KATA PENGANTAR
Perpustakaan adalah ruang atau
tempat yang memiliki bahan koleksi yang siapa saja dapat menggunakannya. Baik
untuk kegiatan pendidikan, hiburan, penelitian dan sebagainya. Seiring
perkembangan zaman perpustakaan semakin mengikuti perkembangan teknologi yang
ada.
Tapi
kita juga harus mengetahui bagaimana sejarah perpustakaan dari zaman sebelum
masehi hingga perpustakaan seperti apa yang akan ada di masa yang akan datang.
Setelah mengetahui sejarah perpustakaan, dibuku yang sangat singkat ini juga
akan membahas bagaimana cara membuat katalog untuk pemula. Membuat katalog
perpustakaan tidak begitu sulit jika kita mengetahui aturan-aturannya.
Semoga
saja dengan adanya buku ini dapat memudahkan orang yang awam tentang bagaimana
cara membuat katalog berdasarkan ketentuan AACR2. Dengan banyaknya kekurangan dari buku ini
diharapkan adanya masukan dari pembaca baik berupa kritik ataupun saran untuk
menambahkan kekurangan dari buku ini.
Pontianak, 21 Juli 2016
Ramadhan Saukani
DAFTAR ISI
++
BAB I
SEJARAH PERPUSTAKAAN
Istilah perpustakaan memang
bukan sesuatu yang asing lagi bagi kita di masa sekarang ini. Tetapi sebelum
buku dikenal banyak orang, istilah perpustakaan juga belum banyak diketahui
orang. Berangsur-angsur komunikasi tidak hanya terjadi pada satu kelompok saja,
melainkan juga meluas kepada antar kelompok, dan bahasa yang digunakan sudah
menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Perpustakaan pada masa lalu belumlah
seperti yang kita ketahui sekarang ini, tapi atmosfer yang pembentukannya sudah
mulai tampak.
Pada masa lalu catatan
masih berupa batu atau lempengan tanah liat yang dianggap kurang praktis,
manusia berusaha menemukan alat tulis yang lebih baik daripada alat tulis
periode sebelumnya. Pada sekitar tahun 2500 SM, di Mesir, terdapat sebuah
temuan sederhana tapi memiliki pengaruh besar bagi peradaban manusia, yaitu
penemuan bahan tulis berupa papyrus
yang dibuat dari jenis rumput yang tumbuh di sepangjang sungai Nil. Rumput
tersebut diolah sehingga bisa digunakan untuk menulis dengan menggunakan
pahatan dan tinta. Dari kata papyrus itu
berkembanglah istilah paper, papiere, papiros yang berarti kertas.
Penemuan kertas dari rumput
papirus ini dianggap penting bagi manusia, karena serat selulosenya menjadi
landasan kimiawi bagi pembuatan kertas zaman modern. Sekitar abad pertama
Masehi, sejenis bahan yang mirip dengan kertas yang kita gunakan dewasa ini telah
ditemukan di Cina. Namun, karena ketatnya seleksi penguasa Cina terhadap semua
barang yang keluar-masuk Cina, temuan kertas itu tidak dikenal di Eropa hingga
tahun 1150-an.
Sebelum
temuan di Cina, di Eropa sudah digunakan kulit binatang (kambing, domba,
biri-biri, sapi dan binatang lain) yang disebut parchment. Bahan tulis lain disebut vellum, yang terbuat dari kulit sapi atau kambing dan digunakan
untuk menulis dan menjilid buku. Semua itu layak dijadikan bahan tulis karena
selain awet juga tidak mudah rusak, meskipun harganya sedikit mahal.
Namun,
karena Eropa Barat baru dikenal pada abad ke-15, maka perkembangan perpustakaan
berjalan lambat. Ketika kertas sudah dikenal, sementara teknik percetakan masih
primitif, di Eropa Barat sudah dikenal sejenis terbitan bernama incunabula, yaitu buku ang dicetak
dengan menggunakan teknik bergerak (movable
type) sebelum tahun 1501. Semua itu merupakan bahan tulis yang bagus, kuat,
dan tahan lama, tapi untuk membuatnya membutuhkan waktu yang lama dan produknya
terbatas.
Karena
itu, perpustakaan, terutama di Eropa, hanya menyimpan naskah tulisan tangan
lazim yang disebut manuskrip.
Manuskrip pada umumnya berbentuk gulungan atau scroll. Dari kenyataan di atas, pada masa itu Cina jauh lebih Maju
dibanding peradaban Eropa.
Perpustakaan sudah dikenal
sejak 3000 tahun yang lalu. Penggalian di bekas kerajaan Sumeria menunjukan
bahwa bangsa sumeria sekitar 3000 tahun SM telah menyalin rekenging, jadwal
kegiatan, pengetahuan yang mereka peroleh dalam bentuk lempeng tanah liat (clay tablets). Tulisan yang digunakan
masih berupa gambar (pictograph),
kemudian ke aksara Sumeria. Kebudayaan Sumeria termasuk kepercayaan, praktik
keagamaan dan tulisan Sumeria kemudian diserap oleh Babylonia yang
menaklukannya. Tulisan Sumeria kemudian diubah menjadi tulisan paku (cunciform) karena mirip paku. Semasa
pemerintahan Raja Ashurbanipal dari Assyria (sekitar tahun 668-626 SM)
didirikan perpustakaan kerajaan di ibukota Nineveh, berisi puluhan ribu lempeng
tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan (Sulistyo Basuki:
1991). Untuk mencatat koleksi digunakan sistem subjek serta tanda pengenal pada
tempat penyimpanan. Banyak dugaan bahwa perpustakaan ini terbuka bagi kawula
kerajaan.
Pada masa yang hampir
bersamaan, peradaban Mesir Kuno pun mengalami perkembangan. Teks tertulis
paling awal yang ada di perpustakaan Mesir berasal dari sekitar tahun 4000 SM,
Namun gaya tulisannya berbeda dengan tulisan Sumeria. Orang Mesir menggunakan
tulisan yang disebut hieroglyph.
Tujuan hieroglyph ialah memahatkan
pesan terakhir di monumen untuk mengagungkan raja. Sementara tulisan yang ada
di tembok dan monumen dimaksudkan untuk memberikan kesan pada dunia.
Perpustakaan di Mesir bertambah maju berkat penemuan penggunaan rumput papyrus sekitar tahun 1200 SM. Untuk
membuat lembar papirus, isi batang papirus dipotong menjadi lembaran tipis,
kemudian dibentangkan satu demi satu dan tumpuk demi tumpuk. Kedua lapisan
kemudian dilekatkan dengan lem, ditekan, diratakan, dan dipukul sehingga
permukaannya rata. Dengan demikian, permukaan lembaran papirus dapat digunakan
sebagai bahan tulis. Sedangkan alat tulisnya berupa pena sapu dan tinta.
Umumnya tulisan hieroglyph hanya
dipahami oleh pendeta, karena itu papirus banya ditemukan di kuil-kuil berisi
pengumuman resmi, tulisan keagamaan, filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan perpustakaan Mesir terjadi semasa raja Khufu, Khafrem dan Ramses
II sekitar tahun 1250 SM. Perpustakaan raja Ramses II memiliki koleksi sekitar
20.000 buku (Sulistyo Basuki:1991).
3. Roma
Yunani mempengaruhi
kehidupan budaya dan intelektual Roma. Terbukti, banyak orang Roma mempelajari
sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan Yunani, bahkan juga bertutur bahasa
Yunani. Perpustakaan pribadi mulai tumbuh karena perwira tinggi banyak yang
membawa rampasan perang termasuk buku. Julius Caesar bahkan memerintahkan agar
perpustakaan dibuka untuk umum. Perpustakaan kemudian tersebar ke seluruh bagian
kerajaan Roma. Pada masa ini muncul bentuk buku baru, sebagai pengembangan dari
gulungan papirus yang sedikit menyulitkan untuk dibaca, ditulisi dan dibuka
secara cepat. Gulungan papirus ini diganti dengan codex, yang merupakan kumpulan parchmen, diikat dan dijilid menjadi
satu seperti buku yang kita kenal dewasa ini. Codex mulai digunakan secara besar-besaran sekitar abad ke-4
(Sulistyo Basuki:1991).
Perpustakaan
mulai mengalami kemunduran tatkala kerjaan Roma mulai mundur. Hingga akhirnya
yang tinggal hanyalah perpustakaan takaan biara, yang lainnya lenyap akibat
serangan orang-orang barbar.
Dari perkembangan
perpustakaan selama hampir 5000 tahun itu, pembaca dapat menyimak adanya
kondisi yang menguntungkan pertumbuhan perpustakaan. Disamping itu, ada pula
kondisi yang menghambat pertumbuhan perpustakaan sehingga perpustakaan tidak
berkembang secara wajar. Menurut hemat penulis, perkembangan perpustakaan tidak
terlepas dari perkembangan masyarakat. Kondisi masyarakat sangat memengaruhi
perkembangan perpustakaan. Dengan kata lain, perpustakaan mencerminkan
kebutuhan sosia, ekonomi, kultural, dan pendidikan suatu masyarakat. Bila
kebutuhan tersebut terpenuhi, masyarakat akan menuntut pembangunan
perpustakaan. Namun, bila belum dirasakan, umumnya perpustakaan tidak
berkembang subur. Hal ini tercermin dalam negara maju dan negara berkembang. Di
negara maju, kebutuhan ekonomi sudah dipenuhi dan meningkat ke kebutuhan
kultural. Kebutuhan kultural ini, antara lain, dipenuhi dengan penyediaan buku
oleh perpustakaan, khususnya oleh perpustakaan umum. Di negara berkembang,
masyarakat masih bergulat dengan kesulitan ekonomi sehingga kebutuhan yang
mendesak ialah kebutuhan pangan, pakaian, dan papan. Dengan demikian, kebutuhan
kultural dirasakan sebagai kebutuhan yang kurang mendesak sehingga membaca
masih dirasakan sebagai membuang waktu belaka. Karena itu, perkembangan
perpustakaan, terutama perpustakaan umum, di negara berkembang lebih lambat
dibandingkan negara maju.
Perkembangan perpustakaan
secara internasional meliputi berbagai benua, yaitu Afrika, Asia, Australia,
Eropa, dan Amerika. Kemudian diikuti oleh perkembangan perpustakaan
universitas, perpustakaan akademi (college
library), perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus, dan perpustakaan umum
(Ensiklopedia Amerikana: 1978).
Berdasarkan periodisasi
perkembangan tersebut perpustakaan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu
perpustakaan pada masa silam (dulu), perpustakaan sekarang, dan perpustakaan
pada masa yang akan datang (hari esok).
Istilah ‘dulu’ sebernarnya
tidak perlu disebutkan persisnya kapan, tahun berapa, karena tidak diketahui
secara pasti waktunya. Namun demikian, perpustakaan tersebut telah banyak memberikan
jasa kepada para pemakainya sampai sekarang. Yakni sebagai sumber informasi dan
panduan, rujukan dalam penelitian untuk sampai pada masa sekarang. Sekiranya
tidak ada perpustakaan, kita tidak tahu apa-apa alias buta tentang masa silam,
dan tidak tahu apa yang telah terjadi sekarang karena apa yang ada dan terjadi
sekarang tidak dapat dipisahkan dengan apa yang sudah ada dan merupakan
kelanjutan produk masa lalu.
Berdasarkan ilmu
pengetahuan, temuan dan hasil karya masa silam yang telah dikembangkan oleh
generasi berikutnya, kita sekarang dapat berpijak kuat dan mencapai apa yang
kita lihat dan nikmati. Setiap lembaga pendidikan sudah seharusnya dilengkapi
dengan fasilitas yang memadai. Namun ironisnya, bagi sebagian anggota masyarakat
kita masih berkutat pada bagaimana meningkatkan minat dan budaya baca,
bagaimana membina dan mengembangkan perpustakaan, dan bagaimana menyadarkan
bahwa informasi sangat penting bagi kehidupannya.
Kehidupan adalah suatu yang
dinamis, berjalan, berubah, dan berproses (the
show must go on). Mereka yang ketinggalan dan terbatas akses informasinya,
mereka akan jauh tertinggal di belakang. Berkat kemajuan teknologi informasi,
orang memperoleh kemudahan dan kebebasan akses atas sumber informasi di
perpustakaan. Namun demikian, meskipun teknologi informasi mempunyai kelebihan
seperti kecepatan dan akurasi akses, pada sisi lain ia juga mempunyai kelemahan
seperti biaya yang diperlukan dan biaya perawatannya mahal, di samping kita akan
sangat tergantung pada teknologi tersebut. Kita harapkan bahwa pada masa yang
akan datang, perpustakaan makin banyak jumlahnya, makin merata keberadaanya, makin luas aksesnya,
makin luas jangkauan layanannya, makin lengkap koneksinya, dan makin tinggi
tingkat kesadaran akan pentingnya informasi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Sebuah perpustakaan
mempunyai tanggung jawab dan dimensi yang mengejawantah dalam peforma berupa
transformasi informasi dari sumbernya kepada pemakai dan kemudian dipergunakan
secara optimal. Perpustakaan dalam segala bentuk dan jenisnya merupakan
institusi yang bersifat ilmiah, informatif, edukatif, sehingga semua
kegiatannya mengandung nilai dan unsur pembelajaran, penelitian, pembinaan,
pengembangan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang berorientasi pada pencerahan
dan pengayaan wawasan bagi penggunanya. Hal lain yang akan tampak pada
perubahan dari waktu ke waktu adalah kondisi fisik perpustakaan yaitu
perpustakaan berbasis digital atau digital
library. Salah satu ciri perpustakaan mendatang adalah semakin
profesionalnya pegawai atau pustakawan. Dengan demikian, diharapkan pula citra
perpustakaan memiliki prospek yang baik.
BAB II
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN, SERTA BENTUK FISIK KATALOG
Katalog merupakan istilah
umum yang sering diartikan sebagai suatu daftar barang atau benda yang terdapat
pada tempat tertentu. Dalam kaitannya dengan perpustakaan, katalog berarti
adalah daftar bahan pustaka baik berupa buku maupun nonbuku seperti majalah,
surat kabar, mikrofilm, slide dan lain-lain yang dimiliki tersimpan pada suatu
atau sekelompok perpustakaan. Dalam katalog perpustakaan tercantum
informasi-informasi penting dari suatu bahan pustaka yang biasanya dipakai oleh
pengunjung perpustakaan sebagai bahan informasi, yang menyangkut fisik bahan
pustaka, isi, ataupun informasi-informasi lainnya, seperti judul bahan pustaka,
nama pengarang, edisi, cetakan, kota terbit, penerbit, tahun terbit, subjek
bahasan, ISBN, dan lain-lain.
Sebagaimana tersirat dalam
pengertian katalog tersebut di atas, pada dasarnya katalog perpustakaan
memiliki dua fungsi. Pertama:
berfungsi sebagai daftar inventaris bahan pustaka dari suatu atau kelompok
perpustakaan; kedua: berfungsi
sebagai sarana temu balik bahan pustaka. Sebagai daftar inventaris, katalog
perpustakaan berarti merupakan daftar kekayaan yang dimiliki perpustakaan,
terutama menyangkut bahan pustaka yang tersedia. Sedangkan sebagai sarana temu
balik bahan pustaka, katalog perpustakaan berarti adalah alat atau media yang
dibutuhkan oleh pengunjung perpustakaan secara cepat, tepat dan akurat. Fungsi
kedua tersebut merupakan fungsi utama dari katalog perpustakaan.
Sejalan dengan fungsi
tersebut diatas, maka tujuan pembuatan katalog perpustakaan sebagaimana
dikemukakan oleh pustakawan C.A Cutter
pada tahun 1876 yang diangkat kembali oleh Needham, 1971 sebagai berikut:
a.
Memberikan
kemudahan kepada seseorang untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui
pengarang, judul atau subjeknya secara cepat, tepat, dan akurat.
b.
Menunjukan
bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu
berdasarkan subjek tertentu atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau
bentuk literatur tertentu.
c.
Membantu
dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan karakternya (sastra dan
berdasarkan topik).
Selaras dengan perkembangan
perpustakaan yang semakin maju katalogpun sebagai bagian dari sistem
perpustakaan semakin maju pula. Hal itu nampak pada perkembangan bentuk fisik
katalog. Dilihat dari perkembanganya katalog dibedakan sebagai berikut:
Katalog dalam bentuk buku
merupakan katalog perpustakaan yang sudah lama dikenal masyarakat. Bentuknya
seperti buku yang terdiri atas sejumlah halaman yang masing-masing halamanya
dapat memuat data-data katalog yang dicetak dengan mesin cetak atau dengan
mesin yang lainnya. Kalau sekarang katalog bentuk buku hampir sama dengan kamus
yang kita kenal. Katalog perpustakaan dalam bentuk buku sudah jarang kita
temukan pada perpustakaan-perpustakaan.
Katalog berkas merupakan
perkembangan lebih lanjut dari katalog buku. Bentuk katalog berkas yaitu 7,5 x
12,5 cm atau 10 x 15 cm. Masing-masing lembar berisi data-data katalog. Untuk
menyatukan lembaran-lembaran tersebut diberi lubang kemudian diikat menjadi
satu. Atau tidak jarang juga disatukan dengan penjepit khusus. Untuk menguatkan
katalog berkas biasanya pada bagian depan dan belakang dilindungi dengan karton
tebal. Setiap lembar katalog berkas memuat satu data, masing-masing berkas
berisi 500 hingga 600 lembar. Berkas yang sudah terjepik/jilid kemudian disusun
menurut nomor berkas.
Katalog dalam bentuk kartu
merupakan perkembangan lebih lanjut dari katalog berkas. Katalog ini dibuat
dalam bentuk kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Dengan ketebalan 0,025 cm (kurang
lebih tebalnya dengan karton manila). Setiap kartu berisi satu katalog.
Sejalan dengan perkembangan
zama, katalog perpustakaan pun berkembang mengikutinya. Dengan komputer sebagai
media katalog, kini pemakai perpustakaan tidak lagi harus berlama-lama antri di
depan laci katalog tetapi cukup mengakses data yang tersimpan pada komputer,
baik judul, pengarang, subjek, penerbit, subjek, penerbit, dan lain-lain. Yang
menjadi permasalahan komputer sebagai media katalog perpustakaan bagi sebagian
besar perpustakaan di Indonesia masih sangat mahal, sehingga jarang
perpustakaan yang menggunakan komputer sebagai katalognya.
BAB III
KATALOG KARTU DAN CARA PEMBUATANNYA
Sebagaimana telah
dikemukakan pada bab pertama bahwa katalog dalam bentuk kartu adalah suatu
katalog yang ditulis pada sebuah kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Kartu katalog
dibuat dari karton harus yang tipis, dengan ketebalan 0,025cm (kurang lebih
sama dengan tebalnya karton manila).
Dibagian bawah, kurang
lebih 8 mm dari bagian bawah kartu, tepat di tengah-tengah kartu dibuatkan
lubang. Lubang itu dipakai untuk memasukan lidi besi/kawat yang terdapat pada
tiap-tiap laci tempat penyimpanan kartu katalog.
Kartu katalog berisi
informasi-informasi yang sering dijadikan acuan oleh para pemakai perpustakaan
dalam mencari dan menemukan buku yang dicarinya. Isi katalog tersebut disebut
juga sebagai entri katalog.
Kartu katalog pada dasarnya
dapat dibedakan atas tiga macam yaitu: katalog
pengarang, katalog judul dan katalog subjek. Yang dimaksud katalog
pengarang adalah kartu dengan tajuk entri utama pengarang. Katalog judul adalah
katalog kartu dengan tajut entri tambahan judul. Sedangkan katalog subjek
adalah katalog kartu dengan tajut entri tambahan subjek. Katalog pengarang
disebut juga sebagai katalog entri utama yaitu uraian lengkap katalog dari
sebuah buku yang dibuat sebagai dasar bagi pembuatan entri katalog judul dan
katalog subjek (katalog entri tambahan).
Setiap buku yang ada di
perpustakaan minimal dibuatkan tiga macam katalog tersebut di atas. Namun
apabila suatu buku dikarang oleh lebih daro satu orang, maka selain dibuatkan
katalog seperti diatas, dibuatkan pula katalog dengan entri tambahan pengarang
kedua dan pengarang ketiga.
Sementara ini banyak orang
yang beranggapan bahwa membuat katalog kartu sangan susah. Anggapan tersebut
tidak sebetulnya betul, sebab membuat katalog kartu tidaklah susah. Seseorang
pengelola perpustakaan dapat dengan mudah membuat katalog kartu asalkan memiliki
keinginan untuk memahami tiga hal, pertama:
memahami format katalog; kedua
memahami sumber informasi dan
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku pada pembuatan katalog kartu; dan
yang ketiga: memahami cara menentukan
tajuk.
Katalog kartu pada dasarnya
berisi tiga hal, yaitu nomor panggil (call
number), tajuk, dan deskripsi bibliografis. Ketiga bagian pokok tersebut
disajikan sebagai satu kesatuan berdasarkan format tertentu.
a.
Nomor
Panggil
Nomor panggil atau nomor penempatan berisi tiga
informasi yaitu nomor klasifikasi, tiga huruf pertama dari nama utama/keluarga
pengarang dan satu huruf pertama
judul. Nomor panggil ini ditempatkan pada bagian sebelah kiri kartu katalog
pada baris bagian teratas kartu.
Contoh : Nomor
klasifikasi = 155.412.
Nama
Pengarang = Lawrence E. Shapiro
Judul
Buku = Mengajarkan
Emotional
Intelegence pada Anak
Penulisan nomor panggil : 155.412 (nomor klasifikasi)
SHA
(tiga huruf pertama pengarang)
m
(satu huruf pertama judul)
b.
Tajuk
Entri Utama
Yang dimaksud tajuk entri utama adalah kata pertama
yang terdapat dalam entri katalog sebagai dasar-dasar penyusunan katalog. Tajuk
entri utama bisa berupa nama orang atau badan korporasi yang berperan sebagi
pengarang atau penerbit yang bertanggung jawab terhadap isi buku sebagai karya
intelektual atau artistik serta bisa juga berupa judul karya. Penulisan tajuk
utama orang, yang pertama ditulis adalah nama utama atau nama keluarga. Untuk
orang Indonesia ialah nama bagian belakang. Cara penulisan nama utama tersebut
ditulis dengan huruf besar.
Contoh :
Pengarang : Lawrence E.
Shapiro
:
Penulisan Tajuk : SHAPIRO,
Lawrence E.
Untuk badan korporasi dapat dicontohkan sebagai
berikut :
Pengarang :
Departemen Kehutanan
Penulisan :
INDONESIA, Departemen Kehutanan
c.
Deskripsi
Bibliografis
Yang dimaksud dengan deskripsi bibliografis adalah
kumpulan informasi bibliografis dari suatu buku meliputi nama pengarang, judul,
edisi, kota terbit, nama penerbit, keterangan fisik, keterangan seri, ISBN, dan
keterangan-keterangan lainnya yang dianggap perlu dan sering menjadi bahan
informasi bagi pengguna jasa perpustakaan di dalam mencari dan mencari dan
menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan.
Deskripsi bibliografis yang harus tercantum pada entri
katalog telah ditentukan oleh IFLA (International
Federation of Library Association and Institutions) dalam ISBD (International Standard for Bibliographic
Description), kedelapan bidang tersebut masing-masing berisi data
bibliografis yang dipisahkan dengan tanda baca tertentu. adapun susunan urutan,
ketentuan penulisan dan tanda baca yang memisahkan masing-masing bidang
tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Bidang
Judul dan Pernyataan Kepengarangan
a)
Judul
Yang termasuk dalam judul disini meliputi unsur-unsur
sebagai berikut :
(1)
Judul
utama yaitu judul yang pertama kali dituliskan pada halaman judul
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelegence pada anak
(2)
Anak
judul, dipisahkan dari judul utama dengan tanda baca titik dua ( : )
Contoh : Anak saya jenius : kumpulan orang tua dan
anak
(3)
Judul
alternatif yaitu judul lain sebuah buku yang diberikan oleh penulis, biasanya
menggunakan kata atau.
Contoh : Kamus praktis Inggris – Indonesia atau
Practical English-Indonesia Dictionary
Penempatan judul alternatif pada deskripsi bibliografis
yaitu setelah judul sebelumnya yang dipisahkan dengan tanda baca koma (,)
kemudian kata atau.
Contoh : Kamus praktis Inggris-Indonesia, atau
Practical English-Indonesia Dictionary
(4)
Judul
paralel yaitu judul yang sama tetapi bahasanya yang berbeda.
Contoh : Romi dan Yulia = Romie and Yuliet
Penulisan judul tersebut pada deskripsi katalog sama
seperti contoh diatas.
(5)
Penempatan
judul pada deskripsi bibliografis yaitu pada ketukan ke 10 dari kiri, pada
baris ke 5 dari atas.
b)
Pernyataan
Kepengarangan
Pernyataan kepengarangan ditulis pada deskripsi
bibliografis setelah judul. Antara judul dengan kepengarangan dipisahkan dengan
tanda baca garis miring ( / )
Ketentuan penulisan kepengarangan adalah sebagai
berikut :
(1)
Penulisan
nama pengarang tidak dibalik seperti pada penulisan tajuk, disesuaikan dengan
yang tertulis pada halaman judul.
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelegence/ Lawrence E. Shapiro
(2)
Jika
nama pengarang ada dua atau tiga orang kedua atau ketiganya dituliskan pada
deskripsi bibliografis yang dipisahkan dengan tanda baca koma (,)
Contoh : Dinamika informasi dalam era global/ Yaya
Suhendar, Elazar Mangku Barus, Anwar Hidayat
(3)
Jika
nama pengarang lebih dari tiga orang, maka yang ditulis hanya pengarang urutan
pertamanya saja, dengan menambahkan keterangan [et al.].
Contoh : Dinamika informasi dalam era global/ Yaya
Suhendar [et al.].
(4)
Untuk
penerjemah, ilustrator, penyunting (editor) dituliskan pada deskripsi katalog
setelah penulisan nama pengarang yang dipisahkan dengan tanda baca titik koma
(;)
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelligence pada anak/ Lawrence E. Shapiro; alih bahasa
Tri Kantjono
(5)
Untuk
gelar akademik dan nama panggilan tidak dituliskan pada deskripsi bibliografis.
2)
Bidang
Edisi
Ketentuan pencantuman keterangan edisi pada deskripsi
bibliografis adalah sebagai berikut:
a)
Keterangan
edisi dicantumkan pada deskripsi bibliografis selama dalam buku tersebut
tercantum, maka keterangan edisi dianggap tidak ada dan tidak perlu dicantumkan
dalam deskripsi bibliografis.
b)
Pencantuman
keterangan edisi menggunakan istilah yang tertulis pada buku dengan
penulisannya disingkat.
Contoh : Edisi 2 ditulis ed. 2.
c)
Cetakan
atau cetak ulang tanpa revisi tidak dianggap sebagai suatu edisi. Sehingga jika
sebuah buku hanya cetakannya saja yang berubah dan cetakan sebelumnya sudah ada
di perpustakaan, maka tidak perlu dibuatkan katalognya kembali, hanya
ditambahkan nomor induk bukunya saja pada katalog yang sudah ada.
d)
Penempatan
edisi pada deskripsi bibliografis yaitu setelah bidang judul dan pernyataanya
kepengarangan.
e)
Untuk
memisahkan antara bidang edisi dengan bidang judul dan pernyataan keperangan
menggunakan tanda baca titik strip (.--)
Contoh : Mengajarkan Emotional Intelligence pada anak/ Lawrence E. Shapiro.—ed.2
3)
Bidang
Impresum
Bidang ini disebut juga keterangan penerbitan yang
meliputi kota atau tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun terbit.
Ketentuan pencantuman impresum pada deskripsi bibliografis
adalah sebagai berikut:
a)
Impresium
dicantumkan pada deskripsi bibliografis setelah keterangan edisi.
b)
Penulisan
kota atau tempat penerbitan didahului dengan tanda baca titik strip (.--)
Contoh : .—Jakarta
c)
Jika
tempat penerbitan ada dua, maka kedua-duanya dicantumkan dalam deskripsi
bibliografis dengan pemisah tanda baca titik koma (;).
Contoh : .—Jakarta; Bandung
d)
Jika
tempat penerbitan tidak tercantum pada buku, maka pencantuman menggunakan
istilah sl (sine loco).
Contoh : .—sl
e)
Penulisan
nama penerbit setelah kota tebit didahului titik dua ( : ).
Contoh : .—Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
f)
Istilah
PT, CV, Firma atau sejenisnya tidak dicantumkan
g)
Jika
nama penerbit tidak tercantum pada buku, maka bisa menuliskan nama
percetakannya.
h)
Penulisan
tahun penerbitan setelah nama penerbit dengan didahului tanda baca koma (,)
Contoh : .—Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997
i)
Jika
tahun penerbitan tidak diketahui karena tidak tercantum sama sekali pada buku,
maka pembuat katalog bisa memperkirakanya sendiri dalam warsa atau abad yang
ditulis didalam kurung siku [ ] diikuti tanta Tanya (?)
Contoh : [1998?]
[199..?]
[199..?]
4)
Bidang
Kolasi
Yang dimaksud dengan kolasi adalah pernyataan
deskripsi fisik yang mencakup data fisik buku, yang meliputi keterangan jumlah halaman,
keterangan jumlah halaman, keterangan ilustrasi (gambar), dan ukuran tinggi
buku.
Ketentuan pencantuman kolasi pada deskripsi
bibliografis adalah sebagai berikut :
a)
Penulisan
istilah dinyatakan dalam bentuk singkatan diikuti tanda titik (.), sebagai
berikut :
(1)
Halaman
ditulis hlm;
(2)
Ilustrasi
ditulis ilus;
(3)
Gambar
ditulis gmb;
(4)
Jilid
ditulis jid; dan
(5)
Sentimeter
ditulis cm
b)
Jika
halaman ditulis dalam angka Romawi dan dalam angka Arab, keduanya dicantumkan
dalam keterangan yang penulisannya dipisahkan dengan tanda baca koma (,)
Contoh : xviii, 351 hlm.
c)
Penulisan
ilustrasi atau gambar ditulis setelah keterangan dengan pemisah tanda baca
titik dua ( : )
Contoh : xviii, 351 hlm.: ilus.
d)
Jika
buku ditulis dalam beberapa jilid, maka jumlah halaman tidak perlu dicantumkan.
Yang dicantumkan jumlah jilidnya saja.
Contoh : 2 jil.
e)
Penulisan
ukuran tinggi buku setelah ilustrasi yang dinyatakan dengan cm yang dipisahkan
dengan tanda baca titik koma ( ; )
Contoh : xviii, 315 hlm.: ilus.; 25 cm.
5)
Bidang
Seri
Keterangan seri dicantumkan pada deskripsi
bibliografis setelah ukuran tinggi buku pada bidang kolasi yang di dalam kurung
( ) dengan tanda baca titik koma ( ; )
Contoh : xviii, 351 hlm.: ilus .; 25 cm. (Seri
Manajemen No. 4).
6)
Bidang
Catatan atau Anotasi
Bidang catatan diiisi dengan hal-hal yang dipandang
sangat penting, contohnya judul asli dari karya terjemahan atau pemberitahuan
halaman bibliografi.
Ketentuan pencantuman catatan pada deskripsi
bibiliografi adalah sebagai berikut:
a)
Catatan
ditempatkan di bawah kolasi;
b)
Judul
asli dari suatu karya terjemahan ditulis di antara dua tanda petik (“ “).
Contoh : Judul asli: “How to Raise A Child with A High
IQ”
c)
Untuk
menunjukan bibliografi ditulis: Bib.: hlm .....
Contoh : Bib.: hlm. 223
7)
Bidang
ISBN (International Standard Book Number)
Standar Internasional Nomor Buku (ISBN) ditulis di
bawah catatan. Jika suatu buku memiliki ISBN, maka ISBN tersebut harus
dicantumkan pada deskripsi bibliografis.
Contoh : ISBN 979-605-791-3
8)
Jejakan
Jejakan merupakan keterangan tentang cuti tambahan
pengarang kedua dan atau ketiga, judul, dan subjek.
Jejakan dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
a)
Jejakan
subjek diberi nomor urut dengan angka Arab, penulisan subjek menggunakan huruf
kapital.
Contoh : 1. EMOSI PADA ANAK 2. PENDIDIKAN
b)
Jejakan
judul diberi nomor urut dengan angka Romawi, penulisan judul singakt J.
Contoh : I. J.
c)
Jejakan
pengarang kedua atau ketiga diberi nomor urut angka Romawi setelah Romawi
judul, penulisan di balik seperti menuliskan pengarang pada tajuk.
Contoh
: I. J. II. TRI KONCORO, Alek III. SUNDANA, Edi
Berdasarkan uraian diatas maka
secara lengkap format katalog kartu dapat digambarkan sebagai berikut :


S SHAPIRO, Lawrence E.
Mengajarkan
emotional intelligence pada anak/
Lawrence E.
Shapiro; alih bahasa Alex TriKanjoro.—ed.2.—Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997
Shapiro; alih bahasa Alex TriKanjoro.—ed.2.—Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997
xviii,
376 hlm.: ilus.; 25cm. (Seri Psikologi)
Judul
Asli : How to Raise A Child with High IQ
ISBN
979-605-791-3
1.
EMOSI PADA ANAK I. J II. TRI KUNCORO,
Alex
Format katalog di atas
merupakan katalog pengarang atau katalog entri utama, yang biasanya dijadikan
sebagai dasar pembuatan katalog judul, katalog subjek, dan katalog tambahan
lainnya.
a.
Sumber
Informasi
Untuk mebuat deskripsi
bibliografis secara tepat, seorang pembuat katalog dapat menemukan informasi
bibliografis melalui sumber-suber utama sebagai berikut:
1)
Halaman
judul;
2)
Halaman
lain seperti halaman judul singkat, samping halaman judul, balik halaman judul,
dan kolofon;
3)
Bagian
lain dari buku seperti kata pengantar, prakata, kulit buku, teks, dan
bibliografis serta indeks;
4)
Luar
buku (publikasi).
Untuk lebih jelasnya
mengenai hal tersebut diatas, dapat dilihat tabel berikut dibawah ini:
Nomor
|
Bidang
|
Sumber Informasi Utama
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Judul
dan Keterangan kepengarangan
Eidisi
Impresum
Kolasi
Seri
Catatan
ISBN
Jejakan
|
Halaman Judul.
Halaman judul, halaman depan, dan
kolofon.
Halaman judul, halaman depan, dan
kolofon.
Buku yang bersangkutan.
Halaman judul dan kolofon.
Halaman di balik halaman judul
dan halaman bibliografi serta indeks.
Halaman di balik halaman judul.
Halaman judul, halaman dibalik
halaman judul, dan kolofon.
|
b.
Ketentuan
Umum
Yang dimaksud dengan ketentuan
umum di sini meliputi bahasa dan abjad deskripsi, singkatan yang digunakan,
pemakaian huruf besar dan salah cetak.
1)
Bahasa
dan abjad deskripsi
Bidang 1, 2, 3 dan 5 dituliskan dalam bahasa dan abjad
yang terdapat dalam buku yang bersangkutan. Penyisipan dalam bidang 1, 2, 3 dan
5 dinyatakan dalam bahasa dan abjad konteksnya. Istilah-istilah yang dipakai
dalam bidang 4, 6, 7, dan serta informasi yang ditambahkan oleh pembuat katalog
dalam bahasa dan abjad buku yang bersangkutan.
2)
Singkatan
yang digunakan
a)
et
al =
at alia (dan lain-lain)
b)
s.l = Sine Loco (tempat penerbit
tidak diketahui)
c)
s.n = Sine nomine (penerbit atau
pencetak tidak diketahui)
d)
s.a = Sine onno (tahun terbit tidak
diketahui)
e)
ca = Circa (kira-kira)
f)
ilus = Ilustrasi
g)
hlm = halaman
h)
Jil = jilid
i)
J. = judul
3)
Pemakaian
huruf besar
Huruf besar dipakai hanya huruf pertama dari kata
pertama pada setiap bidang, kecuali jika peraturan tata bahasa yang
bersangkutan mengharuskan penggunaan huruf besar, contohnya nama negara, nama
orang, dan lain-lain.
4)
Salah
cetak
Salah cetak oleh penerbit, sementara pembuat katalog
mengetahuinya bahwa itu salah, maka harus direproduksi diikuti dengan “[sic]” contoh “[I]” atau dikoreksi
dalam kurung siku.
Contoh : Statistik [sic]
infor eksfor Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, S. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta:
Gramedia.
Suhendar, Y. (2010). Pedoman Katalogisasi : Cara Mudah
Membuat Katalog Perpustakaan. Jakarta: Kencana.
Suwarno, W. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar