) dan dapat dikembangkan oleh siapa saja.

a.    Apa itu software ?
b.    Apa itu fungsi software ?
c.    Apa itu pembagian software ?
d.    Apa itu jenis-jenis software ?
e.    Apa itu SLiMS ?

a.    Mengetahui apa itu software
b.    Mengetahui fungsi software
c.    Mengetahui pembagian software
d.    Mengetahui jenis-jenis software
e.    Mengetahui apa itu SLiMS


BAB II
PEMBAHASAN

Secara umum, pengertian sofware adalah sebuah data yang diprogram dan disimpan secara digital yang tidak terlihat secara fisik tetapi terdapat dalam komputer. Software atau perangkat lunak dapat berupa program atau menjalan suatu perintah atau intruksi yang dengan melalui software (perangkat lunak) komputer dapat beroperasi atau menjalankan suatu perintah. Software juga dapat dikatakan adalah penggerak dan pengontrol hardware (perangkat keras). 
Software dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman yang ditulis atau diciptakan oleh programmer yang selanjutnya dikompilasi dengan aplikasi kompiler sehingga menjadi sebuah kode yang nantinya akan dikenali oleh mesin hardware.

Dalam peran yang penting dalam berjalannya sistem komputer, tentu memiliki fungsi-fungsi khusus yang dimiliki software. Fungsi-fungsi software tersebut antara lain sebagai berikut :
1.    Software menyediakan fungsi dasar untuk kebutuhan komputer yang dapat dibagi menjadi sistem operasi atau sistem pendukung
2.    Software berfungsi dalam mengatur berbagai hardware untuk bekerja secara bersama-sama
3.    Sebagai penghubung antara software-software yang lain dengan hardware 
4.    Sebagai penerjemah terhadap software-software lain dalam setiap instruksi-instruksi ke dalam bahasa mesin sehingga dapat di terima oleh hardware 
5.    Mengidentifikasi program

Secara garis besar, Software dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain sebagai berikut :
1.    Sistem Operasi 
Sistem operasi adalah perangkat lunak yang mengorganisasikan semua komponen mesin komputer. Contoh-contoh Sistem Operasi :
a.    Macintosh
b.    Linux
c.    Unix
d.    Microsft Windows

2.    Program Aplikasi (Siap Pakai) 
Program aplikasi (siap pakai) adalah suatu program yang ditulis dalam bahasa pemrograman tertentu untuk diterapkan pada bidang tertentu. Program Aplikasi dibedakan dalam beberapa jenis aplikasi antara lain sebagai berikut :
a.    Pengolah kata (word processor), contohnya : Ms. Word, Word Star, Word Perfect
b.    Pengolah angka (spread sheet), contohnya : Exel, Lotus, Quattro pro
c.    Pengolah data (database), contohnya : Ms. Access, Dbase, Foxpro
d.    Pengolah citra (drawing, contohnya : Adobe photoshop, Corel Draw, 3DStudio. 

3.    Program Bantu (Utility) 
Program bantu (utility) adalah suatu program yang berfungsi untuk membantu sistem operasi. Contoh-Contoh Program Bantu (Utility) :
a.    Moxilla firefox
b.    Anti Virus
c.    Winamp
d.    FLV Player
e.    PC Tools

4.    Bahasa Pemrograman 
Bahasa pemrograman adalah suatu program yang berbentuk assambler compiler atau interpreter. Contoh-Contoh Bahasa Pemrograman :
a.    ASP
b.    HTML
c.    Visual Basic
d.    Pascal
e.    Java
f.     Delphi
g.    PHP

Software dibedakan dalam beberapa macam bagian yang terdiri dari setiap jenis-jenis software berdasarkan dari bentuk, dan fungsinya. Jenis-jenis software antara lain sebagai berikut :
1.    Freeware, adalah perangkat lunak gratis yang dapat digunakan tanpa dengan batasan waktu. Freeware umumnya disumbangkan kepada komunitas-komunitas, namun memiliki hak sebagai pengembang dan pengontrol dalam pengembangan aplikasi selanjutnya. Freeware akan memberikan source kode (kode sumbernya) jika pengembang aplikasi berhenti mengembang produk freeware kepada pengembang lain atau mengumumkan freeware tersebut bebas untuk dikembangkan secara bersama-sama.
2.    Shareware, adalah perangkat lunak uji coba yang diberikan secara gratis dengan keterbatasan fitur-fitur tertentu seperi ketersediaan, fungsi, dan kenyaman yang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Shareware merupakan perangkat lunak uji coba yang bertujuan untuk memperkenalkan perangkat lunak tersebut dan sebagai strategi marketing pengembangan aplikasi Shareware. Shareware disebut juga dengan Trialware.
3.    Firmware, adalah aplikasi perangkat lunak yang tersimpan di ROM (Read Only Memori). Firmware tidak dapat berubah walau tidak dialiri oleh listrik dan tidak dapat diubah tempat penyimpananya di ROM tetapi dapat dimodifikasi bergantung dari jenis ROM nya seperti EEPROM atau Flash ROM, masih dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
4.    Commercial Software, adalah perangkat lunak untuk tujuan komersil yang dapat dibeli kepada pendistribusi, pengembang software, atau kepada rekan pengembang software. Pengguna yang membeli software tersebut tidak dapat menyebarluaskan atau membagikan ulang software secra bebas dan tanpa ijin penerbitnya akan diilegalkan. Contoh software berbayar (commercial software) adalah Corel Draw, Adobe Photoshop, Microsoft Visual Basic NET. Commercial Software dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. 
5.    Free Software, adalah perangkat lunak yang bebas untuk di utak atik baik itu bebas digunakan, disalin, dimodifikasi dan diubah dengan beberapa keharusan yang dapat dinikmati oleh pengguna-pengguna berikutnya. Dalam konsep kebebasan, setiap orang dalam perangkat lunak bebas ini, dapat mengkomersialkan dan mengambil keuntungan dari pendistribusian dan modifikasi kode sumbernya, serta dapat menyebarkan luas secara gratis. Istilah free software diciptakan oleh Richard Stallman dan Free Software Foundation (organisasi nirlaba dan merupakan sponsor utama dari proyek GNU). Sekarang ini, perangkat lunak bebas tersedia secara gratis dan dibangun atau dikembangkan oleh suatu komunitas terbuka. Menurut Richard Stallman mengenai Pengertian Free Software adalah perihal kebebasan, bukan harga. Untuk mengerti konsepnya, Anda harus memikirkan kata 'bebas' seperti dalam "kebebasan berpendapat", bukan bebas' dalam arti "bir gratis".  
6.    Open Source Software, adalah perangkat lunak yang kode sumbernya untuk diubah, dipelajari, ditingkatkan, dan disebarluaskan karena sifat perangkat lunak sumber terbuka adalah pengembangan oleh suatu komunitas atau kelompok yang terbuka mengembangkan perangkat lunak sumber terbuka.
7.    Malware, adalah perangkat lunak yang diciptakan untuk merusak sistem komputer, jejaring komputer tanpa izin dari pemiliknya. Malware disebut sebagai perangkat perusak yang berasal dari kata Malicious dan Software. Istilah virus komputer digunakan sebagai sebutan dalam jenis perangkat perusak. Jenis-jenis perangkat perusak meliputi virus komputer, kuda troya (trojan horse), perangkat iklan (adware), cacing komputer, rootkit, perangkat jahat (crimeware) dan perangkat lunak jahat lainnya. (Artikelsiana, t.thn.)
1.    Sejarah SLIMS
Senayan pertamakali digunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional [1]. Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan Developers Community). Di koordinir oleh Hendro Wicaksono [2], dengan Programmer Arie Nugraha [3], Wardiyono. Sementara dokumentasi dikerjakan oleh Purwoko [4], Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, Arif Syamsudin. Pada Januari 2012, developer SLiMS bertambah 2 orang, yaitu: Indra Sutriadi Pipii (Gorontalo) dan Eddy Subratha (Jogjakarta).
Selain itu, ada pula programmer Tobias Zeumer (tzeumer@verweisungsform.de), dan Jhon Urrego Felipe Mejia (ingenierofelipeurrego@gmail.com). Situs resmi SLiMS, saat ini ada di http://slims.web.id
Menurut Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan, program manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November 2006. Waktu itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta tengah kebingungan karena program manajemen perpustakaan Alice habis masa pakainya. Alice adalah perangkat lunak bikinan Softlink sumbangan Pusat Kebudayaan Inggris, British Council.
Departemen tak memiliki anggaran untuk memperpanjang masa pakai Alice. Selain itu, Alice adalah produk tidak bebas (proprietary) yang serba tertutup. Staf perpustakaan sulit mempelajari program tersebut. Alice bahkan tak dapat dipasang di server atau komputer lain, sehingga tidak dapat didistribusikan ke perpustakaan di lingkungan departemen tersebut.
Hendro lantas mengusulkan ke Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, yang memayungi perpustakaan di departemen itu, untuk membuat program baru sebagai pengganti Alice. ”Karena awalnya dikembangkan dengan uang negara, harus bisa diperoleh secara bebas oleh masyarakat,” katanya.
Software baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License, sistem perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber terbuka. Perizinan ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat digunakan, dipelajari, diubah, dan didistribusikan ke pihak lain secara bebas.
Pada awalnya Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain di sana, mencari perangkat lunak yang sudah jadi, tapi terbentur sejumlah masalah. Beberapa peranti lunak, seperti PHP MyLibrary dan OpenBiblio, ternyata kurang serius menerapkan prinsip pengembangan aplikasi dan basis data. Dalam basis data yang bagus, misalnya, tabel pengarang dan buku harus terpisah. ”Nah, software yang ada waktu itu menggabungkan keduanya, sehingga tabel itu jadi lebih rumit karena memuat data pengarang 1, pengarang 2, dan seterusnya,” kata Hendro.
Teknologi yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa pemrograman Perl dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para pustakawan departemen yang tak punya latar belakang ilmu teknologi informasi. Selain itu, beberapa perangkat lunak tersebut sudah tidak aktif atau lama sekali tidak muncul versi terbarunya.
Dengan berbagai pertimbangan itu, mereka memutuskan membuat perangkat lunak yang baru sama sekali dengan memanfaatkan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL, yang mereka pelajari secara otodidak. ”Kami semua berlatar belakang pustakawan. Kebetulan kami suka pada teknologi informasi dan sama-sama mempelajarinya,” kata Arie.
Karena awalnya dikembangkan di perpustakaan yang berlokasi di kawasan Senayan dan nama itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus, aplikasi sistem perpustakaan itu pun dinamai seperti tempat kelahirannya.
Senayan berukuran kecil dan sangat mudah dipasang di komputer, baik yang memakai sistem operasi Linux maupun Windows. ”Besar seluruh file program, termasuk program Linux, kurang dari 1 gigabita,” kata Arie saat menjaga gerai Senayan di pameran Global Conference on Open Source di Hotel Shangri-La Jakarta, 27 Oktober lalu.
Meski dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di semua sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan interaktivitas pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti genbarcode untuk pembuatan barcode, PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan tinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web.
Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan koleksi perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules. Standar ini umum dipakai di seluruh dunia. ”Karena yang mengembangkan adalah para pustakawan, kami berani menjamin bahwa aplikasi ini sesuai dengan standar yang dibutuhkan pustakawan di dalam dunia kerjanya,” kata Hendro.
Untuk mengembangkan Senayan, Hendro dan Arie mengajak anggota di mailing list ISIS (ics-isis@yahoogroups.com)—kelompok diskusi para pustakawan pengguna perangkat lunak manajemen perpustakaan milik UNESCO—bergabung. Beberapa pustakawan lain menanggapi rencana mereka, bahkan turut membantu mengembangkan peranti lunak itu.
Jadilah Senayan versi beta yang hanya beredar di kalangan pustakawan di kelompok diskusi itu. Merekalah yang menguji dan kemudian memperbaiki bolong-bolong dalam program tersebut. Akhirnya, setelah program itu dirasa cukup stabil, Senayan dirilis ke publik pada November 2007, bertepatan dengan ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional yang ketiga.
Sebenarnya Senayan belum sempurna saat itu, tapi Hendro merasa bahwa program ini harus segera digunakan, terutama agar pustakawan di kantornya terbiasa dengan program baru ini dan mempercepat migrasi dari Alice. ”Semula kami pakai program Senayan dan Alice secara bersamaan, tapi ketika pengunjung sedang ramai, para pustakawan cenderung memakai Alice. Akhirnya kami matikan Alice sama sekali, dan mereka terpaksa hanya memakai Senayan,” kata Hendro.
Seperti yang mereka perkirakan sebelumnya, beberapa kegagalan terjadi ketika program itu dijalankan. Arie, yang bertugas menjaga kelancaran migrasi itu, mendapat keluhan bertubi-tubi dari para pengguna dan harus langsung memperbaiki program itu. ”Bugs (gangguan pada program) memang masih banyak pada program awal ini,” kata Arie, yang kini menjadi dosen teknologi informasi di almamaternya, Universitas Indonesia.
Tiga bulan berikutnya, Hendro mengundang beberapa pustakawan yang aktif di mailing list ISIS untuk menghadiri Senayan Developer’s Day—acara perekrutan tenaga pengembang program itu. Dari acara tersebut, terpilihlah empat nama: Purwoko, pustakawan Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Wardiyono, programer sebuah organisasi lingkungan; Sulfan Zayd, pustakawan di Sekolah Mentari; dan Arif Syamsudin, pustakawan di Sekolah Internasional Stella Maris.
Selama tiga hari para pustakawan terpilih itu berkumpul dan berkonsentrasi dalam penambahan fitur, perbaikan, dan pembaruan dokumen Senayan. Hasilnya, mereka meluncurkan Senayan versi yang lebih stabil dan dokumen program. Maret tahun berikutnya mereka berkumpul kembali dengan kegiatan yang sama.
Belakangan, mereka mendapat bantuan dari Tobias Zeumer, programer di Jerman. Zeumer mengganti program multibahasa Senayan dengan PHP Gettext, standar program multibahasa di lingkungan peranti lunak sistem terbuka. ”Dia peduli pada pengembangan Senayan dan salah satunya adalah menambahkan fitur bahasa Jerman pada Senayan,” kata Hendro.
Selain terus memperkaya Senayan, tim pengembang terus membuat paket program untuk memudahkan pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan (psenayan) ini berisi program Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan MySQL. Pengguna tinggal mengopi, mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada komputer atau server masing-masing.
Ketika dirilis pertama kali, Senayan baru diunduh 704 kali. Angka ini melonjak menjadi 6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari 2008. Adapun pada Oktober lalu program itu sudah diunduh hampir 27 ribu kali. Dengan demikian, total sudah 250 ribu kali lebih program itu diunduh.
Karena dapat diunduh secara bebas, Hendro dan kawan-kawan tak tahu persis berapa banyak pengguna aplikasi ini. Tapi sedikitnya ada sekitar 218 perpustakaan dan lembaga lain yang mengaku memakai Senayan, seperti Pusat Studi Jepang UI, Perpustakaan Kedokteran Tropis UGM, Sekolah Indonesia-Kairo di Mesir, Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Rumah Sakit M.H. Thamrin Cileungsi, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum Kabupaten Pekalongan.
Senayan kini sudah berkembang jauh. Ia tak hanya menampilkan data buku, tapi juga dapat menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan bahkan video. Hendro dan timnya juga sedang mengembangkan agar setiap server pengguna Senayan dapat saling ”bicara”, sehingga nanti dapat dibangun sebuah gerbang pencarian data buku dalam jaringan yang dapat menelusuri semua katalog. ”Nanti akan ada sebuah gerbang agar pencarian buku cukup melalui satu situs saja,” kata Arie. (Senayan Developers Community, 2015)
2.    Plugin SLIMS
SLIMS terdiri dari 4 plugin yaitu :
a.         Slims Akasia
b.         Slims Meranti
c.         Slims Matoa
d.         Slims Cendana (SLiMS, t.thn.)
Demo halaman muka SLIMS 8.3.1 Akasia  (SLiMS) :

3.    Kelebihan SLIMS
Secara umum kelebihan software SLIMS adalah :
a.    Aplikasi open source berlisensi. SLiMS berlisensi GNU General Public License (GPL) version 3. SLiMS bisa diunduh secara gratis melalui website resminya http://slims.web.id (SLiMS Developer Community, 2013)
b.      Memenuhi standar pengelolaan koleksi perpustakaan. Perpustakaan sesuai dengan International Standard Bibliographic Description (ISBD) berdasarkan Anglo American Cataloguing Rules (AACR2) level 2. Standar ini umum digunakan di seluruh dunia. Metadata yang digunakan SLiMS adalah Metadata Object Description Schema (MODS). MODS ini dikelola oleh Network Development and MARC Standards Office dari Library of Congress dibantu oleh pakar-pakar bidang pengawasan bibliografi serta berbagai masukan dari para pengguna. MODS ini dikembangkan sebagai respon terhadap keluhan bahwa skema Dublin Core terlampau sederhana untuk lingkungan perpustakaan, sedangkan format MARC 21 terlalu kompleks dan kurang bersahabat bagi pengguna di luar sistem perpustakaan (Library of Congress, 2013). Dengan menggunakan MODS sebagai metadata standar, SLiMS mampu melakukan pertukaran data bibliografi dari berbagai aplikasi sistem otomasi perpustakaan lainnya.
c.       Komitmen dari developer dan komunitas. Developer dan komunitas berkomitmen untuk terus mengembangkan SLiMS. Ini terbukti dengan seringnya SLiMS mengalami upgrade sistem dan database untuk perbaikan, penyempurnaan dan penambahan fitur-fitur baru. Setiap ada versi terbaru, komunitas SLiMS biasanya mengadakan program Release Party yang diadakan minimal 1 kali dalam setahun.
d.      Banyak perpustakaan yang menggunakan SLiMS. Banyak sekali perpustakaan di Indonesia yang telah terbantu mewujudkan sistem otomasi. Jumlah pengguna SLiMS sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Mulai dari perpustakaan dengan jumlah koleksi yang sedikit, seperti perpustakaan pribadi atau sekolah hingga perpustakaan yang memiliki jumlah koleksi yang banyak, seperti perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan umum daerah juga menggunakan SLiMS. SLiMS memiliki fleksibilitas yang tinggi yang mampu menyesuaikan tingkat kebutuhan perpustakaan. SLiMS terbukti banyak digunakan di berbagai jenis perpustakaan seperti perpustakan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus (seperti lembaga atau instansi), perpustakaan umum daerah,dan jenis perpustakaan lainnya. Bahkan banyak perpustakaan di luar negeri juga menggunakan SLiMS. Saat ini SLiMS menggunakan dua belas bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, Arab, Bengali, Parsi, Brazil Portugis, Spanyol, Jerman, Thailand, China, Korea, dan Malaysia. Menandakan bahwa SLiMS digunakan di negara-negara yang menggunakan bahasa tersebut. Daftar pengguna SLiMS bisa dilihat di URL : http://slims.web.id/web/?q=node/36
e.       Memiliki manual atau dokumentasi yang lengkap. Salah satu indikator memilih aplikasi sistem otomasi perpustakaan yang baik adalah tersedianya manual atau dokumentasinya secara lengkap. Manual berisi informasi bagaimana menggunakan aplikasi SLiMS dengan optimal mulai dari instalasi, menggunakan berbagai modul, trik-trik, hingga mengatasi berbagai masalah (trouble shooting). Manual SLiMS bisa didownload melalui website resmi http://slims.web.id atau bisa juga melalui URL http://ebooks.makassarlib.net/slims_documentation/ yang ditampilkan dalam bentuk buku 3 dimensi (SLiMS Developer Community, 2012).
f.        Dukungan komunitas SLiMS.  Ini adalah salah satu keunggulan SLiMS, yaitu dukungan komunitas pengguna di seluruh Indonesia, bahkan juga beberapa komunitas dari manca negara. Para pengguna SLiMS berkumpul dalam satu wadah membentuk komunitas SLiMS Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke, hampir di setiap kota terdapat pengguna SLiMS dan mereka bergabung di komunitas SLiMS yang berada di sekitar mereka. Komunitas SLiMS menjalin hubungan, kerja sama, saling berbagi dan berkoordinasi dengan memanfaatkan fasilitas internet, seperti Milis, Grup Facebook, SLiMS Users Forum, dan Twitter. Peran penting komunitas adalah : 1) melaporkan setiap kelemahan (bugs) yang terdapat dalam SLiMS dan sesegera mungkin diperbaiki, 2) wadah tanya jawab dan diskusi seputar penggunaan SLiMS yang belum mereka pahami, meskipun sudah mempelajari manual SLiMS, dan sebagai 3) sarana menyampaikan ide dan masukan untuk pengembangan SLiMS ke depannya.  Komunitas SLiMS memegang peranan penting dalam pengembangan dan penyempurnaan SLiMS. Komunitas membantu menyebarluaskan SLiMS ke seluruh pelosok tanah air dan ikut membantu perpustakaan dalam mengembangkan layanannya dengan mengimplementasikan sistem otomasi perpustakaan.

Secara teknis kelebihan software SLIMS adalah  :
1.      Memenuhi kebutuhan sistem dan manajemen administrasi di perpustakaan yang meliputi, layanan OPAC, manajemen bibliografi, manajemen keanggotaan, manajemen sirkulasi, system, master file, manajemen inventarisasi koleksi, manajemen pelaporan, dan manajemen kontrol terbitan berseri.
2.      Mendukung sistem barcoding.
3.      Memenuhi kebutuhan katalogisasi dari berbagai jenis General Material Designation (GMD) dan jenis koleksi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan.
4.      Memenuhi kebutuhan konten digital dengan berbagai format, seperti .doc, .rtf, .xls, .pdf, .ppt, .mp3, .mpeg, .avi, .mp4, .flv, .jpeg, .png, .gif, dan berbagai format lainnya.
5.      Menampilkan konten digital seperti ebooks, video, audio, animasi, dan gambar secara streaming.
6.      SLiMS merupakan aplikasi berbasis web, yang artinya dapat diakses baik dalam jaringan lokal (intranet) maupun internet dengan menggunakan browser seperti Firefox Mozilla, Google Chrome, dan sebagainya.
7.      Mudah dalam instalasi.
SLiMS dirancang mudah dalam instalasinya. SLiMS memiliki dua versi, yaitu SLiMS source dan Portable Senayan (PSenayan). PSenayan dirancang sangat mudah dalam instalasi, bahkan mudah dibackup dan dibawa (dipindahkan) ke komputer lain.
8.      Mendukung akses OPAC SLiMS melalui mobile device berupa smartphone ataupun tablet.
9.      Tampilan OPAC yang beragam dan elegan menggunakan teknologi terbaru HTML5 dan CSS3.
10.  Pencarian tingkat lanjut (advanced search).
11.  Dukungan penggunaan Boolean`s logic dan implementasi CQL (Common Query Language).
12.  Mendukung format XML untuk melakukan pertukaran data bibliografi antar aplikasi sistem otomasi perpustakaan dengan menggunakan standar Metadata MODS (Metadata Object Description Schema).
13.  Cetak label, barcode, receipt (bukti transaksi), kartu anggota, surat tagihan, kartu katalog, surat bebas pustaka secara built in (terintegrasi dalam SLiMS).
14.  Pengelolaan koleksi yang hilang, dalam perbaikan, dan rusak serta pencatatan statusnya dalam bentuk laporan (Stock opname / Stock take).
15.  Copy cataloguing menggunakan Peer to Peer (P2P) & protokol Z39.50.
Peer to Peer (P2P) artinya dapat melakukan copy cataloguing dari sesama pengguna SLiMS. Protokol Z39.50 adalah protokol client server berstandar internasional (ISO Z3950) untuk penelusuran dan temu balik informasi antar komputer atau internet. Dengan menggunakan Z39.50 SLiMS mampu berkomunikasi (mengambil) data bibliografi dari Library of Congress ataupun dari seluruh katalog perpustakaan di dunia.
16.  Daftar kendali penulisan deskripsi bibliografi sebagai standar konsistensi penulisan sehingga penelusuran informasi lebih efektif.
17.  Pengaturan hak akses pengelolaan data hanya untuk staf yang berhak (hak akses istimewa).
18.  Mendukung fitur reservasi koleksi yang sedang dipinjam, termasuk reminder atau pemberitahuan-nya.
19.  Mendukung fitur manajemen denda. Dilengkapi fleksibilitas untuk pengguna membayar denda secara cicilan.
20.  Mendukung penerapan library 2.0 atau OPAC 2.0 untuk membangun komunikasi interaktif antara pustakawan dengan pemustaka.
21.  Memungkinkan melakukan pemesanan koleksi secara online.
22.  Mendukung OAI-PMH (Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting). Dengan dukungan OAI-PMH, memungkinkan SLiMS untuk berkomunikasi antar metadata dan bergabung dalam suatu portal repositori digital. Contoh implementasinya adalah pada Portal Garuda Kemdiknas http://garuda.kemdiknas.go.id/.
23.  Mendukung impor data MARC (MAchine Readable Cataloguing). MARC merupakan standar untuk komunikasi data katalog di dunia perpustakaan dan informasi yang menggunakan computer.
24.  Mendukung LDAP (Lightweight Directory Access Protocol), yaitu suatu protokol client server yang mengatur mekanisme pengaksesan layanan direktori (directory service) yang dapat digunakan untuk menampilkan banyak informasi.
25.  Mendukung RFID (Radio Frecuency IDentification).
26.  Memiliki katalog induk yang disebut dengan Union Catalogue server (UCS).
27.  Memiliki Federated Search Nayanes, yaitu aplikasi pencarian informasi koleksi ke beberapa katalog perpustakaan yang menggunakan SLiMS.
28.  Dan masih banyak lagi kelebihan lainnya. (Azwar)


BAB III
PENUTUP

Software SLiMS sangat disarankan untuk digunakan untuk otomasi suatu perpustakaan karena sangat bermanfaat bagi pustakawan dan pemustaka. Selain bisa dapat didapatkan dengan gratis software SLiMS juga didesain dengan tampilan (interface) yang mudah dipahami bagi pustakawan baik yang tidak memiliki dasar kemampuan teknologi informasi. SLiMS yang awalnya dibuat untuk memudahkan otomasi suatu perpustakaan, sekarang sudah berkembang bukan hanya untuk perpustakaan saja, tetapi sekarang juga bisa bisa digunakan untuk instansi-instansi seperti rumah sakit, lembaga hukum dan instansi-instansi lainnya.

Untuk menerapkan otomasi di perpustakaan tidak menggunakan biaya yang sedikit. Belum lagi ditambah oleh sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan kurang memahami tentang teknologi informasi. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk menangani masalah seperti ini dengan memberikan pelatihan-pelatihan mengenai teknologi informasi bagi pengelola perpustakaan. Sedangkan untuk perguruan tinggi bisa dengan memperbanyak materi kuliah tentang teknologi informasi kepada calon-calon pustakawan.

Daftar Pustaka

 

Artikelsiana. (n.d.). Pengertian Software, Fungsi, Jenis-Jenis dan Contohnya. Retrieved from Teknologi Komunikasi dan Informasi: http://www.artikelsiana.com/2015/04/software-pengertian-fungsi-jenis-jenis-sofware.html (15 Mar. 17)
Azwar, M. (n.d.). MEMBANGUN SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN DENGAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS). Tanggerang, Banten, Indonesia. (15 Mar. 17)
Senayan Developers Community. (2015, Mei 2). History. Retrieved from SDC Information Center: http://slims.web.id/sdc/ (15 Mar. 17)
SLiMS. (n.d.). Demo. Retrieved from Perpustakaan SLIMS: http://slims.web.id/demo/ (15 Mar. 17)
SLiMS. (n.d.). Kategori GoSLiMS. Retrieved from GoSLiMS: http://slims.web.id/goslims/ (15 Mar. 17)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar