TANTANGAN PUSTAKAWAN
DALAM MENGEMAS INFORMASI
DALAM MENGEMAS INFORMASI
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Kelompok pada Matakuliah
Pengemasan Informasi
Pengemasan Informasi

Disusun Oleh :
Ramadhan Saukani
Ramadhan
Siti Nur Sabrina
PROGRAM STUDI D3
PERPUSTAKAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan
yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penulisan makalah ini
yaitu memenuhi tugas mata kuliah Pengemasan Informasi.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan
dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Pengemasan Informasi yaitu
Musrifah, M.IP.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat.
Pontianak, Oktober 2017
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum membahas tentang pengemasan
informasi dan tantangannya bagi pustakawan. Harus diketahui terlebih dahulu
tentang kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi seseorang diawali adanya
kesenjangan pengetahuan terhadap subjek tertentu, sehingga tidak mampu mendefinisikan
secara tepat apa yang dibutuhkan (Belkin et.al., 1982).
Oleh karena itu suatu kebutuhan informasi
seseorang tersebut dapat dilihat dari tingkat sosial, gender, umur dan
lain-lain. Perpustakaan yang merupakan pusat informasi memiliki peran yang
sangat penting. Begitu juga dengan yang ada di dalamnya seperti pustakawan,
pemustaka dan semua yang terlibat.
Pengemasan informasi di perpustakaan harus
sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Begitu juga dengan proses hingga tantangan
dalam mengemas informasi. Yang kemudian akan dibahas selanjutnya secara singkat
di dalam makalah ini.
1. Apa
itu pengertian pengemasan informasi ?
2. Apa
saja tujuan dan fungsi dari pengemasan informasi ?
3. Apa
saja jenis kemasan informasi ?
4. Bagaimana
proses pengemasan informasi ?
5. Apa
saja tantangannya bagi pustakawan ?
6. Bagaimana
peran pustakawan dalam mengemas informasi ?
1. Mengetahui
tentang pengemasan informasi
2. Mengetahui
tujuan dan fungsi pengemasan informasi
3. Mengetahui
jenis kemasan informasi
4. Mnegetahui
bagaimana proses pengemasan informasi
5. Mengetahui
tantangannya bagi pustakawan
6. Mengetahui
peran pustakawan dalam mengemas informasi
BAB II
PEMBAHASAN
Kemas ulang informasi dalam bahasa Inggris
adalah repackaging information. Istilah lain kemas ulang infomasi adalah
pengemasan informasi.
Menurut Webster's New World College Dictionary, 1995 menyatakan
bahwa “repackaging is to package again in or as in a better or more
attractive package.” Jadi dapat dikatakan bahwa pengemasan merupakan sebuah
usaha mengemas kembali ke dalam bentuk yang lebih baik dan menarik.
Beberapa literatur mengungkapkan bahwa
pengemasan tidak hanya terbatas pada informasi namun juga pada dokumentasinya.
Pada prosesnya, kemas ulang informasi
mencakup kegiatan sebelum proses (reprocessing) dan pada saat pengemasan
(packaging). Kualitas pengemasan tidak dilihat pada peningkatan nilai
isi informasinya, melainkan pada sisi pemanfaatannya.
Kemas ulang informasi merupakan kegiatan
penataan ulang yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi dari sumber yang
berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa, dan menyajikan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pustakawan dapat memanfaatkan dan
mendayagunakan secara maksimal teknologi informasi yang ada untuk mengemas
informasi, misalnya penggunaan internet. Jika demikian, maka kemas ulang
informasi dapat diartikan sebagai kegiatan download informasi tertentu
(misalnya: artikel) yang dibutuhkan melalui internet (misalnya: bentuk PDF,
HTML, DOC, TXT, PS) dengan bantuan mesin pencari (search engine) lalu
dikumpulkan dan dikemas lagi ke dalam media berbentuk lain (misalnya: CD) untuk
disajikan kepada pengguna.
Tujuan utama kemas ulang informasi adalah
untuk menyajikan informasi ke dalam bentuk kemasan agar informasi tersebut
lebih dapat diterima, lebih mudah dimengerti, dan dimanfaatkan pengguna.
Sementara menurut Agada (1995) tujuan
kemas ulang informasi adalah untuk menempatkan, menemukan kembali,
mengevaluasi, menginterpretasikan dan mengemas informasi tentang subjek
tertentu dalam rangka efektifitas dan efisiensi waktu, tenaga, biaya yang semua
diperuntukkan bagi pengguna.
Dari
berbagai literatur, tujuan kemas ulang informasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Memudahkan
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi.
2. Mempercepat
penelusuran dan penemuan kembali informasi.
3. Mengevaluasi
dan memberikan penafsiran seberapa jauh tingkat pemanfaatannya.
4. Memberikan
kepuasan kepada pengguna.
5. Mengawetkan
koleksi, khususnya jika dikemas dari bentuk tercetak ke bentuk digital.
6. Memudahkan
pustakawan mengatur koleksi yang semakin bertambah banyak.
7. Menghemat
ruang dan rak untuk menyimpan koleksi tercetak.
8. Memudahkan
penelusuran apalagi jika sudah dientri dalam pangkalan data.
9. Mudah
dibawa dan ditransfer dalam jejaring perpustakaan lain untuk sharing dan
transfer pengetahuan maupun pengalaman antar pustakawan.
Adapun
fungsi kegiatan kemas ulang informasi, antara lain:
1. Memudahkan
pengguna dalam memilih informasi.
2. Menghemat
waktu, tenaga, dan biaya.
3. Sarana
penyebaran informasi yang efektif dan efisien.
4. Sebagai
alat penerjemah terhadap suatu hal dengan cepat.
5. Mempercepat
proses aplikasi hasil penelitian.
6. Menyediakan
informasi secara cepat dalam memenuhi kebutuhan pengguna.
Banyak sekali fungsi yang didapat suatu
perpustakaan apabila menerapkan kegiatan kemas ulang informasi. Jika melihat
dari fungsi yang telah ada diatas, kegiatan kemas ulang informasi merupakan
suatu kegiatan yang harus dilakukan. Terutama untuk perpustakaan yang berada
dilingkungan universitas ataupun instansi lainnya.
Saat ini dengan berkembangnya teknologi informasi
di bidang perpustakaan dokumentasi dan informasi, bentuk kemasan informasi
dapat dilakukan dengan lebih bervariasi. Tidak melulu secara tercetak saja
namun juga dapat dikemas secara digital. Misalnya: CD edukatif, CD teknologi
tepat guna, buku elektronik (e-book), majalah elektronik (e-journal),
maupun kliping elektronik (e-klip).
Berbagai kemasan informasi dibuat sesuai
dengan kebutuhan informasi bagi pemakai. Selanjutnya berbagai macam sumber
informasi di perpustakaan dapat dikemas dengan beragam bentuk, antara lain:
1. Bibliografi,
biasanya diterbitkan oleh perpustakaan atau badan penerbit dengan tujuan untuk
disebarkan kepada perpustakaan lain sebagai bahan rujukan bagi pencari informasi
baik secara tercetak atau terekam. Jenis bibliografi ada dua macam yakni
bibliografi umum dan khusus.
2. Sari
karangan, biasanya memuat keterangan seperti latar belakang, tujuan, sasaran, metode,
kesimpulan dan saran yang terdapat pada dokumen aslinya. Jenis sari karangan yang
dibuat bisa sari karangan indikatif maupun sari karangan informatif.
3. Jasa
penyebaran informasi ilmiah mutakhir, meliputi SDI (Selected Dissemination of
Information/terseleksi) dan CAS (Current Awareness Services/terbaru)
berupa lembar informasi maupun paket informasi. Melalui layanan ini diharapkan pengguna
selalu memperoleh informasi mutahir secara teratur dan terus menerus sesuai
dengan bidang minat dan spesialisasinya. Informasi tersebut kemudian dikemas
menjadi majalah kesiagaan informasi.
4. Pangkalan
data, dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Pangkalan
data lokal, untuk memenuhi kebutuhan informasi melalui server lokal baik
berupa soft file maupun CD ROM.
b. Pangakalan
data online, berisi berbagai publikasi yang disajikan dalam website. Misalnya:
ProQuest, EBSCO, IEEE database.
5. Media
pandang dengar (audio visual). Kemasan informasi ini berbentuk gambar
dan suara sehingga lebih menarik. Media pandang dengar umumnya dapat berupa
profil perpustakaan, program pendidikan pemakai, serta media promosi jasa
layanan perpustakaan. Misalnya: CD interaktif, VCV, DVD, audio-video cassete.
6. Multi
media. Sasaran pengguna pada bentuk pengemasan multi media ini umumnya adalah
kelompok. Misalnya pada saat ada pameran perpustakaan, pengunjung disuguhkan
beragam informasi mengenai jasa layanan perpustakaan serta petunjuk cara
mengaksesnya.
7. Kumpulan
abstrak, diawali dengan menelusur, menscan data bibliografis dan abstraknya
berdasarkan bidang ilmu yang berasal dari sumber informasi ilmiah. Selanjutnya kumpulan
abstrak tersebut dikemas dalam bentuk majalah abstrak.
8. Indeks
artikel, terdiri dari indeks artikel jurnal dan indeks artikel majalah. Kumpulan
indeks artikel tersebut kemudian bisa dijadikan majalah indeks.
9. Prosiding,
kumpulan makalah yang dihimpun dari hasil seminar, diskusi panel, loka karya,
sarasehan, workshop, simposium, semiloka, maupun temu ilmiah lainnya.
10. Publikasi
cetak lainnya. Sebagai media promosi dan penyebaran informasi untuk memperkenalkan
jasa perpustakaan yang dapat diberikan kepada pengguna. Antara lain:
a. Selebaran,
lembaran kertas yang disebarkan kepada pengguna, biasanya berisi publikasi
koleksi terbaru.
b. Newsletters,
merupakan terbitan penting karena lebih fleksibel dalam hal topik yang dicakupnya
dan bentuk isi atau kandungannya.
c. Leaflet,
sehelai kertas berupa lembaran tunggal dan biasanya dilipat menjadi empat (4)
atau beberapa halaman.
d. Pamflet,
penerbitan insidental dengan jumlah satu halaman dan disebarluaskan secara
cuma-cuma kepada pengguna yang datang ke perpustakaan.
e. Brosur,
buku tipis biasanya tidak lebih dari 12 halaman dan isi informasinya lebih lengkap
daripada selebaran dan leaflet. Misalnya: pedoman perpustakaan, daftar majalah/jurnal,
informasi koleksi khusus, tambahan koleksi buku baru.
f.
Poster, plakat berisi
sebuah informasi mengenai perpusdokinfo dan dipasang secara umum di papan
pengumuman.
g. Banner,
secara umum didefinisikan sebagai poster, memiliki ukuran lebih besar dua (2)
sampai dengan empat (4) kali ukuran poster atau memiliki lebar dan panjang
melebihi ukuran poster A3, A2, A1 dan A0.
h. Spanduk,
kain rentang berisi informasi perpusdokinfo dan disebarkan dengan tujuan agar
diketahui masyarakat secara umum.
Dari berbagai jenis - jenis kemasan
informasi yang telah disebutkan diatas. Pustakawan harus mampu menyediakan
kemasan informasi yang beraneka ragam. Sebelum melangkah ketahap selanjutnya
yaitu proses kemas ulang informasi.
Sebelum
melakukan kemas ulang informasi, perlu diketahui langkah-langkahnya, yaitu:
1. Analisa
kebutuhan (need analysis), mendiagnosis dan menganalisis kebutuhan informasi
yang dibutuhkan pengguna.
2. Memeriksa
atau mensurvei profil pengguna dengan mempelajari dan mengkaji data permintaan
pengguna baik melalui kuesioner, surat, usulan, maupun dengan mencermati latar
belakang subyek pengguna.
3. Mendaftar
dan mengidentifikasi tujuan pengemasan informasi.
4. Menyeleksi
dan mengklasifikasi sumber informasi berdasarkan bidang ilmu/subyek yang
dilayani.
5. Menentukan
sasaran audience, bentuk kemasan, dan membuat time schedule serta
merancang biaya.
6. Memilih,
menyeleksi dan menentukan sumber/materi pustaka sesuai dengan topik dan cakupannya.
7. Menentukan
strategi dalam mencari jenis sumber informasi yang dapat membantu menemukan
informasi yang dibutuhkan.
8. Menentukan
lokasi informasi dan bagaimana cara mengaksesnya apakah menggunakan katalog
perpustakaan, indeks, internet, maupun CD-ROM.
9. Mengemas
kembali informasi dengan cara mensintesa ke dalam bentuk/format kemasan
informasi sesuai dengan kebutuhan pemakai.
10. Melakukan
pengontrolan dan pemantauan selama kegiatan pengemasan berlangsung, meliputi:
kemasan yang dibuat, validitas dan reliabilitas informasi, proses pembuatan, maupun
timbal balik dari pengguna.
11. Menetapkan
cara dan sistem penyebarluasan kemasan informasi yang sudah jadi.
12. Mentransfer
informasi dalam bentuk tercetak (printed out) maupun basis data baik ke
disket, CD-R/RW, CD-ROM, flash disk/USB untuk keperluan penyebaran.
13. Mendistribusikan,
menyebarkan, mendiseminasikan, memasarkan kemasan informasi dengan cara promosi
maupun pendidikan pemakai.
14. Menyampaikan
kemasan informasi berupa paket maupun lembar informasi kepada pengguna. Hal ini
bisa dilakukan baik secara langsung (face to face, door to door), telepon,
via surat/pos, email, faksimil maupun media lainnya.
15. Meninjau
kembali (review) dengan cara menganalisis, mengekstrak dan mensitir informasi
ke dalam bentuk kemasan informasi yang lebih efektif dan efisien.
16. Evaluasi
kegiatan kemas ulang informasi. Dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan
dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan sudah tercapai dan memenuhi target.
Untuk melakukan proses kemas ulang
informasi yang terpenting adalah pustakawan harus memiliki tingkat pemahaman
analisis yang baik. Pustakawan juga harus berani keluar dari zona nyaman yang
tadinya pemustaka yang mengunjungi pustakawan, menjadi sebaliknya. Agar dapat
menentukan mana jenis informasi yang terbaik untuk kebutuhan pemustakanya.
Sehingga tercapainya kepuasan dan mendapatkan feedback untuk perpustakaan tersebut.
Berbagai sumber informasi yang ada di
perpustakaan dapat dikemas sebaik dan semenarik mungkin. Harapannya adalah agar
menyenangkan dan mengundang pengguna datang lagi ke perpustakaan untuk
memanfaatkan informasi yang ada. Alangkah menariknya jika perpustakaan dapat
dibuat menarik seperti supermarket/swalayan, baik dari sistem penataannya,
penyajiannya, maupun pemasaran produknya.
Pustakawan dapat melakukan jejaring dengan
pustakawan lain. Perlu dibina jejaring antar perpustakaan, agar memudahkan
dalam sharing pengalaman antar pustakawan, dan melengkapi koleksi
perpustakaan. Pustakawan sudah seharusnya menerapkan ’sistem jemput bola’,
yaitu jangan menunggu profesi lain yang mengerjakan. Pustakawan harus aktif mencoba
mengerjakan dengan mencari spesifikasi informasi sesuai yang dibutuhkan
pengguna.
Informasi yang kita kemas tidak saja
mempercantik kemasan informasi yang akan disajikan, tetapi juga memudahkan
pengguna dalam memperoleh informasi. Selain itu juga menjadi nilai tambah (added
value) bagi sebuah perpustakaan. Pengguna biasanya pertama akan melihat tampilan
luarnya apakah menarik atau tidak. Setelah tertarik pada kemasan luarnya,
biasanya pengguna akan tertarik untuk mengetahui lebih lanjut informasi yang
terkandung di dalamnya.
Pustakawan merupakan komponen terpenting
dan sangat berperan dalam kegiatan kemas ulang informasi dibandingkan dengan
komponen dalam sarana dan prasarana lainnya. Pustakawan harus mengenali
terlebih dahulu karakter pengguna sebelum menentukan format layanan kemas ulang
yang akan diberikan. Walau bagaimanapun untuk mengukur tingkat kepuasan
terhadap layanan yang diberikan, pustakawan harus melihat dari kacamata
pengguna yang akan dilayani. Jangan hanya berpedoman yang penting melayani dan
hanya mengukur kepuasan dari diri pustakawan.
Pustakawan hendaknya tidak hanya terbelenggu
dengan rutinitas kerja yang monoton dan hanya sesuai yang tertulis pada aturan
jabatan fungsional saja. Pustakawan harus dapat menyikapi perkembangan teknologi
informasi saat ini sebagai lahan baru dalam kegiatan kemas ulang informasi di
perpustakaan. Jika kegiatan kemas ulang informasi dilakukan sebaik mungkin, maka
akan dapat memberikan dampak ekonomis dan nilai jual bagi perpustakaan kita.
Pada saat mengemas informasi, pustakawan harus
memperhatikan bahasa yang digunakan yaitu harus sederhana, tidak terlalu
ilmiah, mudah dipahami, ditulis secara ringkas, jelas maksudnya, serta
penyajian kemasan yang menarik.
BAB III
PENUTUP
Setelah
mengetahui tentang pengemasan informasi di perpustakaan, telah diketahui banyak
keuntungan juga kekurangan yang dapat diambil. Tetapi, teknologi informasi atau
yang disingkat TI menjadi suatu masalah bagi perpustakaan yang belum
menerapkannya. Pustakawan dan yang terlibat tentunya mempunyai peran penting
serta beban tersendiri.
Pustakawan
harus mempunyai ketrampilan dibidang TI untuk dapat mengemas informasi.
Diperlukan kerja sama dari semua pihak baik itu pimpinan dan pustakawan karena
untuk menerapkan TI setidaknya diperlukan biaya yang tidak sedikit. Dan yang
paling terpenting adalah pustakawan harus kreatif untuk mengetahui kebutuhan
sang pemustaka, karena kepuasan pemustaka adalah yang terpenting.
Daftar Pustaka
Agada, J. (2001, October). Analysis of Information
Repackaging (IR) Processes using the Instructional Systems Design (ISD)
Model. Journal of Instructional Science and Technology (e-JIST), 1 No. 1.
Diambil kembali dari http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2014/KEMAS%20ULANG%20INFORMASI-%20SUATU%20TANTANGAN%20BAGI%20PUSTAKAWAN.pdf
(29 Sep 17)
Belkin N, & et al.
(1982). Ask for Information Retrieval: Part 1. Background and Theory. Journal
of Documentation, 38(2), 61-71. Diambil kembali dari
http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2014/KEMAS%20ULANG%20INFORMASI-%20SUATU%20TANTANGAN%20BAGI%20PUSTAKAWAN.pdf
(29 Sep 17)
Fatmawati, E. (2014).
Kemas Ulang Informasi Suatu Tantangan Bagi Pustakawan. Online. Diambil
kembali dari http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2014/KEMAS%20ULANG%20INFORMASI-%20SUATU%20TANTANGAN%20BAGI%20PUSTAKAWAN.pdf
(29 Sep 17)
Neufeldt, V., &
Guralnik, D. (1995). Webster's New World College Dictionary. Ohio:
Macmillan General Reference. Diambil kembali dari
http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/kemas_informasi.doc (02 Okt 17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar