PERANAN PERANGKAT LUNAK
(SOFTWARE)
DALAM AUTOMASI PERPUSTAKAAN
DALAM AUTOMASI PERPUSTAKAAN
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Individu pada Matakuliah
Automasi Perpustakaan
Automasi Perpustakaan

Disusun Oleh :
Ramadhan Saukani
(F0271151021)
PROGRAM STUDI D3
PERPUSTAKAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu
pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penulisan
makalah ini yaitu memenuhi tugas mata kuliah Automasi Perpustakaan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan
dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Automasi Perpustakaan yaitu
Sahidi, M.IP.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat.
Pontianak, Maret 2017
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Software
adalah sebuah data yang diprogram dan disimpan
secara digital yang tidak terlihat secara fisik tetapi terdapat dalam komputer.
Software memiliki banyak fungsi dan peran dalam komputer. Software terdiri dari
beberapa jenis dari yang gratis hingga berbayar.
Di dunia perpustakaan khususnya otomasi perpustakaan,
software memiliki peran penting. Ada banyak software-software untuk otomasi
perpustakaan. Dari yang berbayar seperti Alice, hingga freeware seperti SLiMS.
SLiMS (Senayan Library Management System) adalah software
untuk otomasi perpustakaan berbasis FOSS (Free Open Source Software). Yang
dimana penggunanya dapat mendownload secara gratis di website resmi SLiMS
(http://slims.web.id/) dan dapat dikembangkan oleh siapa saja.
a. Apa
itu software ?
b. Apa
itu fungsi software ?
c. Apa
itu pembagian software ?
d. Apa
itu jenis-jenis software ?
e. Apa
itu SLiMS ?
a. Mengetahui
apa itu software
b. Mengetahui
fungsi software
c. Mengetahui
pembagian software
d. Mengetahui
jenis-jenis software
e. Mengetahui
apa itu SLiMS
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum, pengertian sofware adalah
sebuah data yang diprogram dan disimpan secara digital yang tidak terlihat
secara fisik tetapi terdapat dalam komputer. Software atau perangkat lunak
dapat berupa program atau menjalan suatu perintah atau intruksi yang dengan
melalui software (perangkat lunak) komputer dapat beroperasi atau menjalankan
suatu perintah. Software juga dapat dikatakan adalah penggerak dan pengontrol
hardware (perangkat keras).
Software dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman yang
ditulis atau diciptakan oleh programmer yang selanjutnya dikompilasi dengan
aplikasi kompiler sehingga menjadi sebuah kode yang nantinya akan dikenali oleh
mesin hardware.
Dalam peran yang penting dalam berjalannya sistem komputer,
tentu memiliki fungsi-fungsi khusus yang dimiliki software. Fungsi-fungsi
software tersebut antara lain sebagai berikut :
1.
Software menyediakan fungsi dasar
untuk kebutuhan komputer yang dapat dibagi menjadi sistem operasi atau sistem
pendukung
2.
Software berfungsi dalam mengatur
berbagai hardware untuk bekerja secara bersama-sama
3.
Sebagai penghubung antara
software-software yang lain dengan hardware
4.
Sebagai penerjemah terhadap
software-software lain dalam setiap instruksi-instruksi ke dalam bahasa mesin
sehingga dapat di terima oleh hardware
5.
Mengidentifikasi program
Secara garis besar, Software dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian antara lain sebagai berikut :
1. Sistem Operasi
Sistem operasi adalah perangkat lunak
yang mengorganisasikan semua komponen mesin komputer. Contoh-contoh Sistem Operasi
:
a. Macintosh
b. Linux
c. Unix
d. Microsft
Windows
2. Program Aplikasi (Siap Pakai)
Program aplikasi (siap pakai) adalah
suatu program yang ditulis dalam bahasa pemrograman tertentu untuk diterapkan
pada bidang tertentu. Program Aplikasi dibedakan dalam beberapa jenis aplikasi
antara lain sebagai berikut :
a.
Pengolah kata (word processor),
contohnya : Ms. Word, Word Star, Word Perfect
b.
Pengolah angka (spread sheet),
contohnya : Exel, Lotus, Quattro pro
c.
Pengolah data (database), contohnya
: Ms. Access, Dbase, Foxpro
d.
Pengolah citra (drawing, contohnya :
Adobe photoshop, Corel Draw, 3DStudio.
3.
Program Bantu (Utility)
Program bantu (utility) adalah suatu
program yang berfungsi untuk membantu sistem operasi. Contoh-Contoh Program Bantu
(Utility) :
a.
Moxilla firefox
b.
Anti Virus
c.
Winamp
d.
FLV Player
e.
PC Tools
4.
Bahasa Pemrograman
Bahasa pemrograman
adalah suatu program yang berbentuk assambler compiler atau interpreter. Contoh-Contoh Bahasa
Pemrograman :
a.
ASP
b.
HTML
c.
Visual Basic
d.
Pascal
e.
Java
f.
Delphi
g.
PHP
Software
dibedakan dalam beberapa macam bagian yang terdiri dari setiap jenis-jenis
software berdasarkan dari bentuk, dan fungsinya. Jenis-jenis software antara
lain sebagai berikut :
1.
Freeware, adalah
perangkat lunak gratis yang dapat digunakan tanpa dengan batasan waktu.
Freeware umumnya disumbangkan kepada komunitas-komunitas, namun memiliki hak
sebagai pengembang dan pengontrol dalam pengembangan aplikasi selanjutnya.
Freeware akan memberikan source kode (kode sumbernya) jika pengembang aplikasi
berhenti mengembang produk freeware kepada pengembang lain atau mengumumkan
freeware tersebut bebas untuk dikembangkan secara bersama-sama.
2.
Shareware,
adalah
perangkat lunak uji coba yang diberikan secara gratis dengan keterbatasan
fitur-fitur tertentu seperi ketersediaan, fungsi, dan kenyaman yang tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Shareware merupakan perangkat lunak uji coba yang
bertujuan untuk memperkenalkan perangkat lunak tersebut dan sebagai strategi
marketing pengembangan aplikasi Shareware. Shareware disebut juga dengan
Trialware.
3.
Firmware, adalah aplikasi
perangkat lunak yang tersimpan di ROM (Read Only Memori). Firmware tidak dapat
berubah walau tidak dialiri oleh listrik dan tidak dapat diubah tempat
penyimpananya di ROM tetapi dapat dimodifikasi bergantung dari jenis ROM nya
seperti EEPROM atau Flash ROM, masih dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
4.
Commercial
Software, adalah perangkat lunak untuk tujuan komersil yang
dapat dibeli kepada pendistribusi, pengembang software, atau kepada rekan
pengembang software. Pengguna yang membeli software tersebut tidak dapat
menyebarluaskan atau membagikan ulang software secra bebas dan tanpa ijin
penerbitnya akan diilegalkan. Contoh software berbayar (commercial software)
adalah Corel Draw, Adobe Photoshop, Microsoft Visual Basic NET. Commercial
Software dilindungi Undang-Undang Hak Cipta.
5.
Free
Software, adalah perangkat lunak yang bebas untuk di utak atik
baik itu bebas digunakan, disalin, dimodifikasi dan diubah dengan beberapa
keharusan yang dapat dinikmati oleh pengguna-pengguna berikutnya. Dalam konsep
kebebasan, setiap orang dalam perangkat lunak bebas ini, dapat mengkomersialkan
dan mengambil keuntungan dari pendistribusian dan modifikasi kode sumbernya,
serta dapat menyebarkan luas secara gratis. Istilah free software diciptakan
oleh Richard Stallman dan Free Software Foundation (organisasi nirlaba dan
merupakan sponsor utama dari proyek GNU). Sekarang ini, perangkat lunak bebas
tersedia secara gratis dan dibangun atau dikembangkan oleh suatu komunitas
terbuka. Menurut Richard Stallman mengenai Pengertian Free Software adalah
perihal kebebasan, bukan harga. Untuk mengerti konsepnya, Anda harus memikirkan
kata 'bebas' seperti dalam "kebebasan berpendapat", bukan bebas'
dalam arti "bir gratis".
6.
Open
Source Software, adalah perangkat lunak yang kode sumbernya untuk
diubah, dipelajari, ditingkatkan, dan disebarluaskan karena sifat perangkat
lunak sumber terbuka adalah pengembangan oleh suatu komunitas atau kelompok
yang terbuka mengembangkan perangkat lunak sumber terbuka.
7.
Malware, adalah
perangkat lunak yang diciptakan untuk merusak sistem komputer, jejaring
komputer tanpa izin dari pemiliknya. Malware disebut sebagai perangkat perusak
yang berasal dari kata Malicious dan Software. Istilah virus
komputer digunakan sebagai sebutan dalam jenis perangkat perusak.
Jenis-jenis perangkat perusak meliputi virus komputer, kuda troya (trojan
horse), perangkat iklan (adware), cacing komputer, rootkit, perangkat jahat
(crimeware) dan perangkat lunak jahat lainnya. (Artikelsiana,
t.thn.)
1.
Sejarah SLIMS
Senayan
pertamakali digunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional [1].
Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan Developers Community). Di
koordinir oleh Hendro Wicaksono [2],
dengan Programmer Arie Nugraha [3],
Wardiyono. Sementara dokumentasi dikerjakan oleh Purwoko [4],
Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, Arif Syamsudin. Pada Januari 2012, developer SLiMS
bertambah 2 orang, yaitu: Indra Sutriadi Pipii (Gorontalo) dan Eddy Subratha
(Jogjakarta).
Selain itu, ada pula programmer Tobias Zeumer (tzeumer@verweisungsform.de), dan
Jhon Urrego Felipe Mejia (ingenierofelipeurrego@gmail.com).
Situs resmi SLiMS, saat ini ada di http://slims.web.id
Menurut Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang
Senayan, program manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada
November 2006. Waktu itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan
Nasional di Jakarta tengah kebingungan karena program manajemen perpustakaan
Alice habis masa pakainya. Alice adalah perangkat lunak bikinan Softlink
sumbangan Pusat Kebudayaan Inggris, British Council.
Departemen tak memiliki anggaran untuk memperpanjang masa pakai Alice.
Selain itu, Alice adalah produk tidak bebas (proprietary) yang serba tertutup.
Staf perpustakaan sulit mempelajari program tersebut. Alice bahkan tak dapat
dipasang di server atau komputer lain, sehingga tidak dapat didistribusikan ke
perpustakaan di lingkungan departemen tersebut.
Hendro lantas mengusulkan ke Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat,
yang memayungi perpustakaan di departemen itu, untuk membuat program baru
sebagai pengganti Alice. ”Karena awalnya dikembangkan dengan uang
negara, harus bisa diperoleh secara bebas oleh masyarakat,” katanya.
Software baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License,
sistem perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber
terbuka. Perizinan ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat
digunakan, dipelajari, diubah, dan didistribusikan ke pihak lain secara bebas.
Pada awalnya Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain di sana, mencari
perangkat lunak yang sudah jadi, tapi terbentur sejumlah masalah. Beberapa
peranti lunak, seperti PHP MyLibrary dan OpenBiblio, ternyata kurang serius
menerapkan prinsip pengembangan aplikasi dan basis data. Dalam basis data yang
bagus, misalnya, tabel pengarang dan buku harus terpisah. ”Nah, software yang
ada waktu itu menggabungkan keduanya, sehingga tabel itu jadi lebih rumit
karena memuat data pengarang 1, pengarang 2, dan seterusnya,” kata Hendro.
Teknologi yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa
pemrograman Perl dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para
pustakawan departemen yang tak punya latar belakang ilmu teknologi informasi.
Selain itu, beberapa perangkat lunak tersebut sudah tidak aktif atau lama
sekali tidak muncul versi terbarunya.
Dengan berbagai pertimbangan itu, mereka memutuskan membuat perangkat
lunak yang baru sama sekali dengan memanfaatkan bahasa pemrograman PHP dan
basis data MySQL, yang mereka pelajari secara otodidak. ”Kami semua berlatar belakang
pustakawan. Kebetulan kami suka pada teknologi informasi dan sama-sama
mempelajarinya,” kata
Arie.
Karena awalnya dikembangkan di perpustakaan yang berlokasi di kawasan
Senayan dan nama itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus, aplikasi
sistem perpustakaan itu pun dinamai seperti tempat kelahirannya.
Senayan berukuran kecil dan sangat mudah dipasang di komputer, baik
yang memakai sistem operasi Linux maupun Windows. ”Besar seluruh file program,
termasuk program Linux, kurang dari 1 gigabita,” kata Arie saat menjaga gerai
Senayan di pameran Global Conference on Open Source di Hotel Shangri-La
Jakarta, 27 Oktober lalu.
Meski dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir
di semua sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan
interaktivitas pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous
JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber
terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti
genbarcode untuk pembuatan barcode, PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan
tinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web.
Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan
koleksi perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog berdasarkan ISBD
yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules.
Standar ini umum dipakai di seluruh dunia. ”Karena
yang mengembangkan adalah para pustakawan, kami berani menjamin bahwa aplikasi
ini sesuai dengan standar yang dibutuhkan pustakawan di dalam dunia kerjanya,” kata Hendro.
Untuk mengembangkan Senayan, Hendro dan Arie mengajak anggota di
mailing list ISIS (ics-isis@yahoogroups.com)—kelompok
diskusi para pustakawan pengguna perangkat lunak manajemen perpustakaan milik
UNESCO—bergabung. Beberapa pustakawan lain menanggapi rencana mereka, bahkan
turut membantu mengembangkan peranti lunak itu.
Jadilah Senayan versi beta yang hanya beredar di kalangan pustakawan di
kelompok diskusi itu. Merekalah yang menguji dan kemudian memperbaiki
bolong-bolong dalam program tersebut. Akhirnya, setelah program itu dirasa
cukup stabil, Senayan dirilis ke publik pada November 2007, bertepatan dengan
ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional yang ketiga.
Sebenarnya Senayan belum sempurna saat itu, tapi Hendro merasa bahwa
program ini harus segera digunakan, terutama agar pustakawan di kantornya
terbiasa dengan program baru ini dan mempercepat migrasi dari Alice. ”Semula
kami pakai program Senayan dan Alice secara bersamaan, tapi ketika pengunjung
sedang ramai, para pustakawan cenderung memakai Alice. Akhirnya kami matikan
Alice sama sekali, dan mereka terpaksa hanya memakai Senayan,” kata Hendro.
Seperti yang mereka perkirakan sebelumnya, beberapa kegagalan terjadi
ketika program itu dijalankan. Arie, yang bertugas menjaga kelancaran migrasi
itu, mendapat keluhan bertubi-tubi dari para pengguna dan harus langsung
memperbaiki program itu. ”Bugs (gangguan pada program) memang masih banyak pada
program awal ini,” kata Arie, yang kini menjadi dosen teknologi informasi di
almamaternya, Universitas Indonesia.
Tiga bulan berikutnya, Hendro mengundang beberapa pustakawan yang aktif
di mailing list ISIS untuk menghadiri Senayan Developer’s Day—acara perekrutan
tenaga pengembang program itu. Dari acara tersebut, terpilihlah empat nama:
Purwoko, pustakawan Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta;
Wardiyono, programer sebuah organisasi lingkungan; Sulfan Zayd, pustakawan di
Sekolah Mentari; dan Arif Syamsudin, pustakawan di Sekolah Internasional Stella
Maris.
Selama tiga hari para pustakawan terpilih itu berkumpul dan
berkonsentrasi dalam penambahan fitur, perbaikan, dan pembaruan dokumen
Senayan. Hasilnya, mereka meluncurkan Senayan versi yang lebih stabil dan
dokumen program. Maret tahun berikutnya mereka berkumpul kembali dengan
kegiatan yang sama.
Belakangan, mereka mendapat bantuan dari Tobias Zeumer, programer di
Jerman. Zeumer mengganti program multibahasa Senayan dengan PHP Gettext,
standar program multibahasa di lingkungan peranti lunak sistem terbuka. ”Dia
peduli pada pengembangan Senayan dan salah satunya adalah menambahkan fitur
bahasa Jerman pada Senayan,” kata Hendro.
Selain terus memperkaya Senayan, tim pengembang terus membuat paket
program untuk memudahkan pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan
(psenayan) ini berisi program Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan
MySQL. Pengguna tinggal mengopi, mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada
komputer atau server masing-masing.
Ketika dirilis pertama kali, Senayan baru diunduh 704 kali. Angka ini
melonjak menjadi 6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari
2008. Adapun pada Oktober lalu program itu sudah diunduh hampir 27 ribu kali.
Dengan demikian, total sudah 250 ribu kali lebih program itu diunduh.
Karena dapat diunduh secara bebas, Hendro dan kawan-kawan tak tahu
persis berapa banyak pengguna aplikasi ini. Tapi sedikitnya ada sekitar 218
perpustakaan dan lembaga lain yang mengaku memakai Senayan, seperti Pusat Studi
Jepang UI, Perpustakaan Kedokteran Tropis UGM, Sekolah Indonesia-Kairo di
Mesir, Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Rumah Sakit M.H. Thamrin
Cileungsi, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum
Kabupaten Pekalongan.
Senayan kini sudah berkembang jauh. Ia tak hanya menampilkan data buku,
tapi juga dapat menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan bahkan video.
Hendro dan timnya juga sedang mengembangkan agar setiap server pengguna Senayan
dapat saling ”bicara”, sehingga nanti dapat dibangun sebuah gerbang pencarian
data buku dalam jaringan yang dapat menelusuri semua katalog. ”Nanti akan ada
sebuah gerbang agar pencarian buku cukup melalui satu situs saja,” kata Arie. (Senayan Developers Community, 2015)
2.
Plugin SLIMS
SLIMS terdiri dari
4 plugin yaitu :
a.
Slims Akasia
b.
Slims Meranti
c.
Slims Matoa
d.
Slims Cendana (SLiMS,
t.thn.)
Demo halaman muka
SLIMS 8.3.1 Akasia (SLiMS) :

3.
Kelebihan SLIMS
Secara umum
kelebihan software SLIMS adalah :
a.
Aplikasi open source berlisensi.
SLiMS berlisensi GNU General Public License (GPL) version 3. SLiMS bisa diunduh
secara gratis melalui website resminya http://slims.web.id (SLiMS Developer
Community, 2013)
b.
Memenuhi standar pengelolaan
koleksi perpustakaan. Perpustakaan sesuai dengan International Standard
Bibliographic Description (ISBD) berdasarkan Anglo American Cataloguing
Rules (AACR2) level 2. Standar ini umum digunakan di seluruh dunia. Metadata
yang digunakan SLiMS adalah Metadata Object Description Schema (MODS).
MODS ini dikelola oleh Network Development and MARC Standards Office dari
Library of Congress dibantu oleh pakar-pakar bidang pengawasan bibliografi
serta berbagai masukan dari para pengguna. MODS ini dikembangkan sebagai respon
terhadap keluhan bahwa skema Dublin Core terlampau sederhana untuk lingkungan
perpustakaan, sedangkan format MARC 21 terlalu kompleks dan kurang bersahabat
bagi pengguna di luar sistem perpustakaan (Library of Congress, 2013). Dengan
menggunakan MODS sebagai metadata standar, SLiMS mampu melakukan pertukaran
data bibliografi dari berbagai aplikasi sistem otomasi perpustakaan lainnya.
c. Komitmen
dari developer dan komunitas. Developer dan komunitas berkomitmen untuk terus
mengembangkan SLiMS. Ini terbukti dengan seringnya SLiMS mengalami upgrade sistem
dan database untuk perbaikan, penyempurnaan dan penambahan fitur-fitur baru.
Setiap ada versi terbaru, komunitas SLiMS biasanya mengadakan program Release
Party yang diadakan minimal 1 kali dalam setahun.
d. Banyak
perpustakaan yang menggunakan SLiMS. Banyak sekali perpustakaan di Indonesia
yang telah terbantu mewujudkan sistem otomasi. Jumlah pengguna SLiMS sudah
tidak terhitung lagi jumlahnya. Mulai dari perpustakaan dengan jumlah koleksi
yang sedikit, seperti perpustakaan pribadi atau sekolah hingga perpustakaan
yang memiliki jumlah koleksi yang banyak, seperti perpustakaan perguruan tinggi
dan perpustakaan umum daerah juga menggunakan SLiMS. SLiMS memiliki
fleksibilitas yang tinggi yang mampu menyesuaikan tingkat kebutuhan
perpustakaan. SLiMS terbukti banyak digunakan di berbagai jenis perpustakaan
seperti perpustakan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus
(seperti lembaga atau instansi), perpustakaan umum daerah,dan jenis
perpustakaan lainnya. Bahkan banyak perpustakaan di luar negeri juga
menggunakan SLiMS. Saat ini SLiMS menggunakan dua belas bahasa, yaitu Bahasa
Indonesia, Inggris, Arab, Bengali, Parsi, Brazil Portugis, Spanyol, Jerman,
Thailand, China, Korea, dan Malaysia. Menandakan bahwa SLiMS digunakan di
negara-negara yang menggunakan bahasa tersebut. Daftar pengguna SLiMS bisa
dilihat di URL : http://slims.web.id/web/?q=node/36
e. Memiliki
manual atau dokumentasi yang lengkap. Salah satu indikator memilih aplikasi
sistem otomasi perpustakaan yang baik adalah tersedianya manual atau
dokumentasinya secara lengkap. Manual berisi informasi bagaimana menggunakan
aplikasi SLiMS dengan optimal mulai dari instalasi, menggunakan berbagai modul,
trik-trik, hingga mengatasi berbagai masalah (trouble shooting). Manual
SLiMS bisa didownload melalui website resmi http://slims.web.id atau bisa juga
melalui URL http://ebooks.makassarlib.net/slims_documentation/ yang ditampilkan
dalam bentuk buku 3 dimensi (SLiMS Developer Community, 2012).
f.
Dukungan komunitas
SLiMS. Ini adalah salah satu keunggulan
SLiMS, yaitu dukungan komunitas pengguna di seluruh Indonesia, bahkan juga beberapa
komunitas dari manca negara. Para pengguna SLiMS berkumpul dalam satu wadah
membentuk komunitas SLiMS Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke, hampir di
setiap kota terdapat pengguna SLiMS dan mereka bergabung di komunitas SLiMS
yang berada di sekitar mereka. Komunitas SLiMS menjalin hubungan, kerja sama,
saling berbagi dan berkoordinasi dengan memanfaatkan fasilitas internet,
seperti Milis, Grup Facebook, SLiMS Users Forum, dan Twitter. Peran penting komunitas
adalah : 1) melaporkan setiap kelemahan (bugs)
yang terdapat dalam SLiMS dan
sesegera mungkin diperbaiki, 2) wadah tanya jawab dan
diskusi seputar penggunaan SLiMS yang belum mereka pahami, meskipun sudah
mempelajari
manual SLiMS, dan sebagai 3) sarana menyampaikan ide
dan masukan untuk pengembangan SLiMS ke depannya. Komunitas SLiMS memegang peranan penting
dalam pengembangan dan penyempurnaan SLiMS. Komunitas membantu menyebarluaskan
SLiMS ke seluruh pelosok tanah air dan ikut membantu perpustakaan dalam
mengembangkan layanannya dengan mengimplementasikan sistem otomasi
perpustakaan.
Secara teknis kelebihan
software SLIMS adalah :
1.
Memenuhi kebutuhan sistem dan manajemen administrasi di
perpustakaan yang meliputi, layanan OPAC, manajemen bibliografi, manajemen
keanggotaan, manajemen sirkulasi, system, master file, manajemen inventarisasi
koleksi, manajemen pelaporan, dan manajemen kontrol terbitan berseri.
2.
Mendukung sistem barcoding.
3.
Memenuhi kebutuhan katalogisasi dari berbagai jenis General
Material Designation (GMD) dan jenis koleksi yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan perpustakaan.
4.
Memenuhi kebutuhan konten digital dengan berbagai format,
seperti .doc, .rtf, .xls, .pdf, .ppt, .mp3, .mpeg, .avi, .mp4, .flv, .jpeg,
.png, .gif, dan berbagai format lainnya.
5.
Menampilkan konten digital seperti ebooks, video, audio,
animasi, dan gambar secara streaming.
6.
SLiMS merupakan aplikasi berbasis web, yang artinya dapat
diakses baik dalam jaringan lokal (intranet) maupun internet dengan menggunakan
browser seperti Firefox Mozilla, Google Chrome, dan sebagainya.
7.
Mudah dalam instalasi.
SLiMS
dirancang mudah dalam instalasinya. SLiMS memiliki dua versi, yaitu SLiMS source
dan Portable Senayan (PSenayan). PSenayan dirancang sangat mudah dalam
instalasi, bahkan mudah dibackup dan dibawa (dipindahkan) ke komputer
lain.
8.
Mendukung akses OPAC SLiMS melalui mobile device berupa
smartphone ataupun tablet.
9.
Tampilan OPAC yang beragam dan elegan menggunakan teknologi
terbaru HTML5 dan CSS3.
10.
Pencarian tingkat lanjut (advanced search).
11.
Dukungan penggunaan Boolean`s logic dan implementasi
CQL (Common Query Language).
12.
Mendukung format XML untuk melakukan pertukaran data
bibliografi antar aplikasi sistem otomasi perpustakaan dengan menggunakan
standar Metadata MODS (Metadata Object Description Schema).
13.
Cetak label, barcode, receipt (bukti transaksi), kartu
anggota, surat tagihan, kartu katalog, surat bebas pustaka secara built in (terintegrasi
dalam SLiMS).
14.
Pengelolaan koleksi yang hilang, dalam perbaikan, dan rusak
serta pencatatan statusnya dalam bentuk laporan (Stock opname / Stock take).
15.
Copy cataloguing menggunakan Peer to Peer (P2P) &
protokol Z39.50.
Peer to
Peer (P2P) artinya dapat melakukan copy cataloguing dari sesama
pengguna SLiMS. Protokol Z39.50 adalah protokol client server berstandar
internasional (ISO Z3950) untuk penelusuran dan temu balik informasi antar
komputer atau internet. Dengan menggunakan Z39.50 SLiMS mampu berkomunikasi
(mengambil) data bibliografi dari Library of Congress ataupun dari
seluruh katalog perpustakaan di dunia.
16.
Daftar kendali penulisan deskripsi bibliografi sebagai
standar konsistensi penulisan sehingga penelusuran informasi lebih efektif.
17.
Pengaturan hak akses pengelolaan data hanya untuk staf yang
berhak (hak akses istimewa).
18.
Mendukung fitur reservasi koleksi yang sedang dipinjam,
termasuk reminder atau pemberitahuan-nya.
19.
Mendukung fitur manajemen denda. Dilengkapi fleksibilitas
untuk pengguna membayar denda secara cicilan.
20.
Mendukung penerapan library 2.0 atau OPAC 2.0 untuk
membangun komunikasi interaktif antara pustakawan dengan pemustaka.
21.
Memungkinkan melakukan pemesanan koleksi secara online.
22.
Mendukung OAI-PMH (Open Archive Initiative Protocol for
Metadata Harvesting). Dengan dukungan OAI-PMH, memungkinkan SLiMS untuk
berkomunikasi antar metadata dan bergabung dalam suatu portal repositori
digital. Contoh implementasinya adalah pada Portal Garuda Kemdiknas
http://garuda.kemdiknas.go.id/.
23.
Mendukung impor data MARC (MAchine Readable Cataloguing).
MARC merupakan standar untuk komunikasi data katalog di dunia perpustakaan dan
informasi yang menggunakan computer.
24.
Mendukung LDAP (Lightweight Directory Access Protocol),
yaitu suatu protokol client server yang mengatur mekanisme pengaksesan
layanan direktori (directory service) yang dapat digunakan untuk
menampilkan banyak informasi.
25.
Mendukung RFID (Radio Frecuency IDentification).
26.
Memiliki katalog induk yang disebut dengan Union Catalogue
server (UCS).
27.
Memiliki Federated Search Nayanes, yaitu aplikasi
pencarian informasi koleksi ke beberapa katalog perpustakaan yang menggunakan
SLiMS.
28.
Dan masih banyak lagi kelebihan lainnya. (Azwar)
BAB III
PENUTUP
Software
SLiMS sangat disarankan untuk digunakan untuk otomasi suatu perpustakaan karena
sangat bermanfaat bagi pustakawan dan pemustaka. Selain bisa dapat didapatkan
dengan gratis software SLiMS juga didesain dengan tampilan (interface) yang
mudah dipahami bagi pustakawan baik yang tidak memiliki dasar kemampuan
teknologi informasi. SLiMS yang awalnya dibuat untuk memudahkan otomasi suatu
perpustakaan, sekarang sudah berkembang bukan hanya untuk perpustakaan saja,
tetapi sekarang juga bisa bisa digunakan untuk instansi-instansi seperti rumah
sakit, lembaga hukum dan instansi-instansi lainnya.
Untuk
menerapkan otomasi di perpustakaan tidak menggunakan biaya yang sedikit. Belum
lagi ditambah oleh sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan kurang memahami
tentang teknologi informasi. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk menangani
masalah seperti ini dengan memberikan pelatihan-pelatihan mengenai teknologi
informasi bagi pengelola perpustakaan. Sedangkan untuk perguruan tinggi bisa
dengan memperbanyak materi kuliah tentang teknologi informasi kepada
calon-calon pustakawan.
Daftar Pustaka
Artikelsiana. (n.d.). Pengertian
Software, Fungsi, Jenis-Jenis dan Contohnya. Retrieved from Teknologi
Komunikasi dan Informasi:
http://www.artikelsiana.com/2015/04/software-pengertian-fungsi-jenis-jenis-sofware.html (15 Mar. 17)
Azwar, M. (n.d.). MEMBANGUN
SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN DENGAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS).
Tanggerang, Banten, Indonesia.
(15 Mar. 17)
Senayan Developers
Community. (2015, Mei 2). History. Retrieved from SDC Information
Center: http://slims.web.id/sdc/ (15 Mar. 17)
SLiMS. (n.d.). Demo.
Retrieved from Perpustakaan SLIMS: http://slims.web.id/demo/ (15 Mar. 17)
SLiMS. (n.d.). Kategori
GoSLiMS. Retrieved from GoSLiMS: http://slims.web.id/goslims/ (15 Mar. 17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar