Minggu, 19 Mei 2019

PEDOMAN KATALOGISASI


KATA PENGANTAR


            Perpustakaan adalah ruang atau tempat yang memiliki bahan koleksi yang siapa saja dapat menggunakannya. Baik untuk kegiatan pendidikan, hiburan, penelitian dan sebagainya. Seiring perkembangan zaman perpustakaan semakin mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
            Tapi kita juga harus mengetahui bagaimana sejarah perpustakaan dari zaman sebelum masehi hingga perpustakaan seperti apa yang akan ada di masa yang akan datang. Setelah mengetahui sejarah perpustakaan, dibuku yang sangat singkat ini juga akan membahas bagaimana cara membuat katalog untuk pemula. Membuat katalog perpustakaan tidak begitu sulit jika kita mengetahui aturan-aturannya.
            Semoga saja dengan adanya buku ini dapat memudahkan orang yang awam tentang bagaimana cara membuat katalog berdasarkan ketentuan AACR2.  Dengan banyaknya kekurangan dari buku ini diharapkan adanya masukan dari pembaca baik berupa kritik ataupun saran untuk menambahkan kekurangan dari buku ini.

Pontianak, 21 Juli 2016

Ramadhan Saukani



DAFTAR ISI


++



BAB I
SEJARAH PERPUSTAKAAN


Istilah perpustakaan memang bukan sesuatu yang asing lagi bagi kita di masa sekarang ini. Tetapi sebelum buku dikenal banyak orang, istilah perpustakaan juga belum banyak diketahui orang. Berangsur-angsur komunikasi tidak hanya terjadi pada satu kelompok saja, melainkan juga meluas kepada antar kelompok, dan bahasa yang digunakan sudah menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Perpustakaan pada masa lalu belumlah seperti yang kita ketahui sekarang ini, tapi atmosfer yang pembentukannya sudah mulai tampak.
Pada masa lalu catatan masih berupa batu atau lempengan tanah liat yang dianggap kurang praktis, manusia berusaha menemukan alat tulis yang lebih baik daripada alat tulis periode sebelumnya. Pada sekitar tahun 2500 SM, di Mesir, terdapat sebuah temuan sederhana tapi memiliki pengaruh besar bagi peradaban manusia, yaitu penemuan bahan tulis berupa papyrus yang dibuat dari jenis rumput yang tumbuh di sepangjang sungai Nil. Rumput tersebut diolah sehingga bisa digunakan untuk menulis dengan menggunakan pahatan dan tinta. Dari kata papyrus itu berkembanglah istilah paper, papiere, papiros yang berarti kertas.

Penemuan kertas dari rumput papirus ini dianggap penting bagi manusia, karena serat selulosenya menjadi landasan kimiawi bagi pembuatan kertas zaman modern. Sekitar abad pertama Masehi, sejenis bahan yang mirip dengan kertas yang kita gunakan dewasa ini telah ditemukan di Cina. Namun, karena ketatnya seleksi penguasa Cina terhadap semua barang yang keluar-masuk Cina, temuan kertas itu tidak dikenal di Eropa hingga tahun 1150-an.
            Sebelum temuan di Cina, di Eropa sudah digunakan kulit binatang (kambing, domba, biri-biri, sapi dan binatang lain) yang disebut parchment. Bahan tulis lain disebut vellum, yang terbuat dari kulit sapi atau kambing dan digunakan untuk menulis dan menjilid buku. Semua itu layak dijadikan bahan tulis karena selain awet juga tidak mudah rusak, meskipun harganya sedikit mahal.
            Namun, karena Eropa Barat baru dikenal pada abad ke-15, maka perkembangan perpustakaan berjalan lambat. Ketika kertas sudah dikenal, sementara teknik percetakan masih primitif, di Eropa Barat sudah dikenal sejenis terbitan bernama incunabula, yaitu buku ang dicetak dengan menggunakan teknik bergerak (movable type) sebelum tahun 1501. Semua itu merupakan bahan tulis yang bagus, kuat, dan tahan lama, tapi untuk membuatnya membutuhkan waktu yang lama dan produknya terbatas.
            Karena itu, perpustakaan, terutama di Eropa, hanya menyimpan naskah tulisan tangan lazim yang disebut manuskrip. Manuskrip pada umumnya berbentuk gulungan atau scroll. Dari kenyataan di atas, pada masa itu Cina jauh lebih Maju dibanding peradaban Eropa.

Perpustakaan sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Penggalian di bekas kerajaan Sumeria menunjukan bahwa bangsa sumeria sekitar 3000 tahun SM telah menyalin rekenging, jadwal kegiatan, pengetahuan yang mereka peroleh dalam bentuk lempeng tanah liat (clay tablets). Tulisan yang digunakan masih berupa gambar (pictograph), kemudian ke aksara Sumeria. Kebudayaan Sumeria termasuk kepercayaan, praktik keagamaan dan tulisan Sumeria kemudian diserap oleh Babylonia yang menaklukannya. Tulisan Sumeria kemudian diubah menjadi tulisan paku (cunciform) karena mirip paku. Semasa pemerintahan Raja Ashurbanipal dari Assyria (sekitar tahun 668-626 SM) didirikan perpustakaan kerajaan di ibukota Nineveh, berisi puluhan ribu lempeng tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan (Sulistyo Basuki: 1991). Untuk mencatat koleksi digunakan sistem subjek serta tanda pengenal pada tempat penyimpanan. Banyak dugaan bahwa perpustakaan ini terbuka bagi kawula kerajaan.

Pada masa yang hampir bersamaan, peradaban Mesir Kuno pun mengalami perkembangan. Teks tertulis paling awal yang ada di perpustakaan Mesir berasal dari sekitar tahun 4000 SM, Namun gaya tulisannya berbeda dengan tulisan Sumeria. Orang Mesir menggunakan tulisan yang disebut hieroglyph. Tujuan hieroglyph ialah memahatkan pesan terakhir di monumen untuk mengagungkan raja. Sementara tulisan yang ada di tembok dan monumen dimaksudkan untuk memberikan kesan pada dunia. Perpustakaan di Mesir bertambah maju berkat penemuan penggunaan rumput papyrus sekitar tahun 1200 SM. Untuk membuat lembar papirus, isi batang papirus dipotong menjadi lembaran tipis, kemudian dibentangkan satu demi satu dan tumpuk demi tumpuk. Kedua lapisan kemudian dilekatkan dengan lem, ditekan, diratakan, dan dipukul sehingga permukaannya rata. Dengan demikian, permukaan lembaran papirus dapat digunakan sebagai bahan tulis. Sedangkan alat tulisnya berupa pena sapu dan tinta. Umumnya tulisan hieroglyph hanya dipahami oleh pendeta, karena itu papirus banya ditemukan di kuil-kuil berisi pengumuman resmi, tulisan keagamaan, filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Perkembangan perpustakaan Mesir terjadi semasa raja Khufu, Khafrem dan Ramses II sekitar tahun 1250 SM. Perpustakaan raja Ramses II memiliki koleksi sekitar 20.000 buku (Sulistyo Basuki:1991).

3.    Roma
Yunani mempengaruhi kehidupan budaya dan intelektual Roma. Terbukti, banyak orang Roma mempelajari sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan Yunani, bahkan juga bertutur bahasa Yunani. Perpustakaan pribadi mulai tumbuh karena perwira tinggi banyak yang membawa rampasan perang termasuk buku. Julius Caesar bahkan memerintahkan agar perpustakaan dibuka untuk umum. Perpustakaan kemudian tersebar ke seluruh bagian kerajaan Roma. Pada masa ini muncul bentuk buku baru, sebagai pengembangan dari gulungan papirus yang sedikit menyulitkan untuk dibaca, ditulisi dan dibuka secara cepat. Gulungan papirus ini diganti dengan codex, yang merupakan kumpulan parchmen, diikat dan dijilid menjadi satu seperti buku yang kita kenal dewasa ini. Codex mulai digunakan secara besar-besaran sekitar abad ke-4 (Sulistyo Basuki:1991).
            Perpustakaan mulai mengalami kemunduran tatkala kerjaan Roma mulai mundur. Hingga akhirnya yang tinggal hanyalah perpustakaan takaan biara, yang lainnya lenyap akibat serangan orang-orang barbar.

Dari perkembangan perpustakaan selama hampir 5000 tahun itu, pembaca dapat menyimak adanya kondisi yang menguntungkan pertumbuhan perpustakaan. Disamping itu, ada pula kondisi yang menghambat pertumbuhan perpustakaan sehingga perpustakaan tidak berkembang secara wajar. Menurut hemat penulis, perkembangan perpustakaan tidak terlepas dari perkembangan masyarakat. Kondisi masyarakat sangat memengaruhi perkembangan perpustakaan. Dengan kata lain, perpustakaan mencerminkan kebutuhan sosia, ekonomi, kultural, dan pendidikan suatu masyarakat. Bila kebutuhan tersebut terpenuhi, masyarakat akan menuntut pembangunan perpustakaan. Namun, bila belum dirasakan, umumnya perpustakaan tidak berkembang subur. Hal ini tercermin dalam negara maju dan negara berkembang. Di negara maju, kebutuhan ekonomi sudah dipenuhi dan meningkat ke kebutuhan kultural. Kebutuhan kultural ini, antara lain, dipenuhi dengan penyediaan buku oleh perpustakaan, khususnya oleh perpustakaan umum. Di negara berkembang, masyarakat masih bergulat dengan kesulitan ekonomi sehingga kebutuhan yang mendesak ialah kebutuhan pangan, pakaian, dan papan. Dengan demikian, kebutuhan kultural dirasakan sebagai kebutuhan yang kurang mendesak sehingga membaca masih dirasakan sebagai membuang waktu belaka. Karena itu, perkembangan perpustakaan, terutama perpustakaan umum, di negara berkembang lebih lambat dibandingkan negara maju.

Perkembangan perpustakaan secara internasional meliputi berbagai benua, yaitu Afrika, Asia, Australia, Eropa, dan Amerika. Kemudian diikuti oleh perkembangan perpustakaan universitas, perpustakaan akademi (college library), perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus, dan perpustakaan umum (Ensiklopedia Amerikana: 1978).
Berdasarkan periodisasi perkembangan tersebut perpustakaan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu perpustakaan pada masa silam (dulu), perpustakaan sekarang, dan perpustakaan pada masa yang akan datang (hari esok).

Istilah ‘dulu’ sebernarnya tidak perlu disebutkan persisnya kapan, tahun berapa, karena tidak diketahui secara pasti waktunya. Namun demikian, perpustakaan tersebut telah banyak memberikan jasa kepada para pemakainya sampai sekarang. Yakni sebagai sumber informasi dan panduan, rujukan dalam penelitian untuk sampai pada masa sekarang. Sekiranya tidak ada perpustakaan, kita tidak tahu apa-apa alias buta tentang masa silam, dan tidak tahu apa yang telah terjadi sekarang karena apa yang ada dan terjadi sekarang tidak dapat dipisahkan dengan apa yang sudah ada dan merupakan kelanjutan produk masa lalu.

Berdasarkan ilmu pengetahuan, temuan dan hasil karya masa silam yang telah dikembangkan oleh generasi berikutnya, kita sekarang dapat berpijak kuat dan mencapai apa yang kita lihat dan nikmati. Setiap lembaga pendidikan sudah seharusnya dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Namun ironisnya, bagi sebagian anggota masyarakat kita masih berkutat pada bagaimana meningkatkan minat dan budaya baca, bagaimana membina dan mengembangkan perpustakaan, dan bagaimana menyadarkan bahwa informasi sangat penting bagi kehidupannya.

Kehidupan adalah suatu yang dinamis, berjalan, berubah, dan berproses (the show must go on). Mereka yang ketinggalan dan terbatas akses informasinya, mereka akan jauh tertinggal di belakang. Berkat kemajuan teknologi informasi, orang memperoleh kemudahan dan kebebasan akses atas sumber informasi di perpustakaan. Namun demikian, meskipun teknologi informasi mempunyai kelebihan seperti kecepatan dan akurasi akses, pada sisi lain ia juga mempunyai kelemahan seperti biaya yang diperlukan dan biaya perawatannya mahal, di samping kita akan sangat tergantung pada teknologi tersebut. Kita harapkan bahwa pada masa yang akan datang, perpustakaan makin banyak jumlahnya, makin  merata keberadaanya, makin luas aksesnya, makin luas jangkauan layanannya, makin lengkap koneksinya, dan makin tinggi tingkat kesadaran akan pentingnya informasi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sebuah perpustakaan mempunyai tanggung jawab dan dimensi yang mengejawantah dalam peforma berupa transformasi informasi dari sumbernya kepada pemakai dan kemudian dipergunakan secara optimal. Perpustakaan dalam segala bentuk dan jenisnya merupakan institusi yang bersifat ilmiah, informatif, edukatif, sehingga semua kegiatannya mengandung nilai dan unsur pembelajaran, penelitian, pembinaan, pengembangan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang berorientasi pada pencerahan dan pengayaan wawasan bagi penggunanya. Hal lain yang akan tampak pada perubahan dari waktu ke waktu adalah kondisi fisik perpustakaan yaitu perpustakaan berbasis digital atau digital library. Salah satu ciri perpustakaan mendatang adalah semakin profesionalnya pegawai atau pustakawan. Dengan demikian, diharapkan pula citra perpustakaan memiliki prospek yang baik.



BAB II
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN, SERTA BENTUK FISIK KATALOG


Katalog merupakan istilah umum yang sering diartikan sebagai suatu daftar barang atau benda yang terdapat pada tempat tertentu. Dalam kaitannya dengan perpustakaan, katalog berarti adalah daftar bahan pustaka baik berupa buku maupun nonbuku seperti majalah, surat kabar, mikrofilm, slide dan lain-lain yang dimiliki tersimpan pada suatu atau sekelompok perpustakaan. Dalam katalog perpustakaan tercantum informasi-informasi penting dari suatu bahan pustaka yang biasanya dipakai oleh pengunjung perpustakaan sebagai bahan informasi, yang menyangkut fisik bahan pustaka, isi, ataupun informasi-informasi lainnya, seperti judul bahan pustaka, nama pengarang, edisi, cetakan, kota terbit, penerbit, tahun terbit, subjek bahasan, ISBN, dan lain-lain.

Sebagaimana tersirat dalam pengertian katalog tersebut di atas, pada dasarnya katalog perpustakaan memiliki dua fungsi. Pertama: berfungsi sebagai daftar inventaris bahan pustaka dari suatu atau kelompok perpustakaan; kedua: berfungsi sebagai sarana temu balik bahan pustaka. Sebagai daftar inventaris, katalog perpustakaan berarti merupakan daftar kekayaan yang dimiliki perpustakaan, terutama menyangkut bahan pustaka yang tersedia. Sedangkan sebagai sarana temu balik bahan pustaka, katalog perpustakaan berarti adalah alat atau media yang dibutuhkan oleh pengunjung perpustakaan secara cepat, tepat dan akurat. Fungsi kedua tersebut merupakan fungsi utama dari katalog perpustakaan.
Sejalan dengan fungsi tersebut diatas, maka tujuan pembuatan katalog perpustakaan sebagaimana dikemukakan oleh pustakawan C.A Cutter pada tahun 1876 yang diangkat kembali oleh Needham, 1971 sebagai berikut:
a.       Memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarang, judul atau subjeknya secara cepat, tepat, dan akurat.
b.       Menunjukan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau bentuk literatur tertentu.
c.       Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan karakternya (sastra dan berdasarkan topik).

Selaras dengan perkembangan perpustakaan yang semakin maju katalogpun sebagai bagian dari sistem perpustakaan semakin maju pula. Hal itu nampak pada perkembangan bentuk fisik katalog. Dilihat dari perkembanganya katalog dibedakan sebagai berikut:

Katalog dalam bentuk buku merupakan katalog perpustakaan yang sudah lama dikenal masyarakat. Bentuknya seperti buku yang terdiri atas sejumlah halaman yang masing-masing halamanya dapat memuat data-data katalog yang dicetak dengan mesin cetak atau dengan mesin yang lainnya. Kalau sekarang katalog bentuk buku hampir sama dengan kamus yang kita kenal. Katalog perpustakaan dalam bentuk buku sudah jarang kita temukan pada perpustakaan-perpustakaan.

Katalog berkas merupakan perkembangan lebih lanjut dari katalog buku. Bentuk katalog berkas yaitu 7,5 x 12,5 cm atau 10 x 15 cm. Masing-masing lembar berisi data-data katalog. Untuk menyatukan lembaran-lembaran tersebut diberi lubang kemudian diikat menjadi satu. Atau tidak jarang juga disatukan dengan penjepit khusus. Untuk menguatkan katalog berkas biasanya pada bagian depan dan belakang dilindungi dengan karton tebal. Setiap lembar katalog berkas memuat satu data, masing-masing berkas berisi 500 hingga 600 lembar. Berkas yang sudah terjepik/jilid kemudian disusun menurut nomor berkas.

Katalog dalam bentuk kartu merupakan perkembangan lebih lanjut dari katalog berkas. Katalog ini dibuat dalam bentuk kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Dengan ketebalan 0,025 cm (kurang lebih tebalnya dengan karton manila). Setiap kartu berisi satu katalog.

Sejalan dengan perkembangan zama, katalog perpustakaan pun berkembang mengikutinya. Dengan komputer sebagai media katalog, kini pemakai perpustakaan tidak lagi harus berlama-lama antri di depan laci katalog tetapi cukup mengakses data yang tersimpan pada komputer, baik judul, pengarang, subjek, penerbit, subjek, penerbit, dan lain-lain. Yang menjadi permasalahan komputer sebagai media katalog perpustakaan bagi sebagian besar perpustakaan di Indonesia masih sangat mahal, sehingga jarang perpustakaan yang menggunakan komputer sebagai katalognya.



BAB III
KATALOG KARTU DAN CARA PEMBUATANNYA


Sebagaimana telah dikemukakan pada bab pertama bahwa katalog dalam bentuk kartu adalah suatu katalog yang ditulis pada sebuah kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Kartu katalog dibuat dari karton harus yang tipis, dengan ketebalan 0,025cm (kurang lebih sama dengan tebalnya karton manila).
Dibagian bawah, kurang lebih 8 mm dari bagian bawah kartu, tepat di tengah-tengah kartu dibuatkan lubang. Lubang itu dipakai untuk memasukan lidi besi/kawat yang terdapat pada tiap-tiap laci tempat penyimpanan kartu katalog.
Kartu katalog berisi informasi-informasi yang sering dijadikan acuan oleh para pemakai perpustakaan dalam mencari dan menemukan buku yang dicarinya. Isi katalog tersebut disebut juga sebagai entri katalog.
Kartu katalog pada dasarnya dapat dibedakan atas tiga macam yaitu: katalog pengarang, katalog judul dan katalog subjek. Yang dimaksud katalog pengarang adalah kartu dengan tajuk entri utama pengarang. Katalog judul adalah katalog kartu dengan tajut entri tambahan judul. Sedangkan katalog subjek adalah katalog kartu dengan tajut entri tambahan subjek. Katalog pengarang disebut juga sebagai katalog entri utama yaitu uraian lengkap katalog dari sebuah buku yang dibuat sebagai dasar bagi pembuatan entri katalog judul dan katalog subjek (katalog entri tambahan).
Setiap buku yang ada di perpustakaan minimal dibuatkan tiga macam katalog tersebut di atas. Namun apabila suatu buku dikarang oleh lebih daro satu orang, maka selain dibuatkan katalog seperti diatas, dibuatkan pula katalog dengan entri tambahan pengarang kedua dan pengarang ketiga.


Sementara ini banyak orang yang beranggapan bahwa membuat katalog kartu sangan susah. Anggapan tersebut tidak sebetulnya betul, sebab membuat katalog kartu tidaklah susah. Seseorang pengelola perpustakaan dapat dengan mudah membuat katalog kartu asalkan memiliki keinginan untuk memahami tiga hal, pertama: memahami format katalog; kedua memahami sumber informasi dan ketentuan-ketentuan umum yang berlaku pada pembuatan katalog kartu; dan yang ketiga: memahami cara menentukan tajuk.
Katalog kartu pada dasarnya berisi tiga hal, yaitu nomor panggil (call number), tajuk, dan deskripsi bibliografis. Ketiga bagian pokok tersebut disajikan sebagai satu kesatuan berdasarkan format tertentu.
a.       Nomor Panggil
Nomor panggil atau nomor penempatan berisi tiga informasi yaitu nomor klasifikasi, tiga huruf pertama dari nama utama/keluarga pengarang dan satu huruf pertama judul. Nomor panggil ini ditempatkan pada bagian sebelah kiri kartu katalog pada baris bagian teratas kartu.
Contoh :     Nomor klasifikasi         = 155.412.
                  Nama Pengarang          = Lawrence E. Shapiro
                  Judul Buku                   = Mengajarkan Emotional
                                                         Intelegence pada Anak
Penulisan nomor panggil :   155.412 (nomor klasifikasi)
                                          SHA (tiga huruf pertama pengarang)
                                          m (satu huruf pertama judul)
b.       Tajuk Entri Utama
Yang dimaksud tajuk entri utama adalah kata pertama yang terdapat dalam entri katalog sebagai dasar-dasar penyusunan katalog. Tajuk entri utama bisa berupa nama orang atau badan korporasi yang berperan sebagi pengarang atau penerbit yang bertanggung jawab terhadap isi buku sebagai karya intelektual atau artistik serta bisa juga berupa judul karya. Penulisan tajuk utama orang, yang pertama ditulis adalah nama utama atau nama keluarga. Untuk orang Indonesia ialah nama bagian belakang. Cara penulisan nama utama tersebut ditulis dengan huruf besar.
Contoh       : Pengarang                  : Lawrence E. Shapiro
                  : Penulisan Tajuk          : SHAPIRO, Lawrence E.
Untuk badan korporasi dapat dicontohkan sebagai berikut :
Pengarang              : Departemen Kehutanan
Penulisan               : INDONESIA, Departemen Kehutanan
c.       Deskripsi Bibliografis
Yang dimaksud dengan deskripsi bibliografis adalah kumpulan informasi bibliografis dari suatu buku meliputi nama pengarang, judul, edisi, kota terbit, nama penerbit, keterangan fisik, keterangan seri, ISBN, dan keterangan-keterangan lainnya yang dianggap perlu dan sering menjadi bahan informasi bagi pengguna jasa perpustakaan di dalam mencari dan mencari dan menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan.
Deskripsi bibliografis yang harus tercantum pada entri katalog telah ditentukan oleh IFLA (International Federation of Library Association and Institutions) dalam ISBD (International Standard for Bibliographic Description), kedelapan bidang tersebut masing-masing berisi data bibliografis yang dipisahkan dengan tanda baca tertentu. adapun susunan urutan, ketentuan penulisan dan tanda baca yang memisahkan masing-masing bidang tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Bidang Judul dan Pernyataan Kepengarangan
a)       Judul
Yang termasuk dalam judul disini meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
(1)    Judul utama yaitu judul yang pertama kali dituliskan pada halaman judul
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelegence pada anak
(2)    Anak judul, dipisahkan dari judul utama dengan tanda baca titik dua ( : )
Contoh : Anak saya jenius : kumpulan orang tua dan anak
(3)    Judul alternatif yaitu judul lain sebuah buku yang diberikan oleh penulis, biasanya menggunakan kata atau.
Contoh : Kamus praktis Inggris – Indonesia atau Practical English-Indonesia Dictionary
Penempatan judul alternatif pada deskripsi bibliografis yaitu setelah judul sebelumnya yang dipisahkan dengan tanda baca koma (,) kemudian kata atau.
Contoh : Kamus praktis Inggris-Indonesia, atau Practical English-Indonesia Dictionary
(4)    Judul paralel yaitu judul yang sama tetapi bahasanya yang berbeda.
Contoh : Romi dan Yulia = Romie and Yuliet
Penulisan judul tersebut pada deskripsi katalog sama seperti contoh diatas.
(5)    Penempatan judul pada deskripsi bibliografis yaitu pada ketukan ke 10 dari kiri, pada baris ke 5 dari atas.
b)      Pernyataan Kepengarangan
Pernyataan kepengarangan ditulis pada deskripsi bibliografis setelah judul. Antara judul dengan kepengarangan dipisahkan dengan tanda baca garis miring ( / )
Ketentuan penulisan kepengarangan adalah sebagai berikut :
(1)    Penulisan nama pengarang tidak dibalik seperti pada penulisan tajuk, disesuaikan dengan yang tertulis pada halaman judul.
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelegence/ Lawrence E. Shapiro
(2)    Jika nama pengarang ada dua atau tiga orang kedua atau ketiganya dituliskan pada deskripsi bibliografis yang dipisahkan dengan tanda baca koma (,)
Contoh : Dinamika informasi dalam era global/ Yaya Suhendar, Elazar Mangku Barus, Anwar Hidayat
(3)    Jika nama pengarang lebih dari tiga orang, maka yang ditulis hanya pengarang urutan pertamanya saja, dengan menambahkan keterangan [et al.].
Contoh : Dinamika informasi dalam era global/ Yaya Suhendar [et al.].
(4)    Untuk penerjemah, ilustrator, penyunting (editor) dituliskan pada deskripsi katalog setelah penulisan nama pengarang yang dipisahkan dengan tanda baca titik koma (;)
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelligence pada anak/ Lawrence E. Shapiro; alih bahasa Tri Kantjono
(5)    Untuk gelar akademik dan nama panggilan tidak dituliskan pada deskripsi bibliografis.
2)      Bidang Edisi
Ketentuan pencantuman keterangan edisi pada deskripsi bibliografis adalah sebagai berikut:
a)       Keterangan edisi dicantumkan pada deskripsi bibliografis selama dalam buku tersebut tercantum, maka keterangan edisi dianggap tidak ada dan tidak perlu dicantumkan dalam deskripsi bibliografis.
b)      Pencantuman keterangan edisi menggunakan istilah yang tertulis pada buku dengan penulisannya disingkat.
Contoh : Edisi 2 ditulis ed. 2.
c)       Cetakan atau cetak ulang tanpa revisi tidak dianggap sebagai suatu edisi. Sehingga jika sebuah buku hanya cetakannya saja yang berubah dan cetakan sebelumnya sudah ada di perpustakaan, maka tidak perlu dibuatkan katalognya kembali, hanya ditambahkan nomor induk bukunya saja pada katalog yang sudah ada.
d)      Penempatan edisi pada deskripsi bibliografis yaitu setelah bidang judul dan pernyataanya kepengarangan.
e)       Untuk memisahkan antara bidang edisi dengan bidang judul dan pernyataan keperangan menggunakan tanda baca titik strip (.--)
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelligence pada anak/ Lawrence E. Shapiro.—ed.2
3)      Bidang Impresum
Bidang ini disebut juga keterangan penerbitan yang meliputi kota atau tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun terbit.
Ketentuan pencantuman impresum pada deskripsi bibliografis adalah sebagai berikut:
a)       Impresium dicantumkan pada deskripsi bibliografis setelah keterangan edisi.
b)      Penulisan kota atau tempat penerbitan didahului dengan tanda baca titik strip (.--)
Contoh : .—Jakarta
c)       Jika tempat penerbitan ada dua, maka kedua-duanya dicantumkan dalam deskripsi bibliografis dengan pemisah tanda baca titik koma (;).
Contoh : .—Jakarta; Bandung
d)      Jika tempat penerbitan tidak tercantum pada buku, maka pencantuman menggunakan istilah sl (sine loco).
Contoh : .—sl
e)       Penulisan nama penerbit setelah kota tebit didahului titik dua ( : ).
Contoh : .—Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
f)       Istilah PT, CV, Firma atau sejenisnya tidak dicantumkan
g)      Jika nama penerbit tidak tercantum pada buku, maka bisa menuliskan nama percetakannya.
h)      Penulisan tahun penerbitan setelah nama penerbit dengan didahului tanda baca koma (,)
Contoh : .—Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997
i)        Jika tahun penerbitan tidak diketahui karena tidak tercantum sama sekali pada buku, maka pembuat katalog bisa memperkirakanya sendiri dalam warsa atau abad yang ditulis didalam kurung siku [ ] diikuti tanta Tanya (?)
Contoh :     [1998?]
                  [199..?]
                  [199..?]
4)      Bidang Kolasi
Yang dimaksud dengan kolasi adalah pernyataan deskripsi fisik yang mencakup data fisik buku, yang meliputi keterangan jumlah halaman, keterangan jumlah halaman, keterangan ilustrasi (gambar), dan ukuran tinggi buku.
Ketentuan pencantuman kolasi pada deskripsi bibliografis adalah sebagai berikut :
a)       Penulisan istilah dinyatakan dalam bentuk singkatan diikuti tanda titik (.), sebagai berikut :
(1)    Halaman ditulis hlm;
(2)    Ilustrasi ditulis ilus;
(3)    Gambar ditulis gmb;
(4)    Jilid ditulis jid; dan
(5)    Sentimeter ditulis cm
b)      Jika halaman ditulis dalam angka Romawi dan dalam angka Arab, keduanya dicantumkan dalam keterangan yang penulisannya dipisahkan dengan tanda baca koma (,)
Contoh : xviii, 351 hlm.
c)       Penulisan ilustrasi atau gambar ditulis setelah keterangan dengan pemisah tanda baca titik dua ( : )
Contoh : xviii, 351 hlm.: ilus.
d)      Jika buku ditulis dalam beberapa jilid, maka jumlah halaman tidak perlu dicantumkan. Yang dicantumkan jumlah jilidnya saja.
Contoh : 2 jil.
e)       Penulisan ukuran tinggi buku setelah ilustrasi yang dinyatakan dengan cm yang dipisahkan dengan tanda baca titik koma ( ; )
Contoh : xviii, 315 hlm.: ilus.; 25 cm.
5)      Bidang Seri
Keterangan seri dicantumkan pada deskripsi bibliografis setelah ukuran tinggi buku pada bidang kolasi yang di dalam kurung ( ) dengan tanda baca titik koma ( ; )
Contoh : xviii, 351 hlm.: ilus .; 25 cm. (Seri Manajemen No. 4).
6)      Bidang Catatan atau Anotasi
Bidang catatan diiisi dengan hal-hal yang dipandang sangat penting, contohnya judul asli dari karya terjemahan atau pemberitahuan halaman bibliografi.
Ketentuan pencantuman catatan pada deskripsi bibiliografi adalah sebagai berikut:
a)       Catatan ditempatkan di bawah kolasi;
b)      Judul asli dari suatu karya terjemahan ditulis di antara dua tanda petik (“  “).
Contoh : Judul asli: “How to Raise A Child with A High IQ”
c)       Untuk menunjukan bibliografi ditulis: Bib.: hlm .....
Contoh : Bib.: hlm. 223
7)      Bidang ISBN (International Standard Book Number)
Standar Internasional Nomor Buku (ISBN) ditulis di bawah catatan. Jika suatu buku memiliki ISBN, maka ISBN tersebut harus dicantumkan pada deskripsi bibliografis.
Contoh : ISBN 979-605-791-3
8)      Jejakan
Jejakan merupakan keterangan tentang cuti tambahan pengarang kedua dan atau ketiga, judul, dan subjek.
Jejakan dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
a)       Jejakan subjek diberi nomor urut dengan angka Arab, penulisan subjek menggunakan huruf kapital.
Contoh : 1. EMOSI PADA ANAK 2. PENDIDIKAN
b)      Jejakan judul diberi nomor urut dengan angka Romawi, penulisan judul singakt J.
Contoh : I. J.
c)       Jejakan pengarang kedua atau ketiga diberi nomor urut angka Romawi setelah Romawi judul, penulisan di balik seperti menuliskan pengarang pada tajuk.
Contoh : I. J. II. TRI KONCORO, Alek III. SUNDANA, Edi
Berdasarkan uraian diatas maka secara lengkap format katalog kartu dapat digambarkan sebagai berikut :
Kotak Teks: 155.412
SHA
m


S                         SHAPIRO, Lawrence E.
                                                Mengajarkan emotional intelligence pada anak/ Lawrence E.
                                    Shapiro; alih bahasa Alex TriKanjoro.—ed.2.—Jakarta: Gramedia
                                    Pustaka Utama, 1997
                                                xviii, 376 hlm.: ilus.; 25cm. (Seri Psikologi)
                                                Judul Asli : How to Raise A Child with High IQ
                                                ISBN 979-605-791-3
1.        EMOSI PADA ANAK I. J II. TRI KUNCORO, Alex


Format katalog di atas merupakan katalog pengarang atau katalog entri utama, yang biasanya dijadikan sebagai dasar pembuatan katalog judul, katalog subjek, dan katalog tambahan lainnya.


a.     Sumber Informasi
Untuk mebuat deskripsi bibliografis secara tepat, seorang pembuat katalog dapat menemukan informasi bibliografis melalui sumber-suber utama sebagai berikut:
1)      Halaman judul;
2)      Halaman lain seperti halaman judul singkat, samping halaman judul, balik halaman judul, dan kolofon;
3)      Bagian lain dari buku seperti kata pengantar, prakata, kulit buku, teks, dan bibliografis serta indeks;
4)      Luar buku (publikasi).
Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersebut diatas, dapat dilihat tabel berikut dibawah ini:

Nomor
Bidang
Sumber Informasi Utama
1

2

3

4
5
6

7
8
Judul dan Keterangan kepengarangan
Eidisi

Impresum

Kolasi
Seri
Catatan

ISBN
Jejakan
Halaman Judul.

Halaman judul, halaman depan, dan kolofon.
Halaman judul, halaman depan, dan kolofon.
Buku yang bersangkutan.
Halaman judul dan kolofon.
Halaman di balik halaman judul dan halaman bibliografi serta indeks.
Halaman di balik halaman judul.
Halaman judul, halaman dibalik halaman judul, dan kolofon.

b.    Ketentuan Umum
Yang dimaksud dengan ketentuan umum di sini meliputi bahasa dan abjad deskripsi, singkatan yang digunakan, pemakaian huruf besar dan salah cetak.
1)      Bahasa dan abjad deskripsi
Bidang 1, 2, 3 dan 5 dituliskan dalam bahasa dan abjad yang terdapat dalam buku yang bersangkutan. Penyisipan dalam bidang 1, 2, 3 dan 5 dinyatakan dalam bahasa dan abjad konteksnya. Istilah-istilah yang dipakai dalam bidang 4, 6, 7, dan serta informasi yang ditambahkan oleh pembuat katalog dalam bahasa dan abjad buku yang bersangkutan.
2)      Singkatan yang digunakan
a)       et al             = at alia (dan lain-lain)
b)      s.l                = Sine Loco (tempat penerbit tidak diketahui)
c)       s.n               = Sine nomine (penerbit atau pencetak tidak diketahui)
d)      s.a               = Sine onno (tahun terbit tidak diketahui)
e)       ca                = Circa (kira-kira)
f)       ilus              = Ilustrasi
g)      hlm             = halaman
h)      Jil                = jilid
i)        J.                 = judul
3)      Pemakaian huruf besar
Huruf besar dipakai hanya huruf pertama dari kata pertama pada setiap bidang, kecuali jika peraturan tata bahasa yang bersangkutan mengharuskan penggunaan huruf besar, contohnya nama negara, nama orang, dan lain-lain.
4)      Salah cetak
Salah cetak oleh penerbit, sementara pembuat katalog mengetahuinya bahwa itu salah, maka harus direproduksi diikuti dengan “[sic]” contoh “[I]” atau dikoreksi dalam kurung siku.
Contoh : Statistik [sic] infor eksfor Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA



Basuki, S. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
Suhendar, Y. (2010). Pedoman Katalogisasi : Cara Mudah Membuat Katalog Perpustakaan. Jakarta: Kencana.
Suwarno, W. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar